Bab 19 Bersentuhan

Setibanya di mobil, mereka pun langsung menuju kesalah satu daerah yang akan menjadi tempat kegiatan amal mereka kali ini. Dalam perjalanan, Vano tak henti hentinya menatap bekal makanan yang ada di pangkuanya itu. Hingga Iyan yang berada di sampingnya merasa heran dan bingung.

" Kenapa sih Van. " tanya lyan bingung.

" Kenapa apanya." tanya Vano.

"Kamu natap kotak bekal gitu bangat, sampe

nggak ngedip. " ujar lyan.

"Ah nggak kok, perasaan kamu aja. " jawab Vano mengalihkan pandanganya keluar jendela, tanpa ia sadari sebuah senyuman manis terukir di bibir nya.

Iyan semakin bingung dengan tingkah sahatnya pagi ini, yang tadinya diam bengong kini senyum senyum sendiri.

Setelah hampir dua jam menempuh perjalanan, akhirnya Vano dan teman temanya tiba di salah satu pemukiman kumuh yang padat penduduknya.

Terlihat sudah ada banyak warga yang menunggu kedatangan mereka.

Setelah memarkirkan mobil, semuanya pun turun.

Semua warga yang hadir menyambut kedatangan mereka dengan penuh kehangatan.

" Assalamu'alaikum semuanya." ucap Vano dan teman temanya.

" Waalaikumsalam." ucap warga itu serentak.

Mereka mulai membantu menurunkan barang barang yang di bawa Vano dan teman temanya.

Kemudian menaruhnya di posko yang sudah di sediakan tidak jauh dari situ. Banyak anak anak dan para lansia yang mulai berdatangan. Bahkan anak anak itu, langsung berlarian mengerumuni Vano dan teman temanya.

Mereka pun mulai mengatur alat medis yang akan di pakai sebentar lagi, dan para warga mulai mengambil tempat duduknya masing masing mengantri dengan rapi dan tertib.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pelayanan kesehatan pun di mulai. Para warga terlihat sangat senang bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis, begitupun dengan anak anak, bahkan mereka terlihat sangat senang begitu mendapatkan mainan yang sudah di siapkan Vano sebelumnya.

Tawa gembira terukir di bibir anak anak itu, dengan hanya mendapatkan sebuah mainan sederhana, mereka sudah terlihat sangat senang.

Tak terasa, jam menunjukan waktu makan siang, semua kegiatan di hentikan sejenak untuk sholat dan makan. Para warga sudah menyiapkan makanan seadanya untuk Vano dan teman temanya. Mereka terlihat sangat senang karena bisa menikmati makan siang bersama warga setempat.

Vano duduk di salah satu bangku sambil menatap bekal makan siangnya.

" Dokter Vano nggak makan di sana. " tanya kepala RT yang menghampirinya.

" Iya pak. " jawab Vano tersenyum ramah.

" Wah.. dokter bawa bekal ternyata. " ucap bapak RT itu sambil duduk di dekat Vano.

" Iya pak, istri saya yang menyiapkan, kalau nggak di makan saya nggak enak, karena tidak menghargai kerja kerasnya. " jawab Vano.

" Ohh.. jadi dokter sudah punya istri, saya fikir masih bujang, karena masih sangat muda. " kata pak RT itu kaget mendengarnya.

" Sudah pak, baru beberapa minggu. " jawab Vano yang terlihat sangat senang mengatakan statusnya.

" Wahh.. pengantin baru dong, selamat ya dokter, mudah mudahan bisa menjadi keluarga yang hamonis dan bahagia. " ucap pak RT itu mendoakan rumah tangga Vano.

" Iya pak, terima kasih atas doanya." jawab Vano yang ikutan senang.

Hingga sore menjelang, kegiatan amal mereka pun selesai, dan akan di lanjutkan keesokan harinya.

" Baiklah, bapak ibu dan adek adek semua, terima kasih karena sudah menyempatkan diri untuk datang kesini, dan juga terima kasih banyak sudah menyambut kita dengan baik, untuk pelayanan kesehatan cukup sampai di sini, nanti kita lanjutkan besok pagi, kami harap bapak dan ibu bisa datang kembali besok, agar konsultasi kesehatan yang kita berikan lebih jelas. " ucap Iyan yang merasa sangat senang.

"Terima kasih juga untuk bapak bapak dokter yang sudah mengadakan kegiatan kesehatan ini di tempat kami, jujur kegiatan ini sangat membantu bagi kami warga yang kurang mampu. " ujar bapak RT yang merasa sangat senang dengan kedatangan Vano dan teman temanya.

"Baiklah, kami mohon pamit, sampai ketemu lagi besok, kami harap semuanya sehat dan bahagia selalu. " ucap Iyan pamit.

Mereka pun mulai bersalam salaman kepada semua warga.

Pukul sembilan malam, Vano sampai di apartemen dengan di antarkan Iyan. Ia masuk kedalam dengan keadaan rumah yang sudah gelap, hanya lampu dapur saja yang menyala. Vano berjalan masuk kedalam kamarnya membersihkan tubuhnya karena sudah sangat lengket.

Namun begitu ia melewati kamar istinya, terdengar suara gadis itu yang tengah bersolawat merdu namun samar. Vano berhenti sejenak di depan pintu kamarnya untuk mendengar suara gadis itu lebih jelas.

" Tumben dia belum tidur." gumam Vano kemudian masuk kedalam kamarnya.

Setengah jam kemudian, Yasmin keluar menuju dapur untuk mengambil segelas air minum, namun perhatianya teralih begitu melihat kamar Vano yang terbuka sedikit dengan keadaan lampu sudah menyala.

" Kok aku nggak dengar dia pulang. " gumam Yasmin, kemudian berlalu menuju dapur.

Vano yang baru selesai mandi, keluar dari kamarnya menuju dapur juga. Di lihatnya Yasmin tengah berdiri di depan lemari pendingin seperti mencari sesuatu.

" Kau sedang apa. " tanya Vano tiba tiba sampai membuat Yasmin kaget.

" Asstagfirullah. " ucap Yasmin mengelus dadanya.

" Maaf bukan maksud saya membuat kamu kaget. " ucap Vano.

" Jam berapa anda sampai, kok saya tidak mendengar anda masuk. " tanya Yasmin menunduk sambil memegang gelas yang berisi beberapa biji es baju.

" Sekitar jam sembilan." jawab Vano mengambil gunting di laci penyimpanan.

" Anda sudah makan malam, apa perlu saya buatkan makanan. " tanya Yasmin.

" Tidak usah, saya sudah makan di lokasi tadi. " jawab Vano lalu berjalan menuju ruang tengah.

Pria itu mengambil kotak P3K karena ingin mengganti perban tanganya yang basah. Yasmin yang melihatnya langsung menawarkan bantuan, karena melihat Vano seperti kesusahan.

" Biar saya bantu. " ucap Yasmin yang mengambil perban dari dalam kotak itu.

Vano hanya diam saja begitu gadis kecil itu mulai membuka perban yang basah. Namun tanpa sengaja tanganya bersentuhan dengan tangan Vano.

Dengan cepat Yasmin menariknya karena kaget.

" Maaf. " ucap Yasmin.

" Sudahlah, biar saya saja. " ucap Vano membuka semua perban di tangannya.

Ia merasa sedikit kecewa melihat reaksi istrinya yang berlebihan seperti itu, ketika mereka bersentuhan. Namun dengan cepat Yasmin menahan tanganya.

" Bi.. biar saya saja. " ucap Yasmin yang langsung memegang tangan Vano.

Kemudian ia mulai melepas semua perban itu dengan hati hati. Vano memperhatikan tanganya seperti gemertar.

" Apa ini pertama kalinya kau bersentuhan dengan laki laki. " tanya Vano penasaran.

" Selain ayah dan adik laki laki saya, ini kali pertamanya. " jawab Yasmin yang mulai memasangkan perban baru.

Vano terus memperhatikan tanganya yang gemetar itu.

" Apa aku seberuntung itu? Tapi kenapa hati ini masih saja bimbang. " gumam Vano bingung dengan perasaanya sendiri.

Beberapa menit mengganti perbanya, akhirnya Yasmin selesai juga.

" Sudah selesai. " ucap Yasmin merapikan semua barang barang itu kedalam kotaknya kembali.

"Terima kasih. " jawab Vano.

" Apa ada lagi yang anda butuhkan. " tanya

Yasmin.

Vano tidak menjawab melaikan mengambil sebuah minuman botol dan memberikanya pada Yasmin.

"Tolong bukakan. " ucap Vano.

Dengam cepat Yasmin mengambil dan membukanya.

" Bukankah minuman instan tidak baik untuk kesehatan, apa lagi anda sedang dalam masa pemulihan seperti ini. " ucap Yasmin kemudian memberikan minuman yang telah ia buka kepada Vano kembali.

" Ini minuman herbal, baik untuk kesehatan." jawab Vano, kemudian memberikannya satu botol untuk Yasmin.

"Minumlah, baik untuk kesehatanmu. " ucap Vano.

Yasmin pun menerimanya dan membaca merek minuman itu.

" Ternyata jamu. " batin Yasmin.

" Istirahatlah, saya juga mau istirahat. " ucap Vano berdiri menuju kamarnya.

" Terima kasih." jawab Yasmin kemudian masuk kedalam kamar.

Tanganya masih saja terus bergetar, setelah bersentuhan dengan tangan suaminya itu. Walaupun bukan dosa untuk mereka berdua, namun entah kenapa Yasmin masih saja takut untuk bersentuhan dengan Vano.

Terpopuler

Comments

Surtia Ningsih

Surtia Ningsih

othor tuh aslinya bercadar ya,trus pesantren juga

2025-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ikatan janji suci
2 Bab 2 Permintaan Orang Tua
3 Bab 3 Lupa Istri
4 Bab 4 Air mata
5 Bab 5 Makan Bersama
6 Bab 6 Lemah tak berdaya
7 Bab 7 Hadiah
8 Bab 8 Berkunjung
9 Bab 9 Rasa Kecewa
10 Bab 10 Kemana Dia..?
11 Bab 11 Jatuh Sakit
12 Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13 Bab 13 Kejadian Di Kamar
14 Bab 14 Penolakan
15 Bab 15 Celaka
16 Bab 16 Perhatian Kecil
17 Bab 17 Mulai Sadar
18 Bab 18 Bekal
19 Bab 19 Bersentuhan
20 Bab 20 Pengakuan Vano
21 Bab 21 “Mas”
22 Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23 Bab 23 Satu Ranjang
24 Bab 24 Ruang Kerja
25 Bab 25 Butuh Sesuatu
26 Bab 26 Nyeri Perut
27 Bab 27 Nasehat Orang Tua
28 Bab 28 Pelukan Hangat
29 Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30 Bab 30 Alergi??
31 Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32 Bab 32 Pengobatan
33 Bab 33 Saling Pandang
34 Bab 34 Takut Suntik
35 Bab 35 Lepas Perban
36 Bab 36 Belanja
37 Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38 Bab 38 Perasaan Cinta
39 Bab 39 Hadiah
40 Bab 40 Kemesraan
41 Bab 41 Melelahkan
42 Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43 Bab 43 Seorang Sahabat
44 Bab 44 Hadiah
45 Bab 45 Berkaca~kaca
46 Bab 46 Mimpi Buruk
47 Bab 47 Tak Suka Kentang
48 Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49 Ban 49 Rencana Kepantai
50 Bab 50 Hujan - Hujanan
51 Bab 51 Demam
52 Bab 52 Akhirnyaa
53 Bab 53 Unboxing
54 Bab 54 Tas Mewah
55 Bab 55 Potong Rambut
56 Bab 56 Melon
57 Bab 57 Pucat
58 Bab 58 Kabar Bahagia
59 Bab 59 Mual
60 Bab 60 Ngidam?
61 Bab 61 Ngidam Es Cendol
62 Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63 Bab 63 Bosan
64 Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65 Bab 65 Isolasi
66 Bab 66 Terbaring Lemah
67 Bab 67 Ke Australia
68 Bab 68 Via Telfon
69 Bab 69 Mati Lampu
70 Bab 70 Dia Pulang
71 Bab 71 Kembar
72 Bab 72 Ke Apartemen
73 Bab 73 Hasrat
74 Bab 74 Tak Malu Lagi
75 Bab 75 Pengunduran Diri
76 Bab 76 Berkumpul Kembali
77 Bab 77 Reuni
78 Bab 78 Rencana Syukuran
79 Bab 79 Tujuh Bulan
80 Bab 80 Acara inti
81 Bab 81 Suasana Asri
82 Bab 82 Nyamuk
83 Bab 83 Serangan Jantung
84 Bab 84 Kesibukan Baru
85 Bab 85 CEO tampan
86 Bab 86 Semakin membesar
87 Bab 87 Super sibuk
88 Bab 88 Obat Rasa Lelah
89 Bab 89 Hadiah
90 Bab 90 Kontraksi
91 Bab 91 Telah Lahir
92 Bab 92 Aris dan Airah
93 Bab 93 Rencana Tasyakuran
94 Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95 Bab 95 Operasi
96 Bab 96 Rasa Sesal
97 Bab 97 Keramas
98 Bab 98 Kereta Bayi
99 Bab 99 Tanda Merah
100 Bab 100 Semakin Membaik
101 Bab 101 Terjebak Hujan
102 Bab 102 Asi Menumpuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 ikatan janji suci
2
Bab 2 Permintaan Orang Tua
3
Bab 3 Lupa Istri
4
Bab 4 Air mata
5
Bab 5 Makan Bersama
6
Bab 6 Lemah tak berdaya
7
Bab 7 Hadiah
8
Bab 8 Berkunjung
9
Bab 9 Rasa Kecewa
10
Bab 10 Kemana Dia..?
11
Bab 11 Jatuh Sakit
12
Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13
Bab 13 Kejadian Di Kamar
14
Bab 14 Penolakan
15
Bab 15 Celaka
16
Bab 16 Perhatian Kecil
17
Bab 17 Mulai Sadar
18
Bab 18 Bekal
19
Bab 19 Bersentuhan
20
Bab 20 Pengakuan Vano
21
Bab 21 “Mas”
22
Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23
Bab 23 Satu Ranjang
24
Bab 24 Ruang Kerja
25
Bab 25 Butuh Sesuatu
26
Bab 26 Nyeri Perut
27
Bab 27 Nasehat Orang Tua
28
Bab 28 Pelukan Hangat
29
Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30
Bab 30 Alergi??
31
Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32
Bab 32 Pengobatan
33
Bab 33 Saling Pandang
34
Bab 34 Takut Suntik
35
Bab 35 Lepas Perban
36
Bab 36 Belanja
37
Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38
Bab 38 Perasaan Cinta
39
Bab 39 Hadiah
40
Bab 40 Kemesraan
41
Bab 41 Melelahkan
42
Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43
Bab 43 Seorang Sahabat
44
Bab 44 Hadiah
45
Bab 45 Berkaca~kaca
46
Bab 46 Mimpi Buruk
47
Bab 47 Tak Suka Kentang
48
Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49
Ban 49 Rencana Kepantai
50
Bab 50 Hujan - Hujanan
51
Bab 51 Demam
52
Bab 52 Akhirnyaa
53
Bab 53 Unboxing
54
Bab 54 Tas Mewah
55
Bab 55 Potong Rambut
56
Bab 56 Melon
57
Bab 57 Pucat
58
Bab 58 Kabar Bahagia
59
Bab 59 Mual
60
Bab 60 Ngidam?
61
Bab 61 Ngidam Es Cendol
62
Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63
Bab 63 Bosan
64
Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65
Bab 65 Isolasi
66
Bab 66 Terbaring Lemah
67
Bab 67 Ke Australia
68
Bab 68 Via Telfon
69
Bab 69 Mati Lampu
70
Bab 70 Dia Pulang
71
Bab 71 Kembar
72
Bab 72 Ke Apartemen
73
Bab 73 Hasrat
74
Bab 74 Tak Malu Lagi
75
Bab 75 Pengunduran Diri
76
Bab 76 Berkumpul Kembali
77
Bab 77 Reuni
78
Bab 78 Rencana Syukuran
79
Bab 79 Tujuh Bulan
80
Bab 80 Acara inti
81
Bab 81 Suasana Asri
82
Bab 82 Nyamuk
83
Bab 83 Serangan Jantung
84
Bab 84 Kesibukan Baru
85
Bab 85 CEO tampan
86
Bab 86 Semakin membesar
87
Bab 87 Super sibuk
88
Bab 88 Obat Rasa Lelah
89
Bab 89 Hadiah
90
Bab 90 Kontraksi
91
Bab 91 Telah Lahir
92
Bab 92 Aris dan Airah
93
Bab 93 Rencana Tasyakuran
94
Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95
Bab 95 Operasi
96
Bab 96 Rasa Sesal
97
Bab 97 Keramas
98
Bab 98 Kereta Bayi
99
Bab 99 Tanda Merah
100
Bab 100 Semakin Membaik
101
Bab 101 Terjebak Hujan
102
Bab 102 Asi Menumpuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!