Bab 6 Lemah tak berdaya

Malam menjelang, hari ini Vano pulang cukup awal. pria itu duduk di ruang tengah sambil menonton TV.

Di lihatnya pintu kamar istrinya yang tertutup rapat, tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan cepat ia melihatnya, ternyata sahabatnya Iyan yang menelpon.

" Kenapa Yan." tanya Vano.

" Kamu sibuk nggak, kalau nggak kita nongkrong yuk. " ajak Iyan yang sudah lama tidak keluar dengan sahabatnya itu.

" Ya udah ayo, aku siap-siap dulu, ketemuan di mana. " tanya Vano setuju.

" Di tempat biasa aja. " jawab Iyan.

"Ya udah, setengah jam lagi aku kesana." kata Vano yang langsung beranjak masuk kedalam kamarnya.

Setelah siap ia pun keluar dan menghampiri kamar Yasmin.

TOК....TOK....

Vano mengetuk pintu kamar istrinya.

" Saya mau keluar sebentar. " kata Vano ketika melihat sang istri membuka pintu kamarnya.

yasmin hanya menunduk sambil mengangguk.

" Kamu mau nitip sesuatu. " tanya Vano.

"Tidak. " jawab Yasmin dengan singkat.

" Ya udah, kalau begitu saya pergi dulu." kata Vano yang langsung keluar.

Melihat sang suami sudah keluar, Yasmin keluar dari kamarnya menuju dapur mengambil air hangat dari dispenser. Perutnya masih terasa nyeri, ia duduk sebentar di ruang tengah sambil memegang perutnya. Sudah kebiasaan dia jika sedang datang bulan, perutnya akan terasa nyeri sampai selesai ia datang bulan.

" Kok masih sakit banget sih. " gumam Yasmin yang menyandarkan tubuhnya di pinggiran sofa.

Sementara di parkiran, Vano tiba tiba merasa bimbang untuk pergi keluar bersama lyan. Perasaanya sedikit tidak enak meninggalkan Istrinya sendirian di rumah, tiba-tiba ponselnya berdering.

Di lihatnya Iyan mengirimkan pesan, menanyakan keberadaanya di mana.

"Sori Yan, aku nggak bisa datang, tiba-tiba ada urusan mendadak. " balas Vano.

Ia pun keluar dari mobil masuk kembali kedalam lift menuju lantai 4 unit apartemenya. Ia masuk kedalam tanpa mengucapkan salam karena fikirnya Yasmin sedang berada di dalam kamarnya, begitu ia sampai di dalam. Vano langsung kaget ketika melihat Yasmin duduk di ruang tengah sambil memegang perutnya.

"Yasmin," panggil Vano yang baru pertama kali memanggil nama istrinya itu.

Seketika Yasmin bangkit karena kaget tiba-tiba Vano berdiri di belakangnya.

"Maaf. " kata Yasmin yang berniat ingin langsung masuk kedalam kamarnya.

"Tunggu." kata Vano menahanya.

Yasmin terus membelakanginya karena merasa malu dengan Vano

"Kamu sedang sakit." tanya Vano.

"Tidak." jawab Yasmin menunduk.

" Saya tau kamu sedang menahan rasa sakit." kataVano yang langsung mengetahuinya.

" Duduklah di sini sebentar." kata Vano yang masuk kedalam kamarnya mengambil tas kerjanya.

Kemudian ia keluar dan masih mendapati Yasmin berdiri di tempat tadi.

" Kenapa diam saja, duduk di sini. " kata Vano memanggilnya.

Pria itu mulai membuka tas kerjanya mengeluarkan beberapa alat medisnya. Sementara Yasmin masih ragu untuk mendekat.

" Saya tidak akan berbuat apa-apa, saya hanya ingin memeriksa keadaan kamu. " kata Vano meyakinkanya.

Yasmin pun pelan-pelan mulai mendekat dan duduk di sofa itu kembali.Vano mengambil alat tensi darahnya karena ingin memeriksa tekanan darah sang istri. Namun begitu ia ingin memasangkan alat itu di tangan Yasmin, Vano kebingungan karena ia harus menyentuh gadis itu.

"Aduh gimana nih. " batin Vano bingung.

" Ee... saya harus memasangkan ini." kata

Vano yang ingin meminta izin kepada Yasmin.

Gadis itu langsung gelisah, karena tau mereka pasti akan bersentuhan.

" Apa bisa kamu pasangkan di tanganmu." tanya Vano.

Yasmin pun mengangguk, dan langsung mengambil alat itu kemudian di pasangkan di tanganya sendiri.

Walaupun baru saja lulus SMA, ia faham dengan cara pakai alat itu, karena ia sering membantu di klinik pesantren ketika memiliki waktu luang.

Sehingga ia bisa belajar sedikit mengenai alat medis.

Setelah selesai, Vano mulai mengaktifkan alat itu untuk memeriksa tekanan darah Yasmin.

" Sepertinya kamu anemia, tekanan darahmu rendah. " kata Vano yang selesai.

Yasmin pun segera melepas alat itu.

" Apa perutmu terasa nyeri. " tanya Vano yang memang mengetahuinya.

Yasmin hanya mengangguk karena memang merasa nyeri di perutnya. Vano pun mengambil beberapa obat dari dalam tasnya, dan memberikanya kepadaYasmin.

" Ini ada beberapa jenis obat, yang bisa meredakan nyeri di perutmu dan juga pil penambah darah. " kata Vano yang mejelaskan kegunaan dari obat yang ia berikan.

Vano pergi menuju dapur mengambil segelas air hangat untuk Yasmin.

" Ini, minumlah obatnya. " kata Vano yang memberika gelas itu kepada Yasmin.

Namun Yasmin hanya diam saja, gadis itu bingung karena ia harus membuka cadarnya untuk meminum semua obat itu. Seketika Vano langsung membalikkan badanya karena faham.

"Mimunlah, saya nggak akan melihat. " kata Vano.

Dengan cepat Yasmin membuka cadarnya sedikit dan mulai meminum obat itu satu persatu.

" Sudah. " tanya Vano yang masih membalikkan badanya.

" Iya. " jawab Yasmin singkat kemudian memperbaiki cadarnya.

" Istirahatlah, kalau masih merasa nyeri kita kerumah sakit. " kata Vano.

Dengan cepat Yasmin masuk kedalam kamarnya dan langsung menutup pintunya.

Jam menunjukan pukul 12 tengah malam, Vano sedang duduk di ruang tengah depan TV sambil memangku lebtopnya. Pria itu memilih untuk menyelesaikan pekerjaanya di luar kamar, karena sedikit merasa gerah di dalam kamarnya.

Tiba-tiba pintu kamar Yasmin terbuka, di lihatnya gadis itu keluar sambil memegang perutnya sedikit membungkuk dengan gelas kosong di tanganya karena hendak mengambil air minum. Vano memperhatikan gerak gerik istri kecilnya itu, namun tiba-tiba Yasmin jatuh kehilangan kesadaranya.

"Asstagfirullah. " ucap Vano yang langsung berlari kearah Yasmin.

Pria itu kebingungan harus melakukan apa, sebagai dokter biasanya Vano selalu tenang menghadapi pasienya, namun kali ini ia kebingungan karena tidak enak menyentuh istrinya sendiri.

Namun karena tidak bisa membiyarkan Yasmin seperti itu, dengan memberanikan diri, Vano menggendongnya masuk kedalam kamar.

" Maaf. " ucap Vano membawa tubuh mungil itu kedalam kamar membaringkanya di atas ranjang.

Kemudian ia keluar mengambil tas kerjanya dan masuk lagi kedalam kamar Yasmin mulai memeriksanya. Vano memasangkan infus di tangan Yasmin, karena tubuh gadis itu terlihat sangat lemah. Kemudian ia duduk di pinggir ranjang

Yasmin sambil memandang wajah gadis itu yang tertutup dengan cadar. Entah kenapa dirinya merasa sangat bersalah ketika melihat gadis kecil ini terbaring tidak berdaya.

Dua jam kemudian Yasmin sudah mulai sadarkan diri, matanya perlahan lahan mulai di buka. Suasana kamarnya terlihat sangat terang, perlahan Yasmin mulai menyesuaikan cahaya terang itu masuk kedalam matanya.

Setelah sepenuhnya sadar matanya langsung tertuju kepada Vano yang sedang duduk di salah satu kursi kamarnya sambil sibuk dengan lebtopnya.

Merasa ada pergerakan dengan sang istri, Vano langsung menegakkan pandanganya melihat Yasmin.

"Udah bangun." tanya Vano mendekat.

Yasmin langsung duduk menundukan kepalanya, dalam fikirinya penuh dengan pertanyaan kenapa pria ini ada di kamarnya.

" Sudah merasa lebih baik. " tanya Vano sambil memeriksa cairan infus yang terpasang di tanganYasmin.

Vano mengambil segelas air dan memberikanya kepada Yasmin.

"Minumlah. " kata Vano.

Dengan pelan Yasmin mulai meminumnya.

" Keadaan tubuhmu sangat lemah, jadi tadi kamu pingsan di depan kamar begitu keluar, kita harus kerumah sakit sekarang untuk memeriksa keadaan tubuhmu lebih dalam. " kata Vano yang memberitaukan keadaanYasmin dengan jelas.

" Tidak perlu." jawab Yasmin yang membuat

Vano kaget mendengarnya.

" Tapi kenapa, tubuhmu sangat lemah. " tanya Vano bingung.

" Saya sudah biasa seperti ini, anda tidak perlu cemas. " jawab Yasmin.

DEKK...

Mendengar jawaban gadis itu, Vano merasa seperti ada yang bergejolak di dalam hatinya.

" Kalau begitu istirahatnya, kalau ada apa-apa panggil saya. " kata Vano yang keluar dan menutup pintu kamar Yasmin.

Setelah melihat sang suami sudah keluar dari kamarnya, Yasmin memperhatikan selang infus yang terpasang di tanganya. Ada rasa tidak enak di hatinya, karena sudah pasti Vano menyentuhnya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Apa lagi ia tidak mengetahui, apakah pria itu sempat membuka cadarnya.

Walaupun semua itu sudah halal untuk ia lakukan, namun Yasmin masih merasa belum siap membuka cadarnya di hadapan pria itu. Karena ia sendiri yang mengatakan, jika pernikahan mereka ini hanya hasil dari perjodohan yang sama-sama tidak memiliki perasaan cinta. Ia hanya takut, jika di kemudian hari ia mencintai pria itu dan menaruh hati padanya, Vano akan meninggalkanya. Karena tidak bisa membuka hati dan membalas perasaannya, biarlah ia akan terus seperti ini sampai pria itu melepaskanya tanpa ada bersalah.

Terpopuler

Comments

shabiraalea

shabiraalea

wahhh masyaAllah, ceritanya bagus kak 🫶🏻

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ikatan janji suci
2 Bab 2 Permintaan Orang Tua
3 Bab 3 Lupa Istri
4 Bab 4 Air mata
5 Bab 5 Makan Bersama
6 Bab 6 Lemah tak berdaya
7 Bab 7 Hadiah
8 Bab 8 Berkunjung
9 Bab 9 Rasa Kecewa
10 Bab 10 Kemana Dia..?
11 Bab 11 Jatuh Sakit
12 Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13 Bab 13 Kejadian Di Kamar
14 Bab 14 Penolakan
15 Bab 15 Celaka
16 Bab 16 Perhatian Kecil
17 Bab 17 Mulai Sadar
18 Bab 18 Bekal
19 Bab 19 Bersentuhan
20 Bab 20 Pengakuan Vano
21 Bab 21 “Mas”
22 Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23 Bab 23 Satu Ranjang
24 Bab 24 Ruang Kerja
25 Bab 25 Butuh Sesuatu
26 Bab 26 Nyeri Perut
27 Bab 27 Nasehat Orang Tua
28 Bab 28 Pelukan Hangat
29 Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30 Bab 30 Alergi??
31 Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32 Bab 32 Pengobatan
33 Bab 33 Saling Pandang
34 Bab 34 Takut Suntik
35 Bab 35 Lepas Perban
36 Bab 36 Belanja
37 Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38 Bab 38 Perasaan Cinta
39 Bab 39 Hadiah
40 Bab 40 Kemesraan
41 Bab 41 Melelahkan
42 Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43 Bab 43 Seorang Sahabat
44 Bab 44 Hadiah
45 Bab 45 Berkaca~kaca
46 Bab 46 Mimpi Buruk
47 Bab 47 Tak Suka Kentang
48 Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49 Ban 49 Rencana Kepantai
50 Bab 50 Hujan - Hujanan
51 Bab 51 Demam
52 Bab 52 Akhirnyaa
53 Bab 53 Unboxing
54 Bab 54 Tas Mewah
55 Bab 55 Potong Rambut
56 Bab 56 Melon
57 Bab 57 Pucat
58 Bab 58 Kabar Bahagia
59 Bab 59 Mual
60 Bab 60 Ngidam?
61 Bab 61 Ngidam Es Cendol
62 Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63 Bab 63 Bosan
64 Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65 Bab 65 Isolasi
66 Bab 66 Terbaring Lemah
67 Bab 67 Ke Australia
68 Bab 68 Via Telfon
69 Bab 69 Mati Lampu
70 Bab 70 Dia Pulang
71 Bab 71 Kembar
72 Bab 72 Ke Apartemen
73 Bab 73 Hasrat
74 Bab 74 Tak Malu Lagi
75 Bab 75 Pengunduran Diri
76 Bab 76 Berkumpul Kembali
77 Bab 77 Reuni
78 Bab 78 Rencana Syukuran
79 Bab 79 Tujuh Bulan
80 Bab 80 Acara inti
81 Bab 81 Suasana Asri
82 Bab 82 Nyamuk
83 Bab 83 Serangan Jantung
84 Bab 84 Kesibukan Baru
85 Bab 85 CEO tampan
86 Bab 86 Semakin membesar
87 Bab 87 Super sibuk
88 Bab 88 Obat Rasa Lelah
89 Bab 89 Hadiah
90 Bab 90 Kontraksi
91 Bab 91 Telah Lahir
92 Bab 92 Aris dan Airah
93 Bab 93 Rencana Tasyakuran
94 Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95 Bab 95 Operasi
96 Bab 96 Rasa Sesal
97 Bab 97 Keramas
98 Bab 98 Kereta Bayi
99 Bab 99 Tanda Merah
100 Bab 100 Semakin Membaik
101 Bab 101 Terjebak Hujan
102 Bab 102 Asi Menumpuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 ikatan janji suci
2
Bab 2 Permintaan Orang Tua
3
Bab 3 Lupa Istri
4
Bab 4 Air mata
5
Bab 5 Makan Bersama
6
Bab 6 Lemah tak berdaya
7
Bab 7 Hadiah
8
Bab 8 Berkunjung
9
Bab 9 Rasa Kecewa
10
Bab 10 Kemana Dia..?
11
Bab 11 Jatuh Sakit
12
Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13
Bab 13 Kejadian Di Kamar
14
Bab 14 Penolakan
15
Bab 15 Celaka
16
Bab 16 Perhatian Kecil
17
Bab 17 Mulai Sadar
18
Bab 18 Bekal
19
Bab 19 Bersentuhan
20
Bab 20 Pengakuan Vano
21
Bab 21 “Mas”
22
Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23
Bab 23 Satu Ranjang
24
Bab 24 Ruang Kerja
25
Bab 25 Butuh Sesuatu
26
Bab 26 Nyeri Perut
27
Bab 27 Nasehat Orang Tua
28
Bab 28 Pelukan Hangat
29
Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30
Bab 30 Alergi??
31
Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32
Bab 32 Pengobatan
33
Bab 33 Saling Pandang
34
Bab 34 Takut Suntik
35
Bab 35 Lepas Perban
36
Bab 36 Belanja
37
Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38
Bab 38 Perasaan Cinta
39
Bab 39 Hadiah
40
Bab 40 Kemesraan
41
Bab 41 Melelahkan
42
Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43
Bab 43 Seorang Sahabat
44
Bab 44 Hadiah
45
Bab 45 Berkaca~kaca
46
Bab 46 Mimpi Buruk
47
Bab 47 Tak Suka Kentang
48
Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49
Ban 49 Rencana Kepantai
50
Bab 50 Hujan - Hujanan
51
Bab 51 Demam
52
Bab 52 Akhirnyaa
53
Bab 53 Unboxing
54
Bab 54 Tas Mewah
55
Bab 55 Potong Rambut
56
Bab 56 Melon
57
Bab 57 Pucat
58
Bab 58 Kabar Bahagia
59
Bab 59 Mual
60
Bab 60 Ngidam?
61
Bab 61 Ngidam Es Cendol
62
Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63
Bab 63 Bosan
64
Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65
Bab 65 Isolasi
66
Bab 66 Terbaring Lemah
67
Bab 67 Ke Australia
68
Bab 68 Via Telfon
69
Bab 69 Mati Lampu
70
Bab 70 Dia Pulang
71
Bab 71 Kembar
72
Bab 72 Ke Apartemen
73
Bab 73 Hasrat
74
Bab 74 Tak Malu Lagi
75
Bab 75 Pengunduran Diri
76
Bab 76 Berkumpul Kembali
77
Bab 77 Reuni
78
Bab 78 Rencana Syukuran
79
Bab 79 Tujuh Bulan
80
Bab 80 Acara inti
81
Bab 81 Suasana Asri
82
Bab 82 Nyamuk
83
Bab 83 Serangan Jantung
84
Bab 84 Kesibukan Baru
85
Bab 85 CEO tampan
86
Bab 86 Semakin membesar
87
Bab 87 Super sibuk
88
Bab 88 Obat Rasa Lelah
89
Bab 89 Hadiah
90
Bab 90 Kontraksi
91
Bab 91 Telah Lahir
92
Bab 92 Aris dan Airah
93
Bab 93 Rencana Tasyakuran
94
Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95
Bab 95 Operasi
96
Bab 96 Rasa Sesal
97
Bab 97 Keramas
98
Bab 98 Kereta Bayi
99
Bab 99 Tanda Merah
100
Bab 100 Semakin Membaik
101
Bab 101 Terjebak Hujan
102
Bab 102 Asi Menumpuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!