Bab 7 Hadiah

Subuh menjelang, Yasmin keluar dari kamarnya dan mulai menyiapkan sarapan pagi untuk Vano. Selama mash tinggal di sini, ia mencoba untuk tetap menjadi istri yang baik, walaupun hal itu fikirnya tidak ada artinya untuk Vano. Namun Yasmin tidak ingin berhutang budi kepada suaminya itu, maka dari itu ia memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga semampu yang ia bisa.

Setelah hari sudah menjelang terang, Vano keluar dari kamarnya untuk olah raga sebentar lari keliling komplek apartemen. Namun perhatianya teralih, dengan makanan yang sudah tertata rapi di atas meja makan.

" Apa dia yang masak, kok aku nggak dengar dia keluar kamar. " gumam Vano heran.

Vano pun pergi menuju kamar Yasmin dan

mengetoknya.

"Yasmin.. " panggil Vano sambil mengetok pintu kamarnya.

"Iya. " jawab Yasmin yang membukakan pintu.

" Apa kamu yang masak. " tanya Vano.

"Iya. " jawab Yasmin menunduk.

" Kamu kan masih sakit, kenapa repot repot siapin makanan. " tanya Vano yang tidak bisa

menyembunyikan kecemasanya.

" Saya sudah tidak apa-apa. " jawab Yasmin.

" Kamu yakin, apa sebaiknya kita kerumah sakit saja." tanya Vano memastikan.

" Saya sudah sehat. " jawab Yasmin.

" Kamu yakin. " tanya Vano memastikan lagi.

" Iya." jawab Yasmin singkat.

Setelah memastikan gadis itu sudah baik-baik saja, Vano masuk kedalam kamarnya kembali bersiap-siap untuk berangkat kerja dan membatalkan niatnya untuk olah raga. Sebelum berangkat ia menikmati sarapan yang sudah di siapkan Yasmin, karena ingin menghargai kerja keras istrinya itu.

Setelah selesai, ia kembali mengetuk pintu kamar Yasmin.

"yasmin…. " panggil Vano.

Yasmin pun keluar sambil menunduk, sudah hampir seminggu mereka menikah, namun Yasmin belum pernah menatap wajah suaminya itu.

" Apa saya bisa minta nomor ponselmu." tanya Vano yang mengulurkan ponselnya dan berikan kepada Yasmin, agar ia bisa menulisnya sendiri.

" Saya nggak bisa." jawab Yasmin.

" Maksud kamu." tanya vano bingung.

" Saya tidak punya ponsel. " jawab Yasmin.

Vano yang mendengar itu seketika kaget, karena fikirnya di jaman yang serba digital seperti ini, masih ada juga orang yang tidak mempunyai benda itu.

" Ya sudah, kalau begitu saya berangkat dulu. " kata Vano pamit.

" Iya." jawab Yasmin singkat, kemudian ‹ menutup pintu kamarnya setelah Vano keluar.

Sesampanya di rumah sakit, Vano langsung di sambut oleh beberapa jadwalnya untuk memeriksa keadaan pasien.

Siang menjelang, barulah ia kembali keruang kerjanya. sesampainya di sana sudah ada lyan yang menunggunya.

" Hey bro, makan yuk. " ajak Iyan yang sudah menunggunya untuk di ajak sama- sama kekantin.

"Kamu aja, aku mau pesan makan di sini aja." Ucap Vanoyang mulai membuka aplikasi untuk memesan makanan secara online.

" Oh ya udah, sekalian pesanin untuk aku juga, malas makan sendirian kekantin. " kata Iyan yang ikut makan dengan Vano di ruanganya.

Sembari menunggu pesanan mereka datang,

Vano melihat lihat jenis ponsel di aplikasi online.

" Eh Yan, menurut kamu ini gimana." tanya Vano yang memperlihatkan jenis ponsel yang sedikit berwarna pink kepada lyan.

" Kamu mau beli ponsel. " tanya lyan.

" Iya. "ucap Vano.

" Tapi kok warnanya cewek banget, selera kamu udah berubah ya. " tanya lyan heran.

" Bukan buat aku. " jawab Vano.

" Terus kalau bukan buat kamu, buat siapa, nggak mungkin buat mama kamu kan. " tanya lyan bingung.

" Buat Yasmin." jawab Vano jujur.

" Hah, Yasmin?, siapa dia, pacar kamu. " tanya Iyan kaget mendengar Vano menyebut nama seorang gadis.

" Istri aku. " jawab Vano santai.

" Whaattt...." seketika lyan kaget mendengar ucapan Vano.

Namun orang itu hanya santai sambil melihat lihat berbagai jenis merek ponsel yang ia ingin beli untuk Yasmin.

" Nggak, kamu becanda kan. " tanya Iyan yang tidak percaya.

" Apa aku terlihat seperti sedang bercanda. " jawab Vano.

" Tapi sejak kapan kamu menikah, kok aku nggak tau. " tanya lyan lagi yang masih belum percaya.

" Baru seminggu yang lalu. " jawab Vano.

" Kok bisa." tanya lyan lagi.

" Kita di jodohkan. " jawab Vano jujur.

" Oohh.. pantas." kata lyan yang akhirnya percaya.

Tidak berselang lama, pesanan mereka pun datang. Keduanya mulai menikmati makan siang bersama.

" Eh Van, terus Salma gimana. " tanya lyan, yang baru kefikiran dengan gadis itu.

" Memangnya kenapa dengan dia." tanya

Vano santai.

" Kamu kan tau, gimana perasaan Salma kekamu Van." jawab Iyan.

" Nggak ada hubunganya dengan aku. " jawab Vano tidak mengambil pusing.

" Kamu nggak bisa gitu Van, bagaimana pun Salma kan teman kita. " kata Iyan mengingatkan Vano.

" Entahlah Yan, aku juga bingung." jawab Vano bingung.

Sore pun tiba, Vano dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya karena ada beberapa barang yang ingin ia ambil.

" Assalamu'alaikum." kata Vano yang masuk kedalam rumah.

" Waalaikum'salam, Vano. " jawab mamanya yang sedang duduk di ruang tengah.

Vano masuk menuju kamarnya di lantai dua, melewati mamanya yang sedang duduk merajut.

"Yasmin mana, kok kamu datang sendirian aja. " tanya mamanya yang tidak melihat menantuanya itu.

" Vano cuma mau ambil beberapa barang mah,juga Vano baru dari rumah sakit langsung kesini. " jawab Vano yang sedang mencari sesuatu di lemari pakaianya.

" Terus kapan kamu bawa dia kerumah nginap di sini. " tanya mamanya.

" Nanti kalau Vano ada waktu. " jawab Vano turun dan hendak pulang.

"Vano pamit, salam buat papa."Kata Vano sambil mencium tangan mamanya.

" Nanti jangan lupa bawa istri kamu nginap di rumah." Pesan mamanya.

"Iya. " jawab Vano singkat kemudian naik keatas motor besarnya.

Pria itu melajukan motornya menuju salah satu toko ponsel yang cukup besar. Ia mulai memili jenis ponsel yang sama denganya.

" Selamat malam mas, ada yang bisa kami bantu. " tanya kariawan toko itu dengan ramah.

" Saya mau yang itu mbak. " jawab Vano yang menjatuhkan pilihan kesalah satu jenis ponsel berwarna putih.

" Baik, tunggu sebentar mas saya ambilkan barangnya dulu. " kata kariawan itu menuju gudang.

Setelah ada, Vano langsung membayarnya dan pulang. Sesampainya di rumah, jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Di lihatnya, sudah ada makanan tertata rapi di atas meja. Karena merasa lapar, Vano langsung duduk di meja makan menikmati makanan itu dengan lahap.

Begitu selesai, ia hendak pergi mengambil air di dalam kulkas. Namun begitu Vano hendak membuka pintu kulkas itu, ia melihat ada kertas kecil tertempel di depan pintu kulkas. Vano pun mengambilnya dan mulai membacanya.

Rupanya daftar bahan makanan yang sudah habis, Yasmin sengaja menulis semuanya dan menempelnya di depan pintu kulkas, agar pria itu bisa melihatnya.

Jam dua dini hari, Vano masih duduk di ruang tengah sambil memangku lebtopnya. Tiba-tiba terlihat kamar Yasmin terang, dan beberapa menit kemudain terlihat gadis itu keluar dari kamarnya karena hendak mengambil air minum.

" Yasmin..." panggil Vano tiba-tiba.

Seketika gadis itu kaget.

" Asstagfirullah. " gumam Yasmin kaget.

Vano mendekat sambil membawa paper bag kecil yang berisi ponsel ia beli dalam perjalanan pulang.

" Ini buat kamu. " kata Vano memberikanya kepada Yasmin.

"Apa ini. " tanya Yasmin yang enggan mengambilnya.

"Ponsel, saya belikan buat kamu. " jawab Vano.

" Maaf saya nggak bisa menerimanya. " jawab Yasmin menolak.

"Tapi gimana saya harus menghubugi kamu, kalau kamu nggak ada ponsel. " tanya Vano bingung.

"Bapak tenang saja, saya tidak akan kemana mana tanpa seizin anda, karena sudah menjadi kewajiban seorang istri tidak keluar rumah, tanpa seizin suaminya. " jawab Yasmin dan berlalu menuju dapur.

Vano bingung mematung mencerna perkataan istrinya itu.

Episodes
1 Bab 1 ikatan janji suci
2 Bab 2 Permintaan Orang Tua
3 Bab 3 Lupa Istri
4 Bab 4 Air mata
5 Bab 5 Makan Bersama
6 Bab 6 Lemah tak berdaya
7 Bab 7 Hadiah
8 Bab 8 Berkunjung
9 Bab 9 Rasa Kecewa
10 Bab 10 Kemana Dia..?
11 Bab 11 Jatuh Sakit
12 Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13 Bab 13 Kejadian Di Kamar
14 Bab 14 Penolakan
15 Bab 15 Celaka
16 Bab 16 Perhatian Kecil
17 Bab 17 Mulai Sadar
18 Bab 18 Bekal
19 Bab 19 Bersentuhan
20 Bab 20 Pengakuan Vano
21 Bab 21 “Mas”
22 Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23 Bab 23 Satu Ranjang
24 Bab 24 Ruang Kerja
25 Bab 25 Butuh Sesuatu
26 Bab 26 Nyeri Perut
27 Bab 27 Nasehat Orang Tua
28 Bab 28 Pelukan Hangat
29 Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30 Bab 30 Alergi??
31 Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32 Bab 32 Pengobatan
33 Bab 33 Saling Pandang
34 Bab 34 Takut Suntik
35 Bab 35 Lepas Perban
36 Bab 36 Belanja
37 Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38 Bab 38 Perasaan Cinta
39 Bab 39 Hadiah
40 Bab 40 Kemesraan
41 Bab 41 Melelahkan
42 Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43 Bab 43 Seorang Sahabat
44 Bab 44 Hadiah
45 Bab 45 Berkaca~kaca
46 Bab 46 Mimpi Buruk
47 Bab 47 Tak Suka Kentang
48 Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49 Ban 49 Rencana Kepantai
50 Bab 50 Hujan - Hujanan
51 Bab 51 Demam
52 Bab 52 Akhirnyaa
53 Bab 53 Unboxing
54 Bab 54 Tas Mewah
55 Bab 55 Potong Rambut
56 Bab 56 Melon
57 Bab 57 Pucat
58 Bab 58 Kabar Bahagia
59 Bab 59 Mual
60 Bab 60 Ngidam?
61 Bab 61 Ngidam Es Cendol
62 Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63 Bab 63 Bosan
64 Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65 Bab 65 Isolasi
66 Bab 66 Terbaring Lemah
67 Bab 67 Ke Australia
68 Bab 68 Via Telfon
69 Bab 69 Mati Lampu
70 Bab 70 Dia Pulang
71 Bab 71 Kembar
72 Bab 72 Ke Apartemen
73 Bab 73 Hasrat
74 Bab 74 Tak Malu Lagi
75 Bab 75 Pengunduran Diri
76 Bab 76 Berkumpul Kembali
77 Bab 77 Reuni
78 Bab 78 Rencana Syukuran
79 Bab 79 Tujuh Bulan
80 Bab 80 Acara inti
81 Bab 81 Suasana Asri
82 Bab 82 Nyamuk
83 Bab 83 Serangan Jantung
84 Bab 84 Kesibukan Baru
85 Bab 85 CEO tampan
86 Bab 86 Semakin membesar
87 Bab 87 Super sibuk
88 Bab 88 Obat Rasa Lelah
89 Bab 89 Hadiah
90 Bab 90 Kontraksi
91 Bab 91 Telah Lahir
92 Bab 92 Aris dan Airah
93 Bab 93 Rencana Tasyakuran
94 Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95 Bab 95 Operasi
96 Bab 96 Rasa Sesal
97 Bab 97 Keramas
98 Bab 98 Kereta Bayi
99 Bab 99 Tanda Merah
100 Bab 100 Semakin Membaik
101 Bab 101 Terjebak Hujan
102 Bab 102 Asi Menumpuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 ikatan janji suci
2
Bab 2 Permintaan Orang Tua
3
Bab 3 Lupa Istri
4
Bab 4 Air mata
5
Bab 5 Makan Bersama
6
Bab 6 Lemah tak berdaya
7
Bab 7 Hadiah
8
Bab 8 Berkunjung
9
Bab 9 Rasa Kecewa
10
Bab 10 Kemana Dia..?
11
Bab 11 Jatuh Sakit
12
Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13
Bab 13 Kejadian Di Kamar
14
Bab 14 Penolakan
15
Bab 15 Celaka
16
Bab 16 Perhatian Kecil
17
Bab 17 Mulai Sadar
18
Bab 18 Bekal
19
Bab 19 Bersentuhan
20
Bab 20 Pengakuan Vano
21
Bab 21 “Mas”
22
Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23
Bab 23 Satu Ranjang
24
Bab 24 Ruang Kerja
25
Bab 25 Butuh Sesuatu
26
Bab 26 Nyeri Perut
27
Bab 27 Nasehat Orang Tua
28
Bab 28 Pelukan Hangat
29
Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30
Bab 30 Alergi??
31
Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32
Bab 32 Pengobatan
33
Bab 33 Saling Pandang
34
Bab 34 Takut Suntik
35
Bab 35 Lepas Perban
36
Bab 36 Belanja
37
Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38
Bab 38 Perasaan Cinta
39
Bab 39 Hadiah
40
Bab 40 Kemesraan
41
Bab 41 Melelahkan
42
Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43
Bab 43 Seorang Sahabat
44
Bab 44 Hadiah
45
Bab 45 Berkaca~kaca
46
Bab 46 Mimpi Buruk
47
Bab 47 Tak Suka Kentang
48
Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49
Ban 49 Rencana Kepantai
50
Bab 50 Hujan - Hujanan
51
Bab 51 Demam
52
Bab 52 Akhirnyaa
53
Bab 53 Unboxing
54
Bab 54 Tas Mewah
55
Bab 55 Potong Rambut
56
Bab 56 Melon
57
Bab 57 Pucat
58
Bab 58 Kabar Bahagia
59
Bab 59 Mual
60
Bab 60 Ngidam?
61
Bab 61 Ngidam Es Cendol
62
Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63
Bab 63 Bosan
64
Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65
Bab 65 Isolasi
66
Bab 66 Terbaring Lemah
67
Bab 67 Ke Australia
68
Bab 68 Via Telfon
69
Bab 69 Mati Lampu
70
Bab 70 Dia Pulang
71
Bab 71 Kembar
72
Bab 72 Ke Apartemen
73
Bab 73 Hasrat
74
Bab 74 Tak Malu Lagi
75
Bab 75 Pengunduran Diri
76
Bab 76 Berkumpul Kembali
77
Bab 77 Reuni
78
Bab 78 Rencana Syukuran
79
Bab 79 Tujuh Bulan
80
Bab 80 Acara inti
81
Bab 81 Suasana Asri
82
Bab 82 Nyamuk
83
Bab 83 Serangan Jantung
84
Bab 84 Kesibukan Baru
85
Bab 85 CEO tampan
86
Bab 86 Semakin membesar
87
Bab 87 Super sibuk
88
Bab 88 Obat Rasa Lelah
89
Bab 89 Hadiah
90
Bab 90 Kontraksi
91
Bab 91 Telah Lahir
92
Bab 92 Aris dan Airah
93
Bab 93 Rencana Tasyakuran
94
Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95
Bab 95 Operasi
96
Bab 96 Rasa Sesal
97
Bab 97 Keramas
98
Bab 98 Kereta Bayi
99
Bab 99 Tanda Merah
100
Bab 100 Semakin Membaik
101
Bab 101 Terjebak Hujan
102
Bab 102 Asi Menumpuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!