Bab 4 Air mata

" Saya sudah belikan makanan untukmu, ada di meja makan. " kata Vano yang singgah sebentar membelikan makanan untuk sang istri dalam perjalanan pulang.

Namun Yasmin hanya diam saja karena tidak enak jika harus makan di depan sang suami.

Vano yang mengerti akan hal itu, langsung berpamitan untuk kembali kerumah sakit.

" Kalau bagitu saya balik kerumah sakit dulu, maaf karena saya belum terbiasa. " kata Vano pamit.

" Iya. " jawab Yasmin dengan singkat.

Setelah melihat Vano hilang di balik pintu, barulah Aisyah bisa bernafas dengan lega.

" Huuufff....." nafas Yasmin yang di

hembuskan karena lega.

Dengan cepat gadis itu langsung menuju meja makan, sudah dari tadi pagi ia memang merasa lapar, namun karena tidak ada satu pun bahan makanan di rumah ini, dan takut mengatakan kepada Vano. Yasmin hanya memilih diam saja, menunggu sampai suaminya itu mengingatnya.

Terlihat ada beberapa jenis makanan dan cemilan di dalam kantong plastik yang Vano bawakan untuknya. Ia pun mulai menikmati makanan itu, dan menyimpan yang lainya di dalam kulkas.

Sore menjelang Yasmin sudah selesai membersihkan seluruh ruangan yang ada di apartemen ini terkecuali kamar suaminya, walaupun Vano adalah tipe pria yang rapi dan bersih. Namun Yasmin berinisiatif untuk membersihkan apa saja yang terlihat kotor dan tidak rapi, walaupun hanya sedikit.

Setelah selesai, ia langsung membersihkan tubuhnya untuk bersiap-siap sholat magrib.

Jam menunjukan pukul 8 malam, Yasmin selesai menikmati makan malamnya dengan makan yang di belikan Vano tadi siang. Gadis itu hanya tinggal memanaskanya saja, karena Vano membelikanya terlalu banyak.

Pukul 10 malam Vano baru sampai dari rumah sakit, di lihatnya keadaan rumah sudah sangat gelap.

Pintu kamar Yasmin sudah terlihat gelap, yang menandakan jika gadis itu sudah tidur.

Vano masuk kedalam kamarnya dan langsung membersihkan tubuhnya, hari ini pekerjaan di rumah sakit sangatlah padat. Sehingga membuat pria itu ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Namun sudah hampir sejam ia berada di atas ranjang, tidak juga bisa menutup matanya.

Vano semakin pusing karena tidak bisa tidur, pria itu keluar menuju dapur dan mengambil sebotol air meneguknya sampai habis berharap setelah ini ia akan terlelap. Namun cara itu tidak berhasil, ia masih saja kesulitan untuk tidur.

Vano memilih untuk duduk di ruang tengah sambil menghidupan TV, hingga jam menunjukan pukul dua dini hari ia masih saja belum bisa tidur. Tiba-tiba terlihat dari kamar Yasmin lampunya menyala, gadis itu sudah bangun karena ingin sholat tahajud.

Sudah menjadi kebiasaanya setiap malam untuk bangun dan sholat di jam segitu, setelah selesai sholat, Yasmin memutuskan untuk mengaji sebentar.

vano yang masih duduk diruang tengah bisa mendengar suara Yasmin dengan jelas, perlahan-lahan pria itu mulai tertidur dan merebahkan tubuhnya di kursi sofa yang panjang.

Dalam sekejam ia sudah terlelap. Setelah hampir setengah jam, Yasmin menyudahi kegiatannya membaca Al-Qur'an. gadis itu memilih untuk membaca buku yang ia bawa dari pesantren beberapa.

Jam menunjukan pukul 4.30 pagi, yang menandakan sholat subuh sudah tiba.

Yasmin beranjak dari ranjang dan mulai melaksanakan sholat subuhnya. Setelah selesai gadis itu keluar, karena merasa haus. Begitu ia keluar kamar, betapa terkejutnya Yasmin melihat Vano yang sedang tidur dengan pulasnya di depan TV yang masih menyalah.

" Asstagfirullah.." ucap Yasmin yang sedikit kaget.

"Kenapa dia tidur di situ. " gumam Yasmin bingung.

la pun berjalan menuju dapur mengambil segelas air minum, ketika ingin masuk kembali kedalam kamarnya. yasmin melihat Vano seperti kedinginan, hatinya pun merasa terpanggil. la melihat ada sebuah selimut di ujung sofa, pelan-pelan ia mengambilnya dan menyelimuti sang suami kemudian

mematikan TV yang di tinggal menyala.

Setelah selesai ia masuk kedalam kamar dengan cepat, karena takut pria itu akan bangun dan berfikir yang tidak-tidak. Vano terbangun oleh alarm di ponselnya berbunyi, karena sudah waktunya sholat

subuh.

Dengan cepat ia bangkit dan langsung masuk kedalam kamar untuk bersiap siap sholat. Setelah selesai, pria itu memilih untuk olah raga sebentar lari keliling komplek apartemennya.

Hari ini adalah hari libur, setelah selesai membersihkan tubuhnya karena keringat. vano mengetuk pintu kamar Yasmin.

ТОК...ТОК....

Dengan cepat gadis itu membukanya dan lagi-lagi menunduk. Sudah dua hari ia berada di rumah ini, namun Vano jarang sekali melihatnya. seakan akan gadis itu tidak ada di rumah ini, ia hanya akan keluar jika Vano memanggilnya saja, selebihnya mengurung diri didalam kamar.

" Saya mau keluar untuk membeli beberapa keperluan rumah, kamu bisa ikut saya. " tanya Vano.

yasmin pun mengangguk, ia masuk kedalam mengganti pakaianya sebentar.

Setelah selesai, mereka turun kebawah menuju basement masuk kedalam mobil. Selama perjalanan Yasmin hanya diam saja, sambil sesekali memandang keluar jendela melihat kehidupan kota yang penuh dengan kesibukan.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di salah satu super market yang cukup besar. Vano masuk kedalam sambil membawa satu troli belanja, sementara Yasmin hanya diam mengikutinya dari belakang dengan jarak sekitar 1 meter.

"Pilihlah apa yang kamu butuhkan. " kata Vano mempersilahkan Yasmin.

Namun gadis itu diam saja, karena masih merasa tidak enak dengan Vano.

" Kenapa. " tanya Vano yang sedikit bingung.

"Tidak. " jawab Yasmin singkat.

" Sekalian kita beli bahan makanan." kata

Vano yang pergi menuju kebagian bahan dapur.

Ia mulai memilih bahan-bahan yang menurutnya bisa di makan sang istri, karena Vano sudah merasa capek bertanya, sebab Yasmin hanya menjawabnya dengan singkat.

Setelah selesai mereka pun menuju kasir untuk membayar, dua troli besar penuh dengan kebutuhan rumah mulai di scan satu persatu oleh sang kasir.

" Berapa mbak." tanya Vano.

" Semuanya jadi Rp.4.000,000 pak. " jawab kasir itu.

Yasmin yang mendengarnya langsung kaget dengan jumlahnya, sebab selama di pesantren ia tidak pernah belanja sampai menghabiskan uang sebanyak itu.

Setelah selesai, mereka pun pulang. Sesampainya di apartemen, Vano mulai menaruh semua belanjaan mereka keatas meja dapur. Sementara Yasmin masuk kedalam kamarnya untuk mengganti pakaianya.

Tiba-tiba ponsel Vano berdering, dengan cepat ia melihatnya. Ternyata rekan kerjanya yang menghubunginya.

" Halo Yan. " jawab vano.

" van, kamu bisa datang kerumah sakit sekarang nggak, ada pasien yang membutuhkan operasi darurat, sementara dokter yang bertugas hari ini kurang. " jawab Iyan yang terdengar panik.

" Baiklah, aku kesana sekarang. " jawab Vano yang masuk kedalam kamarnya besiap-siap.

Setelah selesai ia langsung pergi tanpa berpamitan kepada Yasmin.

yasmin yang keluar kamar, langsung menuju dapur untuk merapikan semua belanjaan mereka kedalam lemari penyimpanan.

" Apa dia sudah pergi." gumam yasmin, karena sudah tidak mendengar suara vano lagi.

Di lihatnya jam sudah menunjukan waktunya makan siang, Vano mulai mengambil beberapa bahan makanan untuk di masak. Ia memasak hanya untuk makananya saja, karena Vano pasti akan pulang malam, sama seperti kemarin malam.

Dalam perjalanan pulang dari super market, Vano berpesan jika ia bisa melakukan apa saja di rumah, termasuk memasak.Karena pria itu tidak ingin Yasmin merasa tidak nyaman seperti hidup dengan serba terbatas di rumahnya.

Setelah selesai memasak, ia pun mulai menikmati makananya di meja makan. Hatinya merasa sangat sedih, karena biasanya ketika sedang makan siang seluruh anggota keluarganya akan berkumpul di meja makan. Menikmati makan siang mereka dengan penuh kehangatan, namun kini di rumah dan meja makan sebesar ini, hanya dirinya saja yang duduk sendiri menikmati makan siangnya.

Perlahan air matanya mulai menetes, baru dua hari pisah dari keluarganya. Gadis itu sudah sangat merindukan mereka. Ingin rasanya sekarang menghubungi mereka, namun apalah daya. Yasmin tidak mempunyai ponsel. Karena selama ia duduk di bangku sekolah, orang tuanya melarang keras anak anaknya memegang benda pipih itu, terutama sang ayah.

Hingga kini ia sudah berstatus sebagai istri dari seseorang, Ia belum juga memilikinya.

Episodes
1 Bab 1 ikatan janji suci
2 Bab 2 Permintaan Orang Tua
3 Bab 3 Lupa Istri
4 Bab 4 Air mata
5 Bab 5 Makan Bersama
6 Bab 6 Lemah tak berdaya
7 Bab 7 Hadiah
8 Bab 8 Berkunjung
9 Bab 9 Rasa Kecewa
10 Bab 10 Kemana Dia..?
11 Bab 11 Jatuh Sakit
12 Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13 Bab 13 Kejadian Di Kamar
14 Bab 14 Penolakan
15 Bab 15 Celaka
16 Bab 16 Perhatian Kecil
17 Bab 17 Mulai Sadar
18 Bab 18 Bekal
19 Bab 19 Bersentuhan
20 Bab 20 Pengakuan Vano
21 Bab 21 “Mas”
22 Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23 Bab 23 Satu Ranjang
24 Bab 24 Ruang Kerja
25 Bab 25 Butuh Sesuatu
26 Bab 26 Nyeri Perut
27 Bab 27 Nasehat Orang Tua
28 Bab 28 Pelukan Hangat
29 Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30 Bab 30 Alergi??
31 Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32 Bab 32 Pengobatan
33 Bab 33 Saling Pandang
34 Bab 34 Takut Suntik
35 Bab 35 Lepas Perban
36 Bab 36 Belanja
37 Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38 Bab 38 Perasaan Cinta
39 Bab 39 Hadiah
40 Bab 40 Kemesraan
41 Bab 41 Melelahkan
42 Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43 Bab 43 Seorang Sahabat
44 Bab 44 Hadiah
45 Bab 45 Berkaca~kaca
46 Bab 46 Mimpi Buruk
47 Bab 47 Tak Suka Kentang
48 Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49 Ban 49 Rencana Kepantai
50 Bab 50 Hujan - Hujanan
51 Bab 51 Demam
52 Bab 52 Akhirnyaa
53 Bab 53 Unboxing
54 Bab 54 Tas Mewah
55 Bab 55 Potong Rambut
56 Bab 56 Melon
57 Bab 57 Pucat
58 Bab 58 Kabar Bahagia
59 Bab 59 Mual
60 Bab 60 Ngidam?
61 Bab 61 Ngidam Es Cendol
62 Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63 Bab 63 Bosan
64 Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65 Bab 65 Isolasi
66 Bab 66 Terbaring Lemah
67 Bab 67 Ke Australia
68 Bab 68 Via Telfon
69 Bab 69 Mati Lampu
70 Bab 70 Dia Pulang
71 Bab 71 Kembar
72 Bab 72 Ke Apartemen
73 Bab 73 Hasrat
74 Bab 74 Tak Malu Lagi
75 Bab 75 Pengunduran Diri
76 Bab 76 Berkumpul Kembali
77 Bab 77 Reuni
78 Bab 78 Rencana Syukuran
79 Bab 79 Tujuh Bulan
80 Bab 80 Acara inti
81 Bab 81 Suasana Asri
82 Bab 82 Nyamuk
83 Bab 83 Serangan Jantung
84 Bab 84 Kesibukan Baru
85 Bab 85 CEO tampan
86 Bab 86 Semakin membesar
87 Bab 87 Super sibuk
88 Bab 88 Obat Rasa Lelah
89 Bab 89 Hadiah
90 Bab 90 Kontraksi
91 Bab 91 Telah Lahir
92 Bab 92 Aris dan Airah
93 Bab 93 Rencana Tasyakuran
94 Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95 Bab 95 Operasi
96 Bab 96 Rasa Sesal
97 Bab 97 Keramas
98 Bab 98 Kereta Bayi
99 Bab 99 Tanda Merah
100 Bab 100 Semakin Membaik
101 Bab 101 Terjebak Hujan
102 Bab 102 Asi Menumpuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 ikatan janji suci
2
Bab 2 Permintaan Orang Tua
3
Bab 3 Lupa Istri
4
Bab 4 Air mata
5
Bab 5 Makan Bersama
6
Bab 6 Lemah tak berdaya
7
Bab 7 Hadiah
8
Bab 8 Berkunjung
9
Bab 9 Rasa Kecewa
10
Bab 10 Kemana Dia..?
11
Bab 11 Jatuh Sakit
12
Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13
Bab 13 Kejadian Di Kamar
14
Bab 14 Penolakan
15
Bab 15 Celaka
16
Bab 16 Perhatian Kecil
17
Bab 17 Mulai Sadar
18
Bab 18 Bekal
19
Bab 19 Bersentuhan
20
Bab 20 Pengakuan Vano
21
Bab 21 “Mas”
22
Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23
Bab 23 Satu Ranjang
24
Bab 24 Ruang Kerja
25
Bab 25 Butuh Sesuatu
26
Bab 26 Nyeri Perut
27
Bab 27 Nasehat Orang Tua
28
Bab 28 Pelukan Hangat
29
Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30
Bab 30 Alergi??
31
Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32
Bab 32 Pengobatan
33
Bab 33 Saling Pandang
34
Bab 34 Takut Suntik
35
Bab 35 Lepas Perban
36
Bab 36 Belanja
37
Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38
Bab 38 Perasaan Cinta
39
Bab 39 Hadiah
40
Bab 40 Kemesraan
41
Bab 41 Melelahkan
42
Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43
Bab 43 Seorang Sahabat
44
Bab 44 Hadiah
45
Bab 45 Berkaca~kaca
46
Bab 46 Mimpi Buruk
47
Bab 47 Tak Suka Kentang
48
Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49
Ban 49 Rencana Kepantai
50
Bab 50 Hujan - Hujanan
51
Bab 51 Demam
52
Bab 52 Akhirnyaa
53
Bab 53 Unboxing
54
Bab 54 Tas Mewah
55
Bab 55 Potong Rambut
56
Bab 56 Melon
57
Bab 57 Pucat
58
Bab 58 Kabar Bahagia
59
Bab 59 Mual
60
Bab 60 Ngidam?
61
Bab 61 Ngidam Es Cendol
62
Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63
Bab 63 Bosan
64
Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65
Bab 65 Isolasi
66
Bab 66 Terbaring Lemah
67
Bab 67 Ke Australia
68
Bab 68 Via Telfon
69
Bab 69 Mati Lampu
70
Bab 70 Dia Pulang
71
Bab 71 Kembar
72
Bab 72 Ke Apartemen
73
Bab 73 Hasrat
74
Bab 74 Tak Malu Lagi
75
Bab 75 Pengunduran Diri
76
Bab 76 Berkumpul Kembali
77
Bab 77 Reuni
78
Bab 78 Rencana Syukuran
79
Bab 79 Tujuh Bulan
80
Bab 80 Acara inti
81
Bab 81 Suasana Asri
82
Bab 82 Nyamuk
83
Bab 83 Serangan Jantung
84
Bab 84 Kesibukan Baru
85
Bab 85 CEO tampan
86
Bab 86 Semakin membesar
87
Bab 87 Super sibuk
88
Bab 88 Obat Rasa Lelah
89
Bab 89 Hadiah
90
Bab 90 Kontraksi
91
Bab 91 Telah Lahir
92
Bab 92 Aris dan Airah
93
Bab 93 Rencana Tasyakuran
94
Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95
Bab 95 Operasi
96
Bab 96 Rasa Sesal
97
Bab 97 Keramas
98
Bab 98 Kereta Bayi
99
Bab 99 Tanda Merah
100
Bab 100 Semakin Membaik
101
Bab 101 Terjebak Hujan
102
Bab 102 Asi Menumpuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!