Bab 10 Kemana Dia..?

"Kemana dia. " gumam Yasmin.

" Apa karena ada aku di sini, pria itu tidak nyaman. " fikir Yasmin.

Subuh menjelang, Vano masuk kembali kedalam kamarnya. di lihatnya Yasmin sudah bangun dan duduk di atas ranjang yang sudah ia rapikan.

" Saya mau ambil pakaian sholat." kata Vano yang berjalan menuju lemari pakaianya.

Yasmin tidak menjawabnya yang terus duduk

menunduk. Setelah mendapatkan pakaianya, Vano masuk kedalam kamar mandi untuk bersiap-siap.

Sementara di luar, papanya sudah menunggu putranya itu untuk berangkat sholat subuh di

masjid.

Setelah selesai, Vano keluar dari kamar mandi dengan pakaian sholatnya.

" Saya mau kemasjid dulu. " kata Vano pamit.

Ia keluar kamar menemui papanya yang duduk di ruang tengah.

" Kenapa." tanya papanya melihat Vano turun.

" Kenapa apanya pah. " tanya Vano bingung.

" Kamu nggak tidur begitu. " jawab papanya langsung tau.

" Vano nggak bisa tidur pah, mungkin karena sudah terbiasa dinas malam. " jawab Vano.

" Apa karena sekarang sudah ada teman tidurnya. " ejek papanya.

" Apaan sih pah, udah ah yuk kemasjid keburu siang. " jawab Vano menepis.

Keduanya pun langsung menuju masjid dengan berjalan kaki.

Sementara Yasmin memilih untuk keluar kamar menuju dapur berniat ingin membatu para asisten rumah untuk menyiapkan sarapan.

" Eh.. non ngapain kesini, apa ada yang bisa kamu bantu. " tanya salah satu dari mereka yang sedang sibuk memasak.

" Nggak kok mbak, saya cuma ingin membantu aja. " jawab Yasmin sopan.

" Nggak perlu non, non istirahat aja ini sudah menjadi tugas kami. " jawab mereka.

Tiba-tiba datang mama mertuanya setelah selesai sholat subuh.

"Yasmin, kamu ngapain ada di dapur. " tanya

mamanya.

" Yasmin cuma ingin membantu menyiapkan sarapan aja mah. " jawab Yasmin sopan.

" Nggak usah, kan sudah ada mbak. kamu istirahat aja tunggu Vano di kamar, baru kita sarapan sama-sama. " kata mamanya menyuruh Yasmin naik keatas.

"Tapi mah. " jawab Yasmin yang merasa tidak enak, jika tidak hanya diam saja.

" Udah, nanti kalau Vano sudah pulang sama papa, baru kita sarapan, sekarang kamu kekamar aja. " kata mamanya yang terus mendorong Yasmin naik keatas.

Dengan berat hati, Yasmin pun kembali kedalam kamar. Hari mulai terang, Vano dan papanya sudah kembali dari masjid.

" Vano keatas dulu pah." pamit Vano naik keatas.

" Iya, nanti ajak istrimu untuk sarapan. " jawab papanya.

Sesampainya di dalam kamar, Yasmin duduk di tempat yang sama waktu ia keluar menuju masjid. Vano tidak bicara dan langsung masuk kedalam kamar mandi, pria itu masih merasa kecewa dengan jawab Yasmin siang tadi.

Setelah selesai sarapan, mereka pun langsung pamit karena Vano harus segera kerumah sakit.

Dalam perjalanan pulang, tidak ada interaksi di antara mereka. Sampai Yasmin merasa jika suaminya itu, sudah tidak ingin bicara denganya lagi. Tiba-tiba ponselnya berdering, di lihatnya salah satu suster yang menelponya.

" Halo sus. " jawab Vano.

" Halo dok, bisa keruma sakit sekarang, ada pasien kritis yang harus segera di operasi. " jawab suster itu yang terdengar panik.

"Baik sus, satu jam lagi saya kesana." kata Vano, karena masih harus mengantar Yasmin pulang.

" Sekarang dok, pasien sudah berada di ruang operasi, dokter Iyan juga sedang melakukan operasi besar, jadi tidak ada dokter bedah yang lain. " jawab suster itu.

" Iya sus saya kesana sekarang. " jawab Vano kemudian mematikan panggilanya.

Ia melirik Yasmin yang duduk di sebelahnya.

" Saya harus kerumah sakit sekarang, ada pasien darurat, kamu bisa naik kenderaan umum aja. " kata Vano yang menghentikan mobilnya di salah satu halte.

Yasmin segera turun di ikuti Vano yang turun juga.

" Ini uang untuk bayar busnya. " kata Vano yang memberikanya beberapa lembar uang pecahan 100 ribu.

Kemudian pria itu masuk kedalam mobil melajukanya menuju rumah sakit. Sementara itu, Yasminduduk diam di bangku halte bus itu, ia bingung harus naik bus yang mana dan harus pulang kemana. Sebab ia tidak mengetahui alamat apartemen Vano, terlebih lagi ini kali pertama Yasmin pulang sendiri.

" Aku harus pulang kemana. " gumam Yasmin bingung menatap beberapa lembar uang di tanganya.

Di rumah sakit, Vano langsung masuk kedalam ruang operasi karena sudah di tunggu oleh para suster. Sore menjelang, Vano baru selesai dengan operasi yang ketiganya. ia berjalan masuk kedalam ruang kerjanya. Ia memilih untuk istirahat sejenak, karena merasa kecapean.

Setelah sejam memejamkan matanya, tiba-tiba ponselnya berdering. Di lihatnya nama mamanya yang muncul di layar ponselnya.

" Halo mah." jawab Vano mengangkatnya.

" Halo Van, kamu dimana. " tanya mamanya.

" Vano rumah sakit mah." jawab Vano.

"Sama Yasmin?" tanya mamanya lagi.

" Nggak, Yasmin sudah pulang keapartemen." jawab Vano.

" Mana, kok dari tadi mama tekan bel sambil salam, nggak ada yang bukain pintu, mama mau kasih hadian untuk Yasmin, tadi di rumah mama lupa makanya datang keapartemen kamu. " tanya mamanya.

" Mungkin Yasmin lagi tidur mah. " jawab Vano.

"Mana ada Van, dia bukan gadis yang suka tidur di jam segini. " jawab mamanya.

Vano pun melihat jam di tanganya, benar saja di jam segini biasanya Yasmin akan masak atau membereskan rumah.

"Tapi mah, tadi Yasmin sudah pulang, Vano antarin dia kehalte bus, karena harus kerumah sakit. " jawab Vano.

" Apaa... halte. " kata mamanya kaget.

" Iya mah, seharusnya dia sudah di rumah sekarang. " jawab Vano.

" Berapa sandi apartemen kamu, mama mau cek kedalam, apa benar Yasmin sudah di rumah. " tanya mamanya yang terdengar marah.

" 041292." jawab Vano yang memberi tahu nomor pinti apartemenya.

Dengan cepat mamanya pun membukanya dan masuk kedalam. Ia memanggil Yasmin sambil menyusuri setiap ruangan yang ada di apartemen mereka.

"Mana Van, Yasmin tidak ada di dalam." kata mamanya yang mulai naik darah.

" Tapi mah, Vano sudah antarin dia ke halte dari tadi pagi. " jawab Vano yang mulai cemas.

" Kamu kenapa bodoh sekali sih, kamu tau istri kamu itu bukan dari kota ini, kenapa biarin dia pulang sendirian, sekarang cari dia sampai ketemu, kalau sampai menantu mama kenapa-napa, mama akan hukum kamu Van" jawab mamanya marah.

Dengan cepat Vano keluar menuju parkiran mobil, ia melajukan mobilnya menuju ketempat halte di mana Yasmin ia turunkan.

Sesampainya di sana, Yasmin sudah tidak ada di halte itu. Vano semakin panik, kemana gadis itu pergi. Kemudian ia menghampiri salah satu orang yang menunggu bus di halte itu.

" Maaf pak, apa bapak melihat gadis bercadar kira-kira tingginya segini di sini tadi. " tanya Vano kepada salah satu penupang di halte itu.

" Maaf mas, saya tidak melihatnya." jawab bapak itu.

Vano mencari sedikit lebih jauh dari helte itu, namun Yasmin tidak juga ada di sana.

"Aduh pergi kemana dia." gumam Vano bingung.

Episodes
1 Bab 1 ikatan janji suci
2 Bab 2 Permintaan Orang Tua
3 Bab 3 Lupa Istri
4 Bab 4 Air mata
5 Bab 5 Makan Bersama
6 Bab 6 Lemah tak berdaya
7 Bab 7 Hadiah
8 Bab 8 Berkunjung
9 Bab 9 Rasa Kecewa
10 Bab 10 Kemana Dia..?
11 Bab 11 Jatuh Sakit
12 Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13 Bab 13 Kejadian Di Kamar
14 Bab 14 Penolakan
15 Bab 15 Celaka
16 Bab 16 Perhatian Kecil
17 Bab 17 Mulai Sadar
18 Bab 18 Bekal
19 Bab 19 Bersentuhan
20 Bab 20 Pengakuan Vano
21 Bab 21 “Mas”
22 Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23 Bab 23 Satu Ranjang
24 Bab 24 Ruang Kerja
25 Bab 25 Butuh Sesuatu
26 Bab 26 Nyeri Perut
27 Bab 27 Nasehat Orang Tua
28 Bab 28 Pelukan Hangat
29 Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30 Bab 30 Alergi??
31 Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32 Bab 32 Pengobatan
33 Bab 33 Saling Pandang
34 Bab 34 Takut Suntik
35 Bab 35 Lepas Perban
36 Bab 36 Belanja
37 Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38 Bab 38 Perasaan Cinta
39 Bab 39 Hadiah
40 Bab 40 Kemesraan
41 Bab 41 Melelahkan
42 Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43 Bab 43 Seorang Sahabat
44 Bab 44 Hadiah
45 Bab 45 Berkaca~kaca
46 Bab 46 Mimpi Buruk
47 Bab 47 Tak Suka Kentang
48 Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49 Ban 49 Rencana Kepantai
50 Bab 50 Hujan - Hujanan
51 Bab 51 Demam
52 Bab 52 Akhirnyaa
53 Bab 53 Unboxing
54 Bab 54 Tas Mewah
55 Bab 55 Potong Rambut
56 Bab 56 Melon
57 Bab 57 Pucat
58 Bab 58 Kabar Bahagia
59 Bab 59 Mual
60 Bab 60 Ngidam?
61 Bab 61 Ngidam Es Cendol
62 Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63 Bab 63 Bosan
64 Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65 Bab 65 Isolasi
66 Bab 66 Terbaring Lemah
67 Bab 67 Ke Australia
68 Bab 68 Via Telfon
69 Bab 69 Mati Lampu
70 Bab 70 Dia Pulang
71 Bab 71 Kembar
72 Bab 72 Ke Apartemen
73 Bab 73 Hasrat
74 Bab 74 Tak Malu Lagi
75 Bab 75 Pengunduran Diri
76 Bab 76 Berkumpul Kembali
77 Bab 77 Reuni
78 Bab 78 Rencana Syukuran
79 Bab 79 Tujuh Bulan
80 Bab 80 Acara inti
81 Bab 81 Suasana Asri
82 Bab 82 Nyamuk
83 Bab 83 Serangan Jantung
84 Bab 84 Kesibukan Baru
85 Bab 85 CEO tampan
86 Bab 86 Semakin membesar
87 Bab 87 Super sibuk
88 Bab 88 Obat Rasa Lelah
89 Bab 89 Hadiah
90 Bab 90 Kontraksi
91 Bab 91 Telah Lahir
92 Bab 92 Aris dan Airah
93 Bab 93 Rencana Tasyakuran
94 Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95 Bab 95 Operasi
96 Bab 96 Rasa Sesal
97 Bab 97 Keramas
98 Bab 98 Kereta Bayi
99 Bab 99 Tanda Merah
100 Bab 100 Semakin Membaik
101 Bab 101 Terjebak Hujan
102 Bab 102 Asi Menumpuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 ikatan janji suci
2
Bab 2 Permintaan Orang Tua
3
Bab 3 Lupa Istri
4
Bab 4 Air mata
5
Bab 5 Makan Bersama
6
Bab 6 Lemah tak berdaya
7
Bab 7 Hadiah
8
Bab 8 Berkunjung
9
Bab 9 Rasa Kecewa
10
Bab 10 Kemana Dia..?
11
Bab 11 Jatuh Sakit
12
Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13
Bab 13 Kejadian Di Kamar
14
Bab 14 Penolakan
15
Bab 15 Celaka
16
Bab 16 Perhatian Kecil
17
Bab 17 Mulai Sadar
18
Bab 18 Bekal
19
Bab 19 Bersentuhan
20
Bab 20 Pengakuan Vano
21
Bab 21 “Mas”
22
Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23
Bab 23 Satu Ranjang
24
Bab 24 Ruang Kerja
25
Bab 25 Butuh Sesuatu
26
Bab 26 Nyeri Perut
27
Bab 27 Nasehat Orang Tua
28
Bab 28 Pelukan Hangat
29
Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30
Bab 30 Alergi??
31
Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32
Bab 32 Pengobatan
33
Bab 33 Saling Pandang
34
Bab 34 Takut Suntik
35
Bab 35 Lepas Perban
36
Bab 36 Belanja
37
Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38
Bab 38 Perasaan Cinta
39
Bab 39 Hadiah
40
Bab 40 Kemesraan
41
Bab 41 Melelahkan
42
Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43
Bab 43 Seorang Sahabat
44
Bab 44 Hadiah
45
Bab 45 Berkaca~kaca
46
Bab 46 Mimpi Buruk
47
Bab 47 Tak Suka Kentang
48
Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49
Ban 49 Rencana Kepantai
50
Bab 50 Hujan - Hujanan
51
Bab 51 Demam
52
Bab 52 Akhirnyaa
53
Bab 53 Unboxing
54
Bab 54 Tas Mewah
55
Bab 55 Potong Rambut
56
Bab 56 Melon
57
Bab 57 Pucat
58
Bab 58 Kabar Bahagia
59
Bab 59 Mual
60
Bab 60 Ngidam?
61
Bab 61 Ngidam Es Cendol
62
Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63
Bab 63 Bosan
64
Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65
Bab 65 Isolasi
66
Bab 66 Terbaring Lemah
67
Bab 67 Ke Australia
68
Bab 68 Via Telfon
69
Bab 69 Mati Lampu
70
Bab 70 Dia Pulang
71
Bab 71 Kembar
72
Bab 72 Ke Apartemen
73
Bab 73 Hasrat
74
Bab 74 Tak Malu Lagi
75
Bab 75 Pengunduran Diri
76
Bab 76 Berkumpul Kembali
77
Bab 77 Reuni
78
Bab 78 Rencana Syukuran
79
Bab 79 Tujuh Bulan
80
Bab 80 Acara inti
81
Bab 81 Suasana Asri
82
Bab 82 Nyamuk
83
Bab 83 Serangan Jantung
84
Bab 84 Kesibukan Baru
85
Bab 85 CEO tampan
86
Bab 86 Semakin membesar
87
Bab 87 Super sibuk
88
Bab 88 Obat Rasa Lelah
89
Bab 89 Hadiah
90
Bab 90 Kontraksi
91
Bab 91 Telah Lahir
92
Bab 92 Aris dan Airah
93
Bab 93 Rencana Tasyakuran
94
Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95
Bab 95 Operasi
96
Bab 96 Rasa Sesal
97
Bab 97 Keramas
98
Bab 98 Kereta Bayi
99
Bab 99 Tanda Merah
100
Bab 100 Semakin Membaik
101
Bab 101 Terjebak Hujan
102
Bab 102 Asi Menumpuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!