Bab 9 Rasa Kecewa

" Gimana kabarmu sayang." tanya mama mertua.

" Yasmin baik mah. " jawab Yasmin tersenyum dari balik cadarnya.

"Vano nggak jahat kan sama kamu. " tanya mamanya memastikan.

" Nggak kok mah. " jawab Yasmin.

Sementara itu, Vano duduk di ruang tengah menunggu papanya pulang, karena ada yang ingin di bicarakan.

" Vano." panggil mamanya dari atas.

" Kenapa lagi sih." gumam Vano yang langsung naik menuju kamarnya.

" Kenapa lagi sih mah. " tanya Vano heran.

" Kamu nggak jahat kan sama memantu mama. " tanya mamanya memastikan sendiri.

"Apaan sih mah, memangnya Vano orang yang seperti itu. " jawab Vano kesal dengan pertanyaan mamanya.

" Mama mau mastiin aja langsung, awas aja ya kamu sampai nyakitin Yasmin. " kata mamanya mempertingatkanya.

"Terserah mama aja deh, oh ya papa kapan pulangnya. " tanya Vano.

" Paling udah di jalan. " jawab mamanya.

Tiba-tiba di bawa terdengar suara mobil.

"Tuh papa kamu pulang. " kata mamanya.

Dengan cepat Vano turun kebawah menemui papanya, di ikuti kedua wanita itu dari belakang.

" Eh Van. " kata papanya yang kaget melihat putranya ada di rumah.

" Vano mau bicara sama papa." jawab Vano.

"Loh, menantu papa juga ada. " kata papanya yang langsung senang melihat Yasmin.

" Assalamu'alaikum pah. " sapa Yasmin menyalaminya.

" Waalaikum'salam, sehat nak. " tanya papa mertuanya.

" Alhamdulillah, Yasmin sehat pah. " jawab Yasmin tersenyum dari balik cadarnya.

Vano yang melihat istrinya itu tersenyum, seketika merasa terpukau ternyata Yasmin bisa tersenyum senang seperti ini, walaupun hanya dari balik cadarnya. Mereka pun duduk di ruang keluarga mengobrol.

" Oh ya Van, katanya ada yang ingin di bicarakan sama papa, memangnya apa. " tanya papanya penasaran.

" Oh iya pah, rencananya Vano mau buka klinik praktek sendiri, gimana menurut papa. "jelas Vano meminta pendapat sang ayah.

" Kamu sudah diskusiin ini dengan istri kamu. " tanya papanya terlebih dulu, sebelum memberikan pendapatnya.

Seketika Vano diam mendengar pertanyaan papanya, sebab ia belum mengatakan apa-apa kepada Yasmin tentang rencananya ini.

" Loh, nggak bisa gitu dong Van, kamu harus bicarakan semua ini dulu dengan Yasmin, baru minta pendapat papa. " jelas papanya.

" Iya pah. " jawab Vano menunduk.

" Ya udah kalian bicarakan dulu di kamar, papa mau mandi sebentar udah gerah. " kata papanya yang masuk kedalam kamar.

Sementara sang mama memperhatikan keduanya, ia merasa seperti ada yang tidak beres dengan anak dan menatunya itu.

" Sebaiknya kalian masuk kekamar aja, bicarakan dulu rencana kamu dengan istrimu, baru kita bicara lagi nanti. " kata mamanya yang memilih untuk tidak bertanya tentang masalah rumah tangga mereka.

Keduanya pun naik masuk kedalam kamar, Yasmin duduk di tempat duduknya tadi, sementara Vano pergi menuju balkon kamarnya berfikir sejenak.

Pria itu mondar mandir di sana, bingung harus bagaimana. Beberapa menit kemudian ia masuk duduk di pinggir ranjang yang tidak jauh dari Yasmin duduk.

" Baiklah, seperti yang sudah kamu dengar tadi, saya pengen buka praktek klinik sendiri, menurutmu gimana. " tanya Vano yang meminta pendapat gadis itu.

" Itu hak anda, tidak perlu meminta pendapat saya. " jawab Yasmin tanpa melihat Vano.

Mendengar jawaban sang istri seperti itu, Vano merasa ada yang menghantam hatinya. Niat ingin mendisukusikan baik baik, Vano malah mendapatkan jawaban yang seperti itu.

" Baiklah jika jawabanmu seperti itu, saya akan menemui papa sekarang. " kata Vano yang langsung keluar kamar, tanpa bertanya lagi.

la merasa sedikit kecewa dengan Yasmin, sesampainya di ruang kerja ayahnya. Vano duduk di sofa dengan raut wajah kecewa.

" Sudah bicaranya." tanya papanya.

" Sudah pah." jawab Vano.

" Terus gimana pendapat istri kamu. " tanya papanya penasaran.

" Yasmin nggak keberatan pah, di ikut saja apa keputusan Vano. " jawab Vano.

" Kamu yakin, nggak sedang berbohong kan sama papa." tanya papanya lagi memastikan.

" Nggak kok pah, kalau perlu papa tanya sama Yasmin sendiri. " jawab Vano.

" Ya udah, papa percaya. " jawab papanya.

Mereka pun mulai mendiskusikan rencana Vano itu, sambil papanya memberikan beberapa masukan di mana ia harus membuka klinik sendiri.

......................

Malam menjelang setelah selesai makan malam bersama, mereka duduk di ruang kerluarga sambil berbincang-bincang.

" Oh ya nak, apa kamu tidak ingin melanjutkan pendidikanmu. " tanya mama mertuanya.

" Untuk itu, Yasmin belum memikirkanya mah. " jawab Yasmin.

Walaupun di hati kecilnya, ada rasa ingin melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi.

Perempuan mana yang tidak ingin mendapatkan gelar pendidikan di belakang namanya, namun semua itu ia kubur dalam-dalam.

Semenjak menikah, ia sudah tidak memikirkan itu semua, kehidupanya sekarang sudah cukup membuatnya tepukul, ketika kata perjodohal terucap dari bibir kedua orang tuanya.

" Mama siap biayayi kamu kalau ingin melanjutkan sekolah. " ucap mama mertuanya.

" Yasmin tidak bisa memutuskanya sendiri mah. " jawab Yasmin.

" Van." panggil mamanya.

" Hm. " jawab Vano yang tengah menatap ponselnya.

" Kamu tolong bujuk Yasmin untuk melanjutkan sekolah, biar dia ada teman dan bisa berinteraksi dengan orang baru di sini. " pinta mamanya.

Vano hanya menatap Yasmin, namui ia hanya menunduk.

" Nanti Vano akan bicarakan dulu mah, Vano nggak bisa ambil keputusan sendiri juga. " jawab Vano.

" Ya udah, mama harap Yasmin bisa melanjutkan pendidikanya kejenjang yang lebih tinggi, kalau perlu lebih tinggi dari kamu. " ucap mamanya.

" Iya maahhh. " jawab Vano.

" Kalian istirahat aja, mama udah mengantuk." kata mamanya yang terlihat sudah sering menguap.

" Iya, papa juga mau istirahat. " imbuh sang ayah yang juga capek.

Keduanya masuk kedalam kamar mereka, meninggalkan Yasmin dan Vano di ruang keluarga.

"Kita istirahat juga, saya sudah mengantuk. " kata Vano berjalan lebih dulu meninggalkan Yasmin.

Melihat sang istri tidak beranjak dari duduknya, Vano menghentikan langkahnya ketika sudah berada di atas tangga.

" Ayo. " ajak Vano.

Yasmin pun mengikutinya, sesampainya di kamar.

Vano langsung mengambil salah satu bantal dari atas ranjang menuju sofa untuk tidur di sana.

"Tidurlah." kata Vano merebahkan tubuhnya di atas sofa.

Dengan ragu Yasmin naik keatas ranjang duduk di sana sejenak. Di lihatnya Vano sudah memejamkan matanya, dengan kaki yang ia tekuk, karena ukuran sofa terlalu kecil untuk ukuran tubuhnya.

Perlahan lahan Yasmin mulai merebahkan tubuhnya, karena sudah merasa mengantuk tanpa mematikan lampu utama. Hingga jam menunjukan pukul dua belas malam, Vano bangun dari tidurnya tidak bisa tidur karena merasa tidak nyaman dengan tempat tidurnya, di tambah lagi cahaya kamar yang terlalu terang.

Di lihatnya Yasmin sudah terlelap kedalam mimpinya, perlahan lahan ia berjalan mengambil remot kontrol di atas nakas samping tempat tidur.

Vano mematikan lampu utama dan menghidupkan lampu tidur, kemudian ia keluar kamar menuju salah satu kamar kecil yang berada di ujung lantai dua tidak jauh dari kamarnya.

Kamar yang biasa ia gunakan jika sedang banyak fikiran, di dalamnya terdapat banyak sekali buku yang tersusun rapi, dan juga komputer. Ia mengambil salah satunya dan duduk di kursi bean bag besarnya.

Vano mulai membacanya sembari mencoba untuk tidur, namun seiring ia berusaha untuk tidur, perkataan Yasmin siang tadi selalu mengganggu fikiranya. Karena tidak juga bisa tidur, Vano memutuskan untuk bermain game yang ada di kamar itu.

Sementara di kamar, Yasmin terbangun dari tidurnya karena sudah terbiasa untuk sholat tahajud, namun karena sedang libur sholat, Yasmin memilih untuk duduk sebentar di atas ranjang sambil mencoba untuk tidur kembali. Di lihatnya Vano sudah tidak ada di sofa tempatnya tidur.

Terpopuler

Comments

Virgo 08

Virgo 08

hubungan suami istri yg dingin ya thor. moga ke depannya lebih hangat atau kalau bisa membara 🤣

2025-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ikatan janji suci
2 Bab 2 Permintaan Orang Tua
3 Bab 3 Lupa Istri
4 Bab 4 Air mata
5 Bab 5 Makan Bersama
6 Bab 6 Lemah tak berdaya
7 Bab 7 Hadiah
8 Bab 8 Berkunjung
9 Bab 9 Rasa Kecewa
10 Bab 10 Kemana Dia..?
11 Bab 11 Jatuh Sakit
12 Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13 Bab 13 Kejadian Di Kamar
14 Bab 14 Penolakan
15 Bab 15 Celaka
16 Bab 16 Perhatian Kecil
17 Bab 17 Mulai Sadar
18 Bab 18 Bekal
19 Bab 19 Bersentuhan
20 Bab 20 Pengakuan Vano
21 Bab 21 “Mas”
22 Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23 Bab 23 Satu Ranjang
24 Bab 24 Ruang Kerja
25 Bab 25 Butuh Sesuatu
26 Bab 26 Nyeri Perut
27 Bab 27 Nasehat Orang Tua
28 Bab 28 Pelukan Hangat
29 Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30 Bab 30 Alergi??
31 Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32 Bab 32 Pengobatan
33 Bab 33 Saling Pandang
34 Bab 34 Takut Suntik
35 Bab 35 Lepas Perban
36 Bab 36 Belanja
37 Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38 Bab 38 Perasaan Cinta
39 Bab 39 Hadiah
40 Bab 40 Kemesraan
41 Bab 41 Melelahkan
42 Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43 Bab 43 Seorang Sahabat
44 Bab 44 Hadiah
45 Bab 45 Berkaca~kaca
46 Bab 46 Mimpi Buruk
47 Bab 47 Tak Suka Kentang
48 Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49 Ban 49 Rencana Kepantai
50 Bab 50 Hujan - Hujanan
51 Bab 51 Demam
52 Bab 52 Akhirnyaa
53 Bab 53 Unboxing
54 Bab 54 Tas Mewah
55 Bab 55 Potong Rambut
56 Bab 56 Melon
57 Bab 57 Pucat
58 Bab 58 Kabar Bahagia
59 Bab 59 Mual
60 Bab 60 Ngidam?
61 Bab 61 Ngidam Es Cendol
62 Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63 Bab 63 Bosan
64 Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65 Bab 65 Isolasi
66 Bab 66 Terbaring Lemah
67 Bab 67 Ke Australia
68 Bab 68 Via Telfon
69 Bab 69 Mati Lampu
70 Bab 70 Dia Pulang
71 Bab 71 Kembar
72 Bab 72 Ke Apartemen
73 Bab 73 Hasrat
74 Bab 74 Tak Malu Lagi
75 Bab 75 Pengunduran Diri
76 Bab 76 Berkumpul Kembali
77 Bab 77 Reuni
78 Bab 78 Rencana Syukuran
79 Bab 79 Tujuh Bulan
80 Bab 80 Acara inti
81 Bab 81 Suasana Asri
82 Bab 82 Nyamuk
83 Bab 83 Serangan Jantung
84 Bab 84 Kesibukan Baru
85 Bab 85 CEO tampan
86 Bab 86 Semakin membesar
87 Bab 87 Super sibuk
88 Bab 88 Obat Rasa Lelah
89 Bab 89 Hadiah
90 Bab 90 Kontraksi
91 Bab 91 Telah Lahir
92 Bab 92 Aris dan Airah
93 Bab 93 Rencana Tasyakuran
94 Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95 Bab 95 Operasi
96 Bab 96 Rasa Sesal
97 Bab 97 Keramas
98 Bab 98 Kereta Bayi
99 Bab 99 Tanda Merah
100 Bab 100 Semakin Membaik
101 Bab 101 Terjebak Hujan
102 Bab 102 Asi Menumpuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 ikatan janji suci
2
Bab 2 Permintaan Orang Tua
3
Bab 3 Lupa Istri
4
Bab 4 Air mata
5
Bab 5 Makan Bersama
6
Bab 6 Lemah tak berdaya
7
Bab 7 Hadiah
8
Bab 8 Berkunjung
9
Bab 9 Rasa Kecewa
10
Bab 10 Kemana Dia..?
11
Bab 11 Jatuh Sakit
12
Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13
Bab 13 Kejadian Di Kamar
14
Bab 14 Penolakan
15
Bab 15 Celaka
16
Bab 16 Perhatian Kecil
17
Bab 17 Mulai Sadar
18
Bab 18 Bekal
19
Bab 19 Bersentuhan
20
Bab 20 Pengakuan Vano
21
Bab 21 “Mas”
22
Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23
Bab 23 Satu Ranjang
24
Bab 24 Ruang Kerja
25
Bab 25 Butuh Sesuatu
26
Bab 26 Nyeri Perut
27
Bab 27 Nasehat Orang Tua
28
Bab 28 Pelukan Hangat
29
Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30
Bab 30 Alergi??
31
Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32
Bab 32 Pengobatan
33
Bab 33 Saling Pandang
34
Bab 34 Takut Suntik
35
Bab 35 Lepas Perban
36
Bab 36 Belanja
37
Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38
Bab 38 Perasaan Cinta
39
Bab 39 Hadiah
40
Bab 40 Kemesraan
41
Bab 41 Melelahkan
42
Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43
Bab 43 Seorang Sahabat
44
Bab 44 Hadiah
45
Bab 45 Berkaca~kaca
46
Bab 46 Mimpi Buruk
47
Bab 47 Tak Suka Kentang
48
Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49
Ban 49 Rencana Kepantai
50
Bab 50 Hujan - Hujanan
51
Bab 51 Demam
52
Bab 52 Akhirnyaa
53
Bab 53 Unboxing
54
Bab 54 Tas Mewah
55
Bab 55 Potong Rambut
56
Bab 56 Melon
57
Bab 57 Pucat
58
Bab 58 Kabar Bahagia
59
Bab 59 Mual
60
Bab 60 Ngidam?
61
Bab 61 Ngidam Es Cendol
62
Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63
Bab 63 Bosan
64
Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65
Bab 65 Isolasi
66
Bab 66 Terbaring Lemah
67
Bab 67 Ke Australia
68
Bab 68 Via Telfon
69
Bab 69 Mati Lampu
70
Bab 70 Dia Pulang
71
Bab 71 Kembar
72
Bab 72 Ke Apartemen
73
Bab 73 Hasrat
74
Bab 74 Tak Malu Lagi
75
Bab 75 Pengunduran Diri
76
Bab 76 Berkumpul Kembali
77
Bab 77 Reuni
78
Bab 78 Rencana Syukuran
79
Bab 79 Tujuh Bulan
80
Bab 80 Acara inti
81
Bab 81 Suasana Asri
82
Bab 82 Nyamuk
83
Bab 83 Serangan Jantung
84
Bab 84 Kesibukan Baru
85
Bab 85 CEO tampan
86
Bab 86 Semakin membesar
87
Bab 87 Super sibuk
88
Bab 88 Obat Rasa Lelah
89
Bab 89 Hadiah
90
Bab 90 Kontraksi
91
Bab 91 Telah Lahir
92
Bab 92 Aris dan Airah
93
Bab 93 Rencana Tasyakuran
94
Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95
Bab 95 Operasi
96
Bab 96 Rasa Sesal
97
Bab 97 Keramas
98
Bab 98 Kereta Bayi
99
Bab 99 Tanda Merah
100
Bab 100 Semakin Membaik
101
Bab 101 Terjebak Hujan
102
Bab 102 Asi Menumpuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!