Bab 16 Perhatian Kecil

Yasmin pun mengambilkannya segelas air hangat dan meletakan di depan Vano.

" Ada lagi. " tanya Yasmin.

"Tidak, terima kasih. " jawab Vano.

" Baiklah, silahkan di makan, jika sudah selesai atau butuh sesuatu panggil saya. " ucap Yasmin berlalu masuk kedalam kamarnya.

Vano semakin bingung dengan perubahan sikap Yasmin yang tiba tiba peduli padanya. Dengan rasa penasaran, pria itu mulai memakan makananya.

Sementara di dalam kamarnya, Aisyah tengah duduk di meja riasnya sambil menatap kartu ATM yang Vano berikan padanya. Fikiranya penuh dengan tanya, apakah ia harus menerima dan menggunakanya, atau justru mengembalikanya.

" Aaa... entahlah, aku bingung. " gerutunya sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Tiba tiba Vano mengetuk pintu kamarnya.

"Yasmin.., saya sudah selesai. " ucap Vano.

Kemudian ia berlalu masuk kedalam kamarnya.

Yasmin keluar menuju dapur untuk membereskan piring bekas makan Vano. Terlihat semua masakan yang ia buat habis tak bersisa. Yasmin tersenyum senang melihatnya dan langsung membersihkannya.

Sementara itu Vano keluar kamar sambil membawa tas kerjanya. Yasmin yang sudah selesai dengan pekerjaanya di dapur, datang menghampiri Vano sambil membawakanya segelas susu hangat.

" Perlu saya bantu. " tanya Yasmin yang melihat Vano seperti kesusahan mengeluarkan barangnya dari dalam ransel kerjanya.

" Terima kasih." jawab Vano.

Yasmin pun mulai mengeluarkan beberapa barang yang di butuhkan Vano, bahkan ia menghidupkan lebtop yang biasa Vano pakai untuk bekerja.

" Ada lagi. " tanya Yasmin.

" Itu saja. " jawab Vano.

la pun mulai mengerjakan pekerjaanya, sementara Yasmin beranjak masuk kedalam kamarnya untuk siap siap tidur.

Jam menunjukan pukul dua dini hari, Yasmin bangun dari tidurnya untuk sholat tahajut. Namun ia keluar sebentar karena ingin mengambil air minum sebentar. Di lihatnya, Vano masih serius menatap lebtopnya.

" Anda belum tidur." tanya Yasmin menghampirinya.

" Saya masih ada pekerjaan. " jawab Vano tanpa melihat Yasmin.

Yasmin hanya bisa menghela nafas panjang, dan berlalu masuk kedapur. Setelah itu ia langsung melaksanakan sholat tahajut.

Beberapa menit kemudian, Vano mendengar suara gadis itu tengah mengaji dengan merdunya. Perlahan lahan Vano menyandarkan tubuhnya sambil menutup matanya, menikmati suara merdu istrinya.

Tanpa ia sadari, Vano sudah terlelap dengan suara merdu Yasmin hingga azan subuh berkumandang.

Subuh menjelang, Yasmin sudah selesai melaksanakan sholat subuh. Ia keluar kamar karena ingin memasak untuk sarapan. Di lihatnya Vano duduk tertidur dengan ponsel di genggamanya.

"Apa dia sudah sholat subuh. " gumam Yasmin penuh tanya.

Kemudian ia mendekat dan mulai merapikan semua barang barang Vano yang ada di atas meja bahkan beberapa berada di lantai.

" Kamu sedang apa. " tanya Vano yang tiba tiba terbangun.

Yasmin langsung kaget dan menjauh sambil menunduk.

" Maaf bukan maksud saya tidak sopan, saya hanya ingin merapikan barang anda yang jatuh kelantai. " jelas Yasmin.

" Jam berapa sekarang. " tanya Vano sambil merenggangkan pinggangnya.

" Sudah hampir jam 5 pagi. " jawab Yasmin.

" Saya mau sholat subuh dulu, terima kasih sebelumnya. " ucap Vano yang beranjak masuk kedalam kamarnya.

Sementara Yasmin diam membeku sebentar untuk beberapa detik, kemudian berlari masuk kedapur.

Jam menunjukan pukul tujuh pagi, Vano tengah duduk di meja makan menyantap makananya.

Sementara Yasmin sedang berada di kamar mandi untuk mencuci pakaian. Tiba tiba bel pintu apartemen mereka berbunyi, Yasmin hendak pergi membukanya. Namun di cegah olah Vano, karena melihat sebagian bajunya yang basah.

" Biar saya saja." ucap Vano menuju depan.

Yasmin langsung masuk kembali kedalam kamar mandi, dan melanjutkan pekerjaanya. Vano membuka pintu apartemenya, dan yang muncul di balik pintu adalah Iyan dan Salma. Kedua sahabatnya itu datang berkunjung untuk melihat keadaanya.

" Hy. " ucap Salma yang senang melihat Vano.

" Kalian ngapain kesini. " tanya Vano kaget.

" Kita datang buat lihat keadaanmu. " Jawab Salma, sambil memperlihatkan beberapa kantong kresek berisi jajanan yang ia bawa.

Vano menatap Iyan untuk meminta penjelasan.

Sahabatnya itu mengisaratkan, agar ia bersikap biasa saja. Seolah olah Salma sudah mengetahui status Vano yanh baru.

" BTW, kita boleh masuk nggak, pegal ini berat. " ucap Salma.

" Masuklah. " jawab Vano memperlihatkan.

Mereka pun duduk di ruang depan, sambil Salma mulai mengeluarkan semua jajananya. Vano hanya terus menatap Iyan, karena masih merasa belum yakin.

" Oh ya Van, kata Iyan kamu udah nikah, terus mana istri kamu, kok nggak kelihatan. " tanya Salma penasaran.

" Hah..." ucap Vano kaget.

" Istri kamu mana, aku pengen kenalan. " tanya Salma sekali lagi.

" Oh, ada di kamar, lagi istirahat karena nggak enak badan. " jawab Vano bohong.

" Oh sayang banget, padahal aku pengen kenalan. " ucap Salma kecewa.

Mendengar itu Vano sedikit heran, karena sikap Salma yang biasa saja, seolah olah ia tidak kaget sama sekali. Maksud kedatangan Salma keindonesia, karena mendengar kabar dari Iyan, jika Vano sudah menikah.

Sehingga membuatnya sangat penasaran dengan gadis pilihan sahabatnya itu, gadis yang berhasil meluluhkan pria cuek dan dingin seperti Vano.

Beberapa menit kemudian, Yasmin keluar dari dapur sambil membawa nampan yang berisi beberapa gelas minuman. la meletakan semua gelas itu di meja depan mereka duduk. Salma yang melihatnya seketika terkejut, tatapanya hampir tidak bergedip menatap Yasmin.

" Silahkan." jawab Yasmin yang berlalu masuk kedapur lagi.

" Hey Sal." panggil lyan menyadarkan Salma.

" Aa.. " jawab Salma buyar.

" Ngapain sih natap orangnya gitu banget. " tanya Iyan kaget.

"Itu tadi, siapa. " tanya Salma penasaran.

" Lah katanya penasaran dengan istri Vano, itu tadi istrinya. " jawab lyan.

" Hah.. kamu serius, itu tadi istri kamu Van. " tanya Salma memastikan.

" Hm. " jawab Vano singkat.

"Gila, kok bisa kamu dapat ukhti bercadar gitu. " tanya Salma penasaran.

" Ada deh, yang penting kamu udah liat dia." jawab Vano.

" Ya elah, cerita dikit boleh kali. " ucap Salma yang sangat penasaran.

" Nggak bisa Sal, itu hal privasi kita. " jawab Vano menatap Iyan.

" Yaa baiklah, aku hargai jawaban kamu, tapi namanya aku boleh tau dong. " tanya Salma lagi.

" Namanya Yasmin, " jawab Vano menyebut nama istri.

" Gila.. namanya cantik banget, pasti orangnya juga cantik. " puji Salma.

Vano hanya tersenyum mendenga pujian Salma, karena ia juga belum pernah melihat seperti apa rupa dari istrinya itu. Sementara di dapur, Yasmin bisa mendengar sahabat dari suamnya itu berbicang bincang.

DEGH..... hati Yasmin langsung bergetar, begitu Vano menyebut namanya dengan sangat lengkap.

Tanpa ia sadari bibirnya tersenyum senang.

Jam menunjukan pukul satu siang, kedua temanVano sudah pulang. Kini pria itu duduk di ruang tengah, sambil mencoba mengganti perban lukanya yang berada di dagunya. Yasmin yang keluar dari dalam kamar hendak menuju dapur, berhenti sebentar karena melihat Vano seperti kesusahan mengoleskan obat pada lukanya itu. Ia pun mendekat dan menawarkan bantuan.

" Mau saya bantu.? " tanya Yasmin.

Vano mengangkat pandanganya menatap Yasminkarena kaget. Perubahan sikap Yasmin membuatnya bertanya tanya.

" Apa tidak apa apa.?" tanya Vano memastikan.

" Apa anda keberatan.?" jawab Yasmin yang balik bertanya.

"Tidak." jawab Vano.

Mendengar itu, Yasmin langsung berjongkok di hadapan Vano yang sedang duduk di sofa. Ia mulai mengambil katenbat baru, dan mencelupkanya di obat merah.

Pelan pelan ia mulai mengusapkanya di luka yang ada di dagu Vano. Dengan telaten Yasmin melakukanya tanpa ada sentuhan di antara kulit mereka, sambil terus menghindari mata Vano yang sedang menatapnya.

Berbeda dengannya, pria itu terlihat diam penuh tanya. Vano terus saja menatap mata istrinya, mata yang bulat bersih dengan bulu mata lentik alami.

Episodes
1 Bab 1 ikatan janji suci
2 Bab 2 Permintaan Orang Tua
3 Bab 3 Lupa Istri
4 Bab 4 Air mata
5 Bab 5 Makan Bersama
6 Bab 6 Lemah tak berdaya
7 Bab 7 Hadiah
8 Bab 8 Berkunjung
9 Bab 9 Rasa Kecewa
10 Bab 10 Kemana Dia..?
11 Bab 11 Jatuh Sakit
12 Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13 Bab 13 Kejadian Di Kamar
14 Bab 14 Penolakan
15 Bab 15 Celaka
16 Bab 16 Perhatian Kecil
17 Bab 17 Mulai Sadar
18 Bab 18 Bekal
19 Bab 19 Bersentuhan
20 Bab 20 Pengakuan Vano
21 Bab 21 “Mas”
22 Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23 Bab 23 Satu Ranjang
24 Bab 24 Ruang Kerja
25 Bab 25 Butuh Sesuatu
26 Bab 26 Nyeri Perut
27 Bab 27 Nasehat Orang Tua
28 Bab 28 Pelukan Hangat
29 Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30 Bab 30 Alergi??
31 Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32 Bab 32 Pengobatan
33 Bab 33 Saling Pandang
34 Bab 34 Takut Suntik
35 Bab 35 Lepas Perban
36 Bab 36 Belanja
37 Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38 Bab 38 Perasaan Cinta
39 Bab 39 Hadiah
40 Bab 40 Kemesraan
41 Bab 41 Melelahkan
42 Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43 Bab 43 Seorang Sahabat
44 Bab 44 Hadiah
45 Bab 45 Berkaca~kaca
46 Bab 46 Mimpi Buruk
47 Bab 47 Tak Suka Kentang
48 Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49 Ban 49 Rencana Kepantai
50 Bab 50 Hujan - Hujanan
51 Bab 51 Demam
52 Bab 52 Akhirnyaa
53 Bab 53 Unboxing
54 Bab 54 Tas Mewah
55 Bab 55 Potong Rambut
56 Bab 56 Melon
57 Bab 57 Pucat
58 Bab 58 Kabar Bahagia
59 Bab 59 Mual
60 Bab 60 Ngidam?
61 Bab 61 Ngidam Es Cendol
62 Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63 Bab 63 Bosan
64 Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65 Bab 65 Isolasi
66 Bab 66 Terbaring Lemah
67 Bab 67 Ke Australia
68 Bab 68 Via Telfon
69 Bab 69 Mati Lampu
70 Bab 70 Dia Pulang
71 Bab 71 Kembar
72 Bab 72 Ke Apartemen
73 Bab 73 Hasrat
74 Bab 74 Tak Malu Lagi
75 Bab 75 Pengunduran Diri
76 Bab 76 Berkumpul Kembali
77 Bab 77 Reuni
78 Bab 78 Rencana Syukuran
79 Bab 79 Tujuh Bulan
80 Bab 80 Acara inti
81 Bab 81 Suasana Asri
82 Bab 82 Nyamuk
83 Bab 83 Serangan Jantung
84 Bab 84 Kesibukan Baru
85 Bab 85 CEO tampan
86 Bab 86 Semakin membesar
87 Bab 87 Super sibuk
88 Bab 88 Obat Rasa Lelah
89 Bab 89 Hadiah
90 Bab 90 Kontraksi
91 Bab 91 Telah Lahir
92 Bab 92 Aris dan Airah
93 Bab 93 Rencana Tasyakuran
94 Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95 Bab 95 Operasi
96 Bab 96 Rasa Sesal
97 Bab 97 Keramas
98 Bab 98 Kereta Bayi
99 Bab 99 Tanda Merah
100 Bab 100 Semakin Membaik
101 Bab 101 Terjebak Hujan
102 Bab 102 Asi Menumpuk
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 ikatan janji suci
2
Bab 2 Permintaan Orang Tua
3
Bab 3 Lupa Istri
4
Bab 4 Air mata
5
Bab 5 Makan Bersama
6
Bab 6 Lemah tak berdaya
7
Bab 7 Hadiah
8
Bab 8 Berkunjung
9
Bab 9 Rasa Kecewa
10
Bab 10 Kemana Dia..?
11
Bab 11 Jatuh Sakit
12
Bab 12 Kedatangan Orang Tua
13
Bab 13 Kejadian Di Kamar
14
Bab 14 Penolakan
15
Bab 15 Celaka
16
Bab 16 Perhatian Kecil
17
Bab 17 Mulai Sadar
18
Bab 18 Bekal
19
Bab 19 Bersentuhan
20
Bab 20 Pengakuan Vano
21
Bab 21 “Mas”
22
Bab 22 Selesai nya Acara Amal
23
Bab 23 Satu Ranjang
24
Bab 24 Ruang Kerja
25
Bab 25 Butuh Sesuatu
26
Bab 26 Nyeri Perut
27
Bab 27 Nasehat Orang Tua
28
Bab 28 Pelukan Hangat
29
Bab 29 Rasa Yang Mulai Ada
30
Bab 30 Alergi??
31
Bab 31 Rencana Berbuah Manis
32
Bab 32 Pengobatan
33
Bab 33 Saling Pandang
34
Bab 34 Takut Suntik
35
Bab 35 Lepas Perban
36
Bab 36 Belanja
37
Bab 37 Wajah Cantik Dibalik Cadar
38
Bab 38 Perasaan Cinta
39
Bab 39 Hadiah
40
Bab 40 Kemesraan
41
Bab 41 Melelahkan
42
Bab 42 Obat Dari Rasa Lelah
43
Bab 43 Seorang Sahabat
44
Bab 44 Hadiah
45
Bab 45 Berkaca~kaca
46
Bab 46 Mimpi Buruk
47
Bab 47 Tak Suka Kentang
48
Bab 48 Kedatangan Abi dan Umi
49
Ban 49 Rencana Kepantai
50
Bab 50 Hujan - Hujanan
51
Bab 51 Demam
52
Bab 52 Akhirnyaa
53
Bab 53 Unboxing
54
Bab 54 Tas Mewah
55
Bab 55 Potong Rambut
56
Bab 56 Melon
57
Bab 57 Pucat
58
Bab 58 Kabar Bahagia
59
Bab 59 Mual
60
Bab 60 Ngidam?
61
Bab 61 Ngidam Es Cendol
62
Bab 62 Ikan Goreng Tepung
63
Bab 63 Bosan
64
Bab 64 Pasien Penyakit Menular
65
Bab 65 Isolasi
66
Bab 66 Terbaring Lemah
67
Bab 67 Ke Australia
68
Bab 68 Via Telfon
69
Bab 69 Mati Lampu
70
Bab 70 Dia Pulang
71
Bab 71 Kembar
72
Bab 72 Ke Apartemen
73
Bab 73 Hasrat
74
Bab 74 Tak Malu Lagi
75
Bab 75 Pengunduran Diri
76
Bab 76 Berkumpul Kembali
77
Bab 77 Reuni
78
Bab 78 Rencana Syukuran
79
Bab 79 Tujuh Bulan
80
Bab 80 Acara inti
81
Bab 81 Suasana Asri
82
Bab 82 Nyamuk
83
Bab 83 Serangan Jantung
84
Bab 84 Kesibukan Baru
85
Bab 85 CEO tampan
86
Bab 86 Semakin membesar
87
Bab 87 Super sibuk
88
Bab 88 Obat Rasa Lelah
89
Bab 89 Hadiah
90
Bab 90 Kontraksi
91
Bab 91 Telah Lahir
92
Bab 92 Aris dan Airah
93
Bab 93 Rencana Tasyakuran
94
Bab 94 Tak Sadarkan Diri
95
Bab 95 Operasi
96
Bab 96 Rasa Sesal
97
Bab 97 Keramas
98
Bab 98 Kereta Bayi
99
Bab 99 Tanda Merah
100
Bab 100 Semakin Membaik
101
Bab 101 Terjebak Hujan
102
Bab 102 Asi Menumpuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!