SYM Bab 14 - Mengisyaratkan Lebih

"Kenapa? Kamu keberatan?" tanya Adrian.

Ansara cemas, tak mungkin pula dia mengajukan penawaran untuk menolak titah sang Tuan. Mungkin memang harus seperti ini jalannya, Ansara harus melihat secara langsung istri sah Adrian agar semua perasaannya benar-benar lenyap dari dalam hati.

"Tidak Tuan, baiklah," jawab Ansara kemudian, dia juga menundukkkan kepalanya memohon maaf karena sempat berniat untuk menolak.

Setelahnya Ansara benar-benar keluar dari ruangan tersebut.

Adrian sedikit menyadari ada sedikit kecemasan yang tergambar di raut wajah Ansara tadi, tapi dia tidak paham kenapa Ansara harus cemas.

Terlebih kemanapun mereka pergi Adrian pasti akan melindungi gadis mungil tersebut.

"Kak, ada beberapa perubahan jadwal tuan Adrian untuk satu Minggu ke depan," ucap Ansara pada Jessi setelah dia duduk di kursi kerjanya.

Lusa Adrian juga akan menghadiri sebuah acara penting dan berpidato di depan publik. Mereka harus mencatat poin-poin penting yang harus disampaikan oleh sang Tuan.

Jessi tak langsung menanggapi laporan Ansara tersebut, dia justru terus menatap tak suka. "Apa Naura datang ke kantor ini?" tanya Jessi, malah membahas tentang anak sang bos.

Sejak tadi Naura memang belum naik, belum masuk ke ruangan sang CEO. Tapi Jessi sudah mendapatkan berita tersebut dari beberapa karyawan kantor.

Di salah satu grup WhatsApp yang Jessi ikuti bahkan sudah tersebar foto Naura dan Ansara saat bermain di bawah tadi.

Foto yang membuat Jessi beranggapan bahwa Ansara berniat mendekati anak bosnya tersebut, padahal Jessi jelas-jelas sudah memberi peringatan agar Ansara menjaga jarak.

"Iya Kak, sekarang Naura bersama asisten Juan. Siang nanti aku harus pergi dengan tuan Adrian, jadi untuk perbaikan ini kak Jessi yang kerjakan. Sore atau besok pagi kita bahas bersama," jelas Ansara.

Baginya tentang Naura sedikitpun Tidak perlu mereka bahas Karena itulah dia langsung kembali mengalihkan untuk membicarakan pekerjaan.

Sungguh, sebenarnya Ansara hanya ingin hidupnya lurus-lurus saja. Fokus dengan pekerjaan tanpa terpengaruh apapun.

"Kamu memerintahkan aku?" tanya Jessi.

Sebuah pertanyaan yang membuat suasana jadi mendadak tegang.

"Maaf Kak, bukan seperti itu maksudku. Tapi ini perintah tuan Adrian, juga termasuk tanggung jawab Kak Jessi kan?" balas Ansara.

Jessi tersenyum miring. Baru hitungan hari Ansara bekerja di sini tapi sudah berani memberinya perintah. Jiwa senioritas Jessi jadi seperti terpancing.

Padahal Jessi berniat melimpahkan pekerjaannya pada Ansara, tapi kini malah Ansara yang mendahuluinya.

"Aku sudah pernah mengingatkanmu Ans, tuan Adrian sudah menikah dan memiliki anak. Apa kamu berpikir untuk mendekati Naura dan mendapatkan tuan Adrian?" tanya Jessi.

Baru dekat seperti itu dengan Naura, kini Ansara sudah berani padanya.

"Astaga, kenapa pikiran kak Jessi jauh sekali. Aku tidak pernah memiliki pemikiran seperti itu."

"Lihatlah, baru pertama kali kamu bertemu dengan Naura tapi sekarang kamu sudah berani sekali padaku."

"Ku rasa pemikiran kak Jessi yang salah, aku hanya membicarakan tentang pekerjaan dan tanggung jawab kita berdua. Lalu kenapa kak Jessi terus membahas tentang Naura?" balas Ansara.

Hari ini baginya sudah sangat sulit, sungguh Ansara hanya ingin fokus bekerja. Tapi kenapa orang-orang ini membuat semuanya jadi rumit, termasuk Jessi.

Karena itulah Ansara tak bisa diam, di melawan karena kesabaran ada batasnya.

"Aku tahu apa batasanku, jadi mari bekerja dengan profesional saja," ucap Ansara lagi, dia lalu mendorong seluruh dokumen tepat di depan muka Jessi.

Lalu Ansara memalingkan wajah dan fokus pada layar komputer di hadapannya.

Jessi tercengang, gadis yang awalnya terlihat kampungan ini bagaimana bisa membuatnya terdiam seribu bahasa?

"Tante Angca," panggil Naura yang akhirnya naik ke lantai atas.

"Tante Essi," sapa Naura juga, sebab dia memang telah mengenal beberapa karyawan di perusahaan ini.

"Selamat siang Nona Naura," jawab Jessi dengan senyum ramah. Berharap Naura akan mengajaknya masuk ke dalam ruangan tuan Adrian dan main bersama.

Tapi Jessi tidak tahu bahwa Naura sudah kepincut dengan masakan Ansara yang seperti masakan sang ibu, karena itulah kini seluruh perhatian Naura hanya tertuju pada Tante Angca.

Meskipun Jessi tersenyum lebar tapi Naura sedikitpun tidak meresponnya. Tatapannya justru fokus pada Tante Angca.

"Tante Angca, ayo masuk ke ruangan Papa," ajak Naura.

"Maaf Nona, tapi masih ada beberapa hal yang harus saya kerjakan," jawab Ansara, pikirnya dia tidak perlu menuruti semua keinginan Naura.

"Sekretaris Ansara, ayo ikut saja," sahut asisten Juan dan membuat Ansara tak mampu menolak.

"Baiklah, saya pergi dulu sekretaris Jessi," pamit Ansara, kini dia tak ingin memanggil Kak lagi, mengikuti cara asisten Juan memanggil.

Jessi makin tercengang, Ansara seperti terus memprovokasi permusuhan mereka.

Tak berselang lama berada di ruangan sang CEO, Ansara dan Naura beserta Adrian akhirnya keluar. Mereka berencana untuk makan siang bersama sebelum mengantar Naura pulang.

Karena Ansara belum lancar mengemudi di jalan raya jadi masih Adrian yang menjadi supir, sementara Ansara duduk di samping kemudi dengan memangku Naura.

"Kita cepelti kelualga ya?" celetuk Naura, ada saja kata-kata ajaib yang keluar dari mulutnya.

"Keluarga?" tanya Adrian.

"Iya, papa, Naula, telus Tante Angca yang jadi Mama," jelas Naura, lalu dia dan sang kakak tertawa bersama.

Sementara Ansara terdiam nelangsa.

Saat mobil berhenti di lampu merah, Ansara memberanikan diri untuk menoleh ke arah Adrian, namun siapa sangka Adrian pun tengah menatap ke arahnya.

'Ini tidak lucu Adrian,' ucap Ansara di dalam hati.

Ansara sebenarnya ingin mempertanyakan semuanya, status Adrian dan pernikahannya, juga kenapa Naura selalu menawarkannya untuk jadi Mama.

Tapi Ansara ragu, berpikir mereka tak sedekat itu untuk membahas semuanya.

Saking sibuknya berpikir Ansara merasa perjalanan ini jadi cepat sekali, tiba-tiba mereka telah tiba di restoran yang dituju.

Sebelumnya asisten Juan telah memesankan meja VIP, jadi mereka langsung disambut dan diarahkan.

Ansara terkejut sekali saat Adrian menarikannya kursi untuk duduk. "Tuan, saya bisa sendiri," ucap Ansara merasa tak enak hati.

"Duduklah," jawab Adrian dengan lembut.

Dengan menghela nafas Ansara akhirnya duduk dan mereka makan siang bersama.

"Papa, mau cicip punya papa," pinta Naura.

Adrian menyuapi sang adik.

"Hem enak, Tante Angca mau cicip juga tidak?" tawar Naura, makanannya milik sang kakak tapi dia tawar-tawarkan..

"Tidak, Nona," jawab Ansara dengan cepat.

Tapi Adrian malah mengarahkan sendoknya ke bibir Ansara, "A," ucap Adrian.

Ansara begitu ragu untuk menerimanya, namun Naura menatap penuh harap dia memakan suapan ini.

'Kalian membuatku bingung,' batin Ansara.

Dengan sangat terpaksa akhirnya Ansara membuka mulut dan menerima suapan tersebut, rasanya yang terisi bukan hanya perut, tapi juga hatinya.

Ansara kalah pada pendiriannya sendiri, karena kini hati itu kembali berdebar.

'Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? bolehlah aku senang menerima ini semua?' batin Ansara.

Selesai makan siang, mereka menuju rumah keluarga Adrian. Tapi tiba di sana Naura malah sudah tidur, jadi Adrian turun lebih dulu untuk menggendong sang adik.

"Tuan, bolehkah saya menunggu di mobil saja?" tanya Ansara, mendadak ragu untuk bertemu dengan istri sah Adrian.

"Iya, tidak apa-apa, aku hanya sebentar," jawab Adrian penuh perhatian.

Makin meleleh lah Ansara dibuatnya.

Saat Adrian dan Naura hilang dari pandangannya, Ansara memutuskan untuk menghubungi Mayang, ingin membagi kegundahan hati ini.

"Halo May," ucap Ansara setelah teleponnya terhubung.

"Halo Ans, tumben telepon kamu tidak sibuk?"

"Tidak, kamu sudah di cafe atau belum?"

"Belum, aku ambil shift malam. Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa, hanya ingin meneleponmu saja."

"Jangan bohong, katakan ada apa? Apa temanmu itu makin sombong?"

"Tidak, dia malah semakin baik. Tapi aku bingung, dia baik atau hidung belang."

"Apa maksudmu?" tanya Mayang dengan dahi berkerut dan Ansara menjelaskan semua yang dia alami.

Pertemanan Ansara dan Mayang memang telah dalam, meski jarang bertemu tapi keduanya saling memahami satu sama lain. Ansara bercerita bagaimana hubungannya dengan Adrian saat ini, pria yang Ansara ketahui telah menikah dan juga memiliki anak, juga pria yang dia cintai saat SMA. Bahkan hingga kini sebenarnya perasaan itu masih ada.

Mayang tentu sangat terkejut saat mendengar hal itu, dia juga tentu tak setuju jika Ansara jadi pelakor.

Tapi baik Mayang ataupun Ansara tak ada yang tahu pasti bagaimana rumah tangga Adrian, mungkin saja memang telah retak. Karena itulah Adrian dan sang anak terus memancing Ansara untuk jadi pelakor.

"Aku juga bingung Ans, tapi menurutku jalani saja dulu," ucap Mayang.

"Jalani bagaimana?"

"Terima saja semua perhatiannya, mungkin kalian memang berjodoh. Mungkin Istri Adrian sekarang bukan jodohnya."

"Kamu mau aku jadi pelakor?"

"Ya gimana ya, Adrian Abraham bukan orang biasa Ans. Siapapun pasti mau jadi istrinya, aku juga mau," celetuk Mayang.

"Mayaaaang," rengek Ansara.

"Kataku jalani saja dulu, tidak perlu menuntut penjelasan apapun. Lagipula ini masih perhatian-perhatian biasa, belum komitmen yang Adrian ucapkan."

Ansara mengangguk, Ansara juga takut jika dia hanya kepedean saja.

"Baiklah," jawab Ansara setuju.

"Bila perlu tantang saja Adrian, kamu balas beri perhatian."

"Untuk apa aku begitu?" tanya Ansara bingung.

"Biar jelas hubungan kalian mau dibawa kemana."

"Baiklah, ku matikan teleponnya. Adrian sudah kembali," jawab Ansara buru-buru, sebab Ansara melihat Adrian yang keluar dari rumah.

Ansara bahkan memutus sambungan telepon secara sepihak, tak menunggu persetujuan Mayang lebih dulu.

Saat Adrian telah masuk ke dalam mobil, jantung Ansara makin berdegup. Lidahnya kelu, jadi bingung sendiri harus bagaimana.

Kegugupan Ansara terbaca oleh Adrian. "Kenapa? apa ada yang salah?" tanya Adrian, menatap intens dan penuh selidik.

"Tidak Tuan, lebih baik kita segera kembali ke kantor. Jam 3 nanti tuan Steven akan datang."

"Perutmu sakit?"

"Tidak," jawab Ansara cepat, juga membalas tatapan Adrian yang intens.

"Jika ada apa-apa katakan padaku, jangan sungkan," ucap Adrian.

Ansara reflek mengangguk, "Iya, saya pasti akan mengatakannya," jawab Ansara.

Pembicaraan mereka mungkin terdengar biasa saja, tapi tatapan keduanya seperti mengisyaratkan lebih.

Terpopuler

Comments

Niͷg_Nσͷg

Niͷg_Nσͷg

Tak perlu banyak kata, cukup mata dan gerak tubuh saja yang bicara 🤭 dan jalani saja semuanya, kalau adrian kasih perhatian kasih perhatian balik, kalau kamu di buat kebingungan, bikin bingung balik...main tarik ulur saja biar mirip tarik tambang 😂

waduhhh nggak cabal dengan celotehan naula, pasti nanti dia akan celita sama ibu dan ayah 🤭 kalau papa adlian punya cekletalis cantik, mungil wkwkwk hayoo naula jadilah kompol meledukk..merengek pada ayah ibu, minta mama balu buat papa adlian wkwkwk

apa selama ini semua karyawan tidak tahu yaa? kalau ibu Runi hamil, apa kehamilan ibu Runi di sembunyikan karena mungkin malu dnegan umur yang sudah tua, terus hamil lagi? 🤭 kok semua orang tidak tahu kalau ayah gio punya anak lagi, malah berpikir kalau naula anaknya adrian? 🤔 apa memang kehidupan pribadi keluarga abraham memang tidak terekspos, hanya orang2 tertentu saja yang tahu kalau ayah gio dan ibu runi punya anak lagi? 🤔

2025-01-11

9

Cici Sri Yuniawati

Cici Sri Yuniawati

mayang adalah kita semua para readers kompor meleduk 🤣🤣🤣 semangat Ans benar kata mayang ladeni saja tantangan Adrian ntar lihat sejauh mana akan berujung akhirnya wkwk

2025-01-11

38

enur .⚘🍀

enur .⚘🍀

gpp Ans kalo kamu mau jadi pelakor ,, toh Adrian bukan milik siapa2 kecuali milik ibu Aruni dan pph Gio 🤣 dan saran dari Mayang gda salah ny di lakukan , kamu tantang balik Adrian dengan ngasih perhatian lagi ,, 🤭 karna Adrian lelet gak mau jujur terus aj ngode2 tanpa bertindak yg jelas 🤧mungkin Adrian harus sedikit di pancing 🐟 siapa tau dia akhir ny n3mb4k dor 🤭🤣

2025-01-11

7

lihat semua
Episodes
1 SYM Bab 1 - Tawaran Menjengkelkan
2 SYM Bab 2 - Sekretaris Pribadi
3 SMY Bab 3 - Begitu Inttim
4 SMY Bab 4 - Apa Tubuhmu Mengecil?
5 SMY Bab 5 - Seperti Patung
6 SYM Bab 6 - Tarik Tanganku
7 SMY Bab 7 - Meladeni Tatapan Ansara
8 SYM Bab 8 - Malah Bingung
9 SYM Bab 9 - Kenapa Wajahmu Merah?
10 SYM Bab 10 - Hanya Berdua
11 SYM Bab 11 - Calon Mama Balu
12 SYM Bab 12 - Tidak Mau
13 SYM Bab 13 - Istri Sah
14 SYM Bab 14 - Mengisyaratkan Lebih
15 SYM Bab 15 - Tidak Ditahan-tahan Lagi
16 SYM Bab 16 - Terasa Pegal
17 SYM Bab 17 - Tujuannya Berubah
18 SYM Bab 18 - Fokus Pada Bibirnya
19 SYM Bab 19 - Membeku
20 SYM Bab 20 - Sebuah Stampel
21 SYM Bab 21 - Status Yang Berubah
22 SYM Bab 22 - Sebuah Kado
23 SYM Bab 23 - Seekor Beruang Besar
24 SYM Bab 24 - Maunya Bibir
25 SYM Bab 25 - Tamu Yang Tiba-tiba Datang
26 SYM Bab 26 - Rahasia Kita Bertiga
27 SYM Bab 27 - Tertekan
28 SYM Bab 28 - Tahu Dirilah
29 SYM Bab 29 - Keributan
30 SYM Bab 30 - Cemaskan Dirimu Sendiri
31 SYM Bab 31 - Kalau Begitu Katakan
32 SYM Bab 32 - Rahasia Sayang
33 SYM Bab 33 - Mengulurkan Tangan
34 SYM Bab 34 - Dia Wanitaku
35 SYM Bab 35 - Ingin Pingsan
36 SYM Bab 36 - Berapa Usia Kekasihmu?
37 SYM Bab 37 - Sampai Sejauh Ini
38 SYM Bab 38 - Bukan Simpanan
39 SYM Bab 39 - Lebih Agresif
40 SYM Bab 40 - Tempat Yang Paling Aman
41 SYM Bab 41 - Masih Fresh
42 SYM Bab 42 - Mengirim Telepati
43 SYM Bab 43 - Seperti Sebuah Ancaman
44 SYM Bab 44 - Jangan Sampai Ada Yang Masuk
45 SYM Bab 45 - Kekasihnya Ansara
46 SYM Bab 46 - Memangnya Kamu Mau Kemana?
47 SYM Bab 47 - Diantara Kedua Kaki
48 SYM Bab 48 - Terlihat Sedikit Sayu
49 SYM Bab 49 - Sekretaris Pribadi Tapi Tinggal di Apartemen
50 SYM Bab 50 - Kenapa Aku Menangis?
51 SYM Bab 51 - Ih Cebel
52 SYM Bab 52 - Karena Adrian Mencintaimu
53 SYM Bab 53 - Malu-malu
54 SYM Bab 54 - Astaga!
55 Promosi Karya Baru
56 SYM Bab 55 - Apa Benar Seperti Itu?
57 SYM Bab 56 - Lebih Mengerikan
58 SYM Bab 57 - Sangat Bahaya
59 SYM Bab 58 - Cara Untuk Menemukan Jawaban
60 SYM Bab 59 - Aku Akan Menunggumu
61 SYM Bab 60 - Uangnya Pergi
Episodes

Updated 61 Episodes

1
SYM Bab 1 - Tawaran Menjengkelkan
2
SYM Bab 2 - Sekretaris Pribadi
3
SMY Bab 3 - Begitu Inttim
4
SMY Bab 4 - Apa Tubuhmu Mengecil?
5
SMY Bab 5 - Seperti Patung
6
SYM Bab 6 - Tarik Tanganku
7
SMY Bab 7 - Meladeni Tatapan Ansara
8
SYM Bab 8 - Malah Bingung
9
SYM Bab 9 - Kenapa Wajahmu Merah?
10
SYM Bab 10 - Hanya Berdua
11
SYM Bab 11 - Calon Mama Balu
12
SYM Bab 12 - Tidak Mau
13
SYM Bab 13 - Istri Sah
14
SYM Bab 14 - Mengisyaratkan Lebih
15
SYM Bab 15 - Tidak Ditahan-tahan Lagi
16
SYM Bab 16 - Terasa Pegal
17
SYM Bab 17 - Tujuannya Berubah
18
SYM Bab 18 - Fokus Pada Bibirnya
19
SYM Bab 19 - Membeku
20
SYM Bab 20 - Sebuah Stampel
21
SYM Bab 21 - Status Yang Berubah
22
SYM Bab 22 - Sebuah Kado
23
SYM Bab 23 - Seekor Beruang Besar
24
SYM Bab 24 - Maunya Bibir
25
SYM Bab 25 - Tamu Yang Tiba-tiba Datang
26
SYM Bab 26 - Rahasia Kita Bertiga
27
SYM Bab 27 - Tertekan
28
SYM Bab 28 - Tahu Dirilah
29
SYM Bab 29 - Keributan
30
SYM Bab 30 - Cemaskan Dirimu Sendiri
31
SYM Bab 31 - Kalau Begitu Katakan
32
SYM Bab 32 - Rahasia Sayang
33
SYM Bab 33 - Mengulurkan Tangan
34
SYM Bab 34 - Dia Wanitaku
35
SYM Bab 35 - Ingin Pingsan
36
SYM Bab 36 - Berapa Usia Kekasihmu?
37
SYM Bab 37 - Sampai Sejauh Ini
38
SYM Bab 38 - Bukan Simpanan
39
SYM Bab 39 - Lebih Agresif
40
SYM Bab 40 - Tempat Yang Paling Aman
41
SYM Bab 41 - Masih Fresh
42
SYM Bab 42 - Mengirim Telepati
43
SYM Bab 43 - Seperti Sebuah Ancaman
44
SYM Bab 44 - Jangan Sampai Ada Yang Masuk
45
SYM Bab 45 - Kekasihnya Ansara
46
SYM Bab 46 - Memangnya Kamu Mau Kemana?
47
SYM Bab 47 - Diantara Kedua Kaki
48
SYM Bab 48 - Terlihat Sedikit Sayu
49
SYM Bab 49 - Sekretaris Pribadi Tapi Tinggal di Apartemen
50
SYM Bab 50 - Kenapa Aku Menangis?
51
SYM Bab 51 - Ih Cebel
52
SYM Bab 52 - Karena Adrian Mencintaimu
53
SYM Bab 53 - Malu-malu
54
SYM Bab 54 - Astaga!
55
Promosi Karya Baru
56
SYM Bab 55 - Apa Benar Seperti Itu?
57
SYM Bab 56 - Lebih Mengerikan
58
SYM Bab 57 - Sangat Bahaya
59
SYM Bab 58 - Cara Untuk Menemukan Jawaban
60
SYM Bab 59 - Aku Akan Menunggumu
61
SYM Bab 60 - Uangnya Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!