SYM Bab 8 - Malah Bingung

"Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu? Apa ada yang salah?" tanya Adrian, suaranya terdengar serius sekali tapi sebenarnya dia ingin tertawa karena melihat wajah Ansara yang serius begini, nampak lucu di kedua matanya.

Bagi Ansara Mungkin dia sudah seperti seekor singa yang marah, tapi di mata Adrian Ansara seperti kucing kecil yang merajuk.

"Tidak ada, saya akan menyiapkan makanannya," balas Ansara, masih dengan raut wajah yang terlihat ditekuk. Dia mundur satu langkah dan pergi lebih dulu.

'Tadi minta dibangunkan, sekarang dimasakkan, sekalian saja aku mandikan!' gerutu Ansara yang mulai sibuk menyiapkan makanan untuk Adrian.

Di lemari pendingin cukup banyak bahan makanan yang tersedia, Ansara memasak nasi dan disetting matang dalam waktu yang paling cepat.

Meski dapur ini sangat asing baginya, namun Ansara bisa bergerak cukup lincah. Sebab saat bekerja di cafe dia juga sering melihat alat-alat masak canggih ini.

Sementara di dalam kamarnya Adrian tidak langsung mandi, dia lebih dulu melihat ponselnya dan membaca pesan yang dikirim oleh sang adik.

Bibir Adrian tersenyum kecil dan langsung menghubungi bidadari cantik tersebut.

Naura memang sebenarnya bukanlah anak Adrian, melainkan adiknya. Tapi ceritanya panjang sekali, ketika usianya 22 tahun tiba-tiba sang ibu kembali hamil.

Naura begitu dekat dengan Adrian, bahkan berpendapat bahwa sang kakak lebih cocok jadi ayahnya ketimbang ayahnya sendiri. Bagi Naura ayahnya lebih cocok jadi kakek.

Karena itulah Naura selalu memanggil Adrian dengan sebutan Papa, bukan mas Adrian.

Awalnya pihak keluarga sudah melarang, tapi gadis kecil itu sulit sekali untuk dinasehati, hingga kini akhirnya semua keluarga Abraham telah terbiasa.

Kondisi ini sedikit pun tidak memberatkan Adrian, dia justru senang saat semua orang mengetahui bahwa Naura adalah anaknya. Sebab dengan begini Adrian bisa fokus pada pendidikan dan juga karirnya, tanpa ada gangguan dari para wanita.

"Halo Sayang," ucap Adrian saat panggilannya terhubung pada sang adik.

"Papa kapan kecini cih?" tanya Naura langsung.

"Papa sibuk Sayang, sangat sibuk."

"Cibuk apa?"

"Kerja dong."

"Kalau begitu aku ikut."

"Baiklah, besok om Juan yang jemput ya?"

"Ye, oke!!"

"Ibu mana?" tanya Adrian pula, mempertanyakan tentang ibu mereka.

"Ibuuu!!" panggil Naura pada sang ibu, hingga tak berselang lama kemudian ibu Adrian bersuara dalam sambungan telepon tersebut.

"Halo, Nak," jawab ibu Aruni, suaranya lembut sekali.

"Bu, besok Naura biar aku yang jaga. Ya?" izin Adrian.

"Iya, tapi ibu mohon, jangan membiarkannya terus Memanggil mu papa. Nanti orang salah paham," pinta ibu Aruni.

"Tidak apa-apa, Bu. Jangan cemas tentang hal itu. Ayah di mana?"

"Ini ada, kamu ingin bicara?"

"Tidak usah, sampaikan saja salamku pada ayah."

"Iya Nak."

Panggilan telepon pun berakhir, hubungan di dalam keluarga Abraham memang sangat hangat. Semuanya tak segan untuk saling menunjukkan kasih sayang satu sama lain.

Setelahnya Adrian segera membersihkan tubuh dan keluar untuk melihat pekerjaan Ansara. Pria dengan postur tubuh tegap itu langsung menuju dapur, mencium aroma masakan yang terasa enak.

Dulu saat SMA, Ansara sering sekali membawa bekal dan saat jam istirahat Ansara selalu membagi bekalnya dengan Adrian. Kata Ansara, bekal itu adalah masakannya sendiri dan Adrian menyukainya.

Kerena itulah ini Adrian tidak segan saat meminta Ansara untuk menyiapkannya makanan, karena Adrian tahu makanan Ansara memang sangat enak.

"Silahkan duduk, Tuan," ucap Ansara saat melihat Adrian akhirnya datang.

'Mandi saja lama sekali, apa dia luluran dulu?' batin Ansara menggerutu, mana Ansara tahu jika sebelum mandi Adrian terlebih dulu menelpon sang adik.

"Duduklah juga, temani aku makan," titah Adrian, seraya menarik kursi untuk dirinya sendiri dan duduk degan nyaman.

"Baik."

"Kamu tidak ingin makan lagi?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Sudah kenyang."

"Benarkah? Dulu saat SMA makanmu cukup banyak, sudah membawa bekal tapi tetap jajan di kantin."

Ansara mengendalikan diri agar kepalanya tidak mendidih. Yang dia perhatikan bukan tentang Adrian yang mengingat semua kebiasaannya dulu, tapi dia berpikir kini Adrian tengah meledeknya.

Mungkin ingin menyebutnya gadis yang rakus.

Sudut pandang Ansara pada Adrian benar-benar telah berubah, di matanya Adrian bukan lagi pria yang santun, tapi sudah berubah jadi pria yang sangat sombong.

"Biar saya ambilkan makanan untuk Anda," balas Ansara, mengalihkan pembicaraan dan ingin segera menyumpal mulut pria ini dengan makanan agar diam.

Adrian tak menolak, dia perhatikan saat Ansara mengambil piringnya dan mulai menyajikan makanan.

Dengan senang hati Adrian melahapnya, menikmati rasa yang selama ini hanya mampu dia bayangkan.

Duduk berdua di meja makan ini seperti sama dengan keadaan dulu, saat mereka hanya berdua di dalam kelas dan memakan bekal milik Ansara.

Melihat Adrian yang menghabiskan makanannya membuat sudut hati Ansara menghangat, senang saja saat masakannya dihargai seperti ini.

Namun sebelum kembali berdebar Ansara langsung membentengi diri. 'Kamulah yang rakus, bukan aku!' gerutu Ansara.

Menjelang siang mereka baru tiba di kantor. Penampilan Ansara siang ini cukup membuat Jessi merasa heran, sebab cepat sekali Ansara terlihat berubah.

Kemarin seperti gadis miskin dan cupu, namun kini mendadak berubah jadi gadis yang modis, bahkan terlihat lebih elegan.

"Siang, Kak," sapa Ansara yang baru saja tiba di meja kerja. Dia duduk setelah memastikan sang tuan masuk ke dalam ruang kerjanya. Kini gantian asisten Juan yang menghadap sang boss.

Siang ini Ansara tidak memiliki jadwal di luar, tapi nanti malam ada undangan perjamuan makan malam di rumah salah satu kolega.

"Pagi tadi kamu menemani tuan Adrian bermain golf?" tanya Jessi dengan nada tak suka. Biasanya tuan Adrian selalu pergi dengan asisten Juan.

Tapi tadi pagi asisten Juan ada di kantor sementara Ansara tidak.

"Iya, Kak," jawab Ansara apa adanya.

"Aku hanya ingin mengingatkan mu satu hal," kata Jessi dengan nada serius.

"Apa, Kak?"

"Apa kamu sudah mendengar rumor tentang tuan Adrian yang telah menikah?"

Deg! Ansara terdiam, dia hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Jika kamu sudah tahu mulai sekarang berhati-hatilah, meski perkerjaanmu mengharuskan selalu berada di samping tuan Adrian tapi kamu harus tetap memberi jarak," ucap Jessi dengan tegas.

Membuat Ansara makin terdiam.

"Kabarnya tuan Adrian menikah saat beliau tinggal di Amerika dan sekarang memiliki satu anak. Memang, tuan Adrian tidak pernah mengumumkan tentang istrinya pada publik, tapi ku rasa itu adalah sebagian dari privasi beliau. Jadi kamu jangan terlalu dekat dengannya," kata Jessi lagi.

"Iya, Kak," jawab Ansara patuh, lengkap dengan hati yang terasa sesak.

Padahal Ansara sudah tahu tentang hal ini, tapi tiap kali dibahas selalu mampu membuatnya terluka.

Ternyata untuk melupakan perasaan cinta tak semudah mengucapkannya dengan kata-kata.

"Sekretaris Jessi, mana dokumen yang harus ditandatangani tuan Adrian?" tanya asisten Juan yang tiba-tiba berdiri di depan meja kerja Jessi dan Ansara.

"Ini asisten Juan, saya akan menyerahkannya," jawab Jessi.

"Berikan pada sekretaris Ansara, biar dia yang lakukan."

"Tapi asisten Juan, Ansara mungkin tidak tahu dimana letak yang harus ditandatangani tuan Adrian."

"Dia pasti tahu, iya kan sekretaris Ansara?" tanya Juan dengan sorot mata yang berpindah pada Ansara.

"Iya asisten Juan," jawab Ansara sedikit gugup.

Jessi makin terpojok, merasa kini pekerjaannya pun diambil alih oleh anak baru ini.

Dengan sangat terpaksa Jessi menyerahkan beberapa dokumen itu pada Ansara. Membiarkan anak baru itu masuk ke dalam ruangan sang CEO.

Jessi pikir asisten Juan juga akan kembali masuk, tapi ternyata hanya Ansara sendiri yang masuk ke dalam sana.

"Tuan, ini beberapa dokumen yang harus Anda tandatangani," ucap Ansara, dia meletakkan dokumen itu di atas meja. Mengambil salah satu dan membukakannya untuk sang Tuan.

Adrian tak banyak bicara dan fokus pada pekerjaannya. Adrian tak pernah tahu kegalauan yang dirasakan oleh Ansara.

Kegalauan yang Ansara buat-buat sendiri, sedih-sedih sendiri.

"Tuan," panggil Ansara setelah Adrian selesai tandatangan.

"Apa?"

"Siang ini tidak ada jadwal di luar, apa boleh saya belajar mobil saja di tempat kursus?" tanya Ansara, dia harus bisa mengemudi agar menciptakan jarak yang semakin nyata.

Kelak jika Ansara sudah bisa membawa mobil, maka tuan Adrian akan duduk di kursi belakang.

"Baiklah, aku yang akan mengajari kamu," jawab Adrian dengan entengnya.

"Tidak Tuan, biar saya pergi ke tempat kursus."

"Mobil di tempat kursus berbeda dengan mobilku, sementara kamu harus belajar dengan menggunakan mobilku," balas Adrian.

Ansara tak mampu berkata-kata. 'Apa iya harus seperti itu?' batinnya malah bingung.

Terpopuler

Comments

Niͷg_Nσͷg

Niͷg_Nσͷg

wkwkwkw hillih gayamu ad..ad..bilang saja kamu mau modusin ansara, kalau yang ngajarin kamu sekalian bisa pegang2 + nempel2 gitu...sekali tepuk dua tiga lalat bisa kamu genggam , tapi ini bukan tentang lalat 🤣🤣

Kalau besok naura di jemput sama om Juan? wahhh siap2 kerjaan kamu nambah lagi ansr...selain jadi sekretaris papa adrian, kamu juga akan jadi pengasuh naura 😆🤭 siap2 di bikin pucingg sama duo papa dan anak yaa ans 🤭

jesi nihh 🙄 sama2 pembokat saja kok sok2an ngatur...jangan mau di atur dan di tindas ans...yang gaji kamu adrian, jadi kamu jangan takut sama jesi, lawannnn jangan biarkan orang lain mengendalikan dan mengatur hidupmu. cuma kamu sendiri yang berhak mengatur atas dirimu.

2025-01-08

29

Kar Genjreng

Kar Genjreng

Ansara.ati kutu Adrian bukan sombong Ans ,,, tetapi sedang mengenang ketika masih SMA. makan bersama bekal kamu yang bawa,,, intinya balas kebaikan mu dahulu,,,,tapi biar ga ke Tara jadi berlaga somse 😁tapi kocak si belum menikah pa Aran juga belum sudah di panggil Papa,,,ada saja sang Adek ,,,Ans jangan terlalu percaya dengan sekretaris nya Jessi ya takut kena tipu tipu,,,🤩modus nya Adrian pokonya di jamin Keren 🤣

2025-01-08

4

ALURRA KHAI BACHTIAR 💅

ALURRA KHAI BACHTIAR 💅

Gusti....Gusti......
Adrian....Andrian.....
modus mu i lho.buanyakkkkkkkk bgt.
ada.....aja akal bulusnya.
yang minta dibangunin lah....
yang minta minta dimasakin lah....
ada...aja.

Cumugut Ans.....
sementara masa bodoh ttg perasaan.
kerja, kerja, kerja.....
Tapi gimna bisa kerja .kalo yang Tuan seolah mendekat dan memberi ruang.

judule Ansara kena prank 🤣

2025-01-08

4

lihat semua
Episodes
1 SYM Bab 1 - Tawaran Menjengkelkan
2 SYM Bab 2 - Sekretaris Pribadi
3 SMY Bab 3 - Begitu Inttim
4 SMY Bab 4 - Apa Tubuhmu Mengecil?
5 SMY Bab 5 - Seperti Patung
6 SYM Bab 6 - Tarik Tanganku
7 SMY Bab 7 - Meladeni Tatapan Ansara
8 SYM Bab 8 - Malah Bingung
9 SYM Bab 9 - Kenapa Wajahmu Merah?
10 SYM Bab 10 - Hanya Berdua
11 SYM Bab 11 - Calon Mama Balu
12 SYM Bab 12 - Tidak Mau
13 SYM Bab 13 - Istri Sah
14 SYM Bab 14 - Mengisyaratkan Lebih
15 SYM Bab 15 - Tidak Ditahan-tahan Lagi
16 SYM Bab 16 - Terasa Pegal
17 SYM Bab 17 - Tujuannya Berubah
18 SYM Bab 18 - Fokus Pada Bibirnya
19 SYM Bab 19 - Membeku
20 SYM Bab 20 - Sebuah Stampel
21 SYM Bab 21 - Status Yang Berubah
22 SYM Bab 22 - Sebuah Kado
23 SYM Bab 23 - Seekor Beruang Besar
24 SYM Bab 24 - Maunya Bibir
25 SYM Bab 25 - Tamu Yang Tiba-tiba Datang
26 SYM Bab 26 - Rahasia Kita Bertiga
27 SYM Bab 27 - Tertekan
28 SYM Bab 28 - Tahu Dirilah
29 SYM Bab 29 - Keributan
30 SYM Bab 30 - Cemaskan Dirimu Sendiri
31 SYM Bab 31 - Kalau Begitu Katakan
32 SYM Bab 32 - Rahasia Sayang
33 SYM Bab 33 - Mengulurkan Tangan
34 SYM Bab 34 - Dia Wanitaku
35 SYM Bab 35 - Ingin Pingsan
36 SYM Bab 36 - Berapa Usia Kekasihmu?
37 SYM Bab 37 - Sampai Sejauh Ini
38 SYM Bab 38 - Bukan Simpanan
39 SYM Bab 39 - Lebih Agresif
40 SYM Bab 40 - Tempat Yang Paling Aman
41 SYM Bab 41 - Masih Fresh
42 SYM Bab 42 - Mengirim Telepati
43 SYM Bab 43 - Seperti Sebuah Ancaman
44 SYM Bab 44 - Jangan Sampai Ada Yang Masuk
45 SYM Bab 45 - Kekasihnya Ansara
46 SYM Bab 46 - Memangnya Kamu Mau Kemana?
47 SYM Bab 47 - Diantara Kedua Kaki
48 SYM Bab 48 - Terlihat Sedikit Sayu
49 SYM Bab 49 - Sekretaris Pribadi Tapi Tinggal di Apartemen
50 SYM Bab 50 - Kenapa Aku Menangis?
51 SYM Bab 51 - Ih Cebel
52 SYM Bab 52 - Karena Adrian Mencintaimu
53 SYM Bab 53 - Malu-malu
54 SYM Bab 54 - Astaga!
55 Promosi Karya Baru
56 SYM Bab 55 - Apa Benar Seperti Itu?
57 SYM Bab 56 - Lebih Mengerikan
58 SYM Bab 57 - Sangat Bahaya
59 SYM Bab 58 - Cara Untuk Menemukan Jawaban
60 SYM Bab 59 - Aku Akan Menunggumu
61 SYM Bab 60 - Uangnya Pergi
Episodes

Updated 61 Episodes

1
SYM Bab 1 - Tawaran Menjengkelkan
2
SYM Bab 2 - Sekretaris Pribadi
3
SMY Bab 3 - Begitu Inttim
4
SMY Bab 4 - Apa Tubuhmu Mengecil?
5
SMY Bab 5 - Seperti Patung
6
SYM Bab 6 - Tarik Tanganku
7
SMY Bab 7 - Meladeni Tatapan Ansara
8
SYM Bab 8 - Malah Bingung
9
SYM Bab 9 - Kenapa Wajahmu Merah?
10
SYM Bab 10 - Hanya Berdua
11
SYM Bab 11 - Calon Mama Balu
12
SYM Bab 12 - Tidak Mau
13
SYM Bab 13 - Istri Sah
14
SYM Bab 14 - Mengisyaratkan Lebih
15
SYM Bab 15 - Tidak Ditahan-tahan Lagi
16
SYM Bab 16 - Terasa Pegal
17
SYM Bab 17 - Tujuannya Berubah
18
SYM Bab 18 - Fokus Pada Bibirnya
19
SYM Bab 19 - Membeku
20
SYM Bab 20 - Sebuah Stampel
21
SYM Bab 21 - Status Yang Berubah
22
SYM Bab 22 - Sebuah Kado
23
SYM Bab 23 - Seekor Beruang Besar
24
SYM Bab 24 - Maunya Bibir
25
SYM Bab 25 - Tamu Yang Tiba-tiba Datang
26
SYM Bab 26 - Rahasia Kita Bertiga
27
SYM Bab 27 - Tertekan
28
SYM Bab 28 - Tahu Dirilah
29
SYM Bab 29 - Keributan
30
SYM Bab 30 - Cemaskan Dirimu Sendiri
31
SYM Bab 31 - Kalau Begitu Katakan
32
SYM Bab 32 - Rahasia Sayang
33
SYM Bab 33 - Mengulurkan Tangan
34
SYM Bab 34 - Dia Wanitaku
35
SYM Bab 35 - Ingin Pingsan
36
SYM Bab 36 - Berapa Usia Kekasihmu?
37
SYM Bab 37 - Sampai Sejauh Ini
38
SYM Bab 38 - Bukan Simpanan
39
SYM Bab 39 - Lebih Agresif
40
SYM Bab 40 - Tempat Yang Paling Aman
41
SYM Bab 41 - Masih Fresh
42
SYM Bab 42 - Mengirim Telepati
43
SYM Bab 43 - Seperti Sebuah Ancaman
44
SYM Bab 44 - Jangan Sampai Ada Yang Masuk
45
SYM Bab 45 - Kekasihnya Ansara
46
SYM Bab 46 - Memangnya Kamu Mau Kemana?
47
SYM Bab 47 - Diantara Kedua Kaki
48
SYM Bab 48 - Terlihat Sedikit Sayu
49
SYM Bab 49 - Sekretaris Pribadi Tapi Tinggal di Apartemen
50
SYM Bab 50 - Kenapa Aku Menangis?
51
SYM Bab 51 - Ih Cebel
52
SYM Bab 52 - Karena Adrian Mencintaimu
53
SYM Bab 53 - Malu-malu
54
SYM Bab 54 - Astaga!
55
Promosi Karya Baru
56
SYM Bab 55 - Apa Benar Seperti Itu?
57
SYM Bab 56 - Lebih Mengerikan
58
SYM Bab 57 - Sangat Bahaya
59
SYM Bab 58 - Cara Untuk Menemukan Jawaban
60
SYM Bab 59 - Aku Akan Menunggumu
61
SYM Bab 60 - Uangnya Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!