SYM Bab 13 - Istri Sah

Sejak dulu bagi Adrian, Ansara memiliki tepat tersendiri di dalam hatinya ... Lebih dari sekedar teman.

Sampai saat kembali ke Indonesia yang pertama kali Adrian ingat adalah Ansara. Tapi saat pertama kali kembali, Adrian masih dihadapkan dengan tanggungjawabnya yang baru menggantikan posisi sang ayah sebagai CEO.

Kesibukan seperti rantai yang menjerat kedua kaki, hingga butuh waktu 1 tahun untuk Adrian bisa bertemu dengan Ansara melalui reuni yang diadakan.

Di cafe itulah Adrian akhirnya melihat Ansara, namun gadis yang dulu selalu menatapnya dengan ceria malam itu terus menunduk seperti tak ingin menatap.

Adrian yang tidak tahu bagaimana cara memulai komunikasi akhirnya memberikan tawaran pekerjaan, sampai kini mereka berada di meja makan yang sama untuk menikmati sarapan.

Tapi celetukan Naura dan jawaban Ansara membuat Adrian merasa kesal. Cepat sekali bagi Ansara untuk menolak permintaan sang adik.

Entah tak suka karena jawaban Ansara membuat Naura sedih, atau berpikir mungkinkah perasaan Ansara padanya telah habis?

Karena dulu saat SMA, Ansara terang-terangan sekali menunjukkan perasaan suka padanya.

Sekarang pernikahan ataupun hubungan asmara memang bukan prioritas Adrian, masih ingin menunjukkan pada sang ayah bahwa dia mampu memimpin perusahaan dengan baik.

Tapi penolakan Ansara benar-benar membuatnya merasa tak nyaman. Hatinya terasa seperti tercubit.

Selesai sarapan meraka semua pergi ke perusahaan. Naura ikut sang kakak sampai jam istirahat siang nanti, sebab saat siang Juan akan kembali mengantarnya pulang.

Ibu Aruni sudah memberi pesan bahwa Naura harus pulang di jam itu, tidak boleh terlalu sering mengganggu sang kakak.

Masuk ke perusahaan Naura menolak saat hendak digendong oleh Adrian, Naura pilih berjalan dengan menggandeng sang cekletalic kakaknya.

Tapi langkah kaki Ansara dan Naura lelet sekali, berulang kali Adrian sampai berhenti demi menunggu kedua wanita itu.

"Kenapa langkah kalian lambat sekali?" tanya Adrian.

"Kaki Naula dan kaki Tante Angca kan pendek Pa," jawab Naura.

"Tuan duluan saja, nanti kami juga tiba di atas," jawab Ansara sedikit terdengar acuh. Dia bukan marah pada Naura, tapi pada Adrian yang menempatkannya pada posisi ini.

Ansara sangat bingung, pertama Adrian yang seolah selalu memberinya perhatian, lalu Naura yang dengan santainya meminta dia jadi mama.

Seolah ayah dan anak ini kompakan ingin membuatnya jadi pelakor.

"Baiklah, tapi langsung menuju ke ruanganku, jangan kemana-mana," titah Adrian.

"Ih Papa, kok tumben cih malah-malah," balas Naura.

"Bukan marah Naura, tapi papa masih banyak pekerjaan."

"Ya udah cana duluan, Naula main cama Tante Angca."

"Kamu mau menjaga Naura?" tanya Adrian, pandangannya berpindah pada Ansara.

Pertanyaan yang bagi Ansara begitu penuh dengan perhatian, padahal Adrian bisa saja langsung memerintahkannya untuk menjaga Naura, tak perlu bertanya dulu.

Tapi apa ini? kenapa Adrian seolah begitu peduli dengan pendapatnya, dengan perasaannya.

"Jika tidak bisa aku akan meminta Juan untuk menemani Naura," timpal Adrian.

"Naula bocen cama om Juan telus, Naula maunya cama Tante Angca atau papa."

"Saya tidak keberatan Tuan, saya akan menjaga Naura," balas Ansara dengan cepat.

"Tuh kan, Tante Angca mau."

"Jika lelah langsung bawa ke kantor, ya?" balas Adrian, tatapannya masih tertuju pada Ansara.

Entahlah di telinga Ansara semua kata-kata yang keluar dari mulut pria itu selalu terdengar spesial.

'Ya Tuhan,' lirih Ansara.

"Baik, Tuan," jawab Ansara, dia yang lebih dulu memutus tatapan mereka.

Adrian segera pergi meninggalkan kedua gadis tersebut. Ansara dan Naura pilih untuk duduk di tempat tunggu yang ada di lobby.

"Tante, Papa Naula ganteng kan?" tanya Naura, dia menyerahkan boneka Barbie yang dibawanya pada sang Tante.

Naura ingin memainkan boneka ini berdua dengan Tante Angcala.

"Iya Naura, ganteng," jawab Ansara sekenanya.

"Lalu kenapa Tante tidak mau jadi Mama Balu Naula?"

"Naura, tidak boleh bicara seperti itu ya ... Ibu Naura pasti sangat sedih jika mendengarnya."

"Kenapa ibu cedih?"

Ansara menghela nafas, tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. "Kita main boneka ini saja ya?" tawar Ansara mengalihkan pembicaraan.

"Oke," jawab Naura antusias.

Mereka terus bermain bersama sampai Juan datang menjemput, Juan mendapatkan perintah untuk menggantikan Ansara sebab ada beberapa hal yang ingin Adrian bicarakan dengan sekretaris pribadinya.

Sekitar jam 10 Ansara mendatangi ruangan sang CEO.

"Apa Naura merepotkan mu?" tanya Adrian setelah Ansara berdiri tepat di hadapannya.

"Tidak, Tuan."

"Benarkah?"

"Iya."

"Duduklah."

Ansara menurut dan akhirnya mereka berdua benar-benar membicarakan tentang pekerjaan. Ansara menjelaskan beberapa jadwal dan keuntungan yang akan Adrian peroleh jika menghadiri undangan tersebut.

Ansara bisa memahami ini semua karena dia pun banyak berkomunikasi dengan asisten Juan, Ansara juga mempelajari beberapa dokumen perusahaan dengan baik.

Jika sedang mode kerja Ansara jadi berubah sangat serius, pemikiran Adrian juga semakin terbuka saat bicara dengan Ansara. Seolah Adrian jadi memiliki sudut pandang baru.

Tapi di akhir-akhir pembicaraan mereka Adrian jadi tidak fokus, bukannya mendengarkan secara rinci penjelasan Ansara, Adrian justru lebih banyak menatap bibir Ansara yang terus bicara.

"Saya akan menyampaikan perubahan ini pada sekretaris Jessi juga, perbaikannya akan langsung saya serahkan pada asisten Juan. Jika asisten Juan sudah fix baru anda lihat bla bla bla bla bla ..."

Ansara terus menurunkan pandangan saat menjelaskan, entah hanya perasaannya saja atau bagaimana tapi bagi Ansara, Adrian terus menatapnya lekat.

Membuatnya gugup.

"Apa ada yang ingin Anda tambahkan, Tuan?" tanya Ansara, mengakhiri semua penjelasan.

"Tidak, semuanya sudah pas."

"Kalau begitu saya permisi keluar sekarang."

"Hem, jam istirahat nanti kita keluar. Setelah makan kita antar Naura pulang."

"Haruskah saya ikut Tuan?" tanya Ansara, yang tadi berdebar kini jadi mendadak takut. Tak kuasa untuk bertemu dengan istri sah.

Terpopuler

Comments

Niͷg_Nσͷg

Niͷg_Nσͷg

begitu saja terus sampai lebaran monyet 😂 yang Cewek nunggu di tembak, yang laki cuma bisa memendam rasa...yang salah tetap penjual nasi Goreng, sudah tahu nasi sudah matang kenapa di goreng? 🤣🤣
please naula...bantuin papa adlian buat ngungkapin pelasaannya, jangan cuma berani modusin dan terus membatin...karena tante angsa bukan cenayang 😂

hayoloh hayoloh...apa yang ada dalam pikiranmu adrian? lihat bibil merah alami pasti jiwa kelakianmu tergetar dan ingin sedikit merasakan manisnya bibil melah merekah mirip buah cherry yang menggoda manjahh dan pastinya kamu ingin mencicipi..tapi sayangnya kamu cuma berani membatin tanpa ada keberanian untuk menyatakan..duhhhh duhhh jangan terlalu banyak mikir kerjaan adrian? sekali kali senengin hati biar hidupmu makin berwarna, nggak melulu mantengin laptop wkwkwk

2025-01-10

27

Alistalita

Alistalita

Yang satu membatin yang satunya lagi gak peka🤦‍♀️😂
Adrian sakit hati karena penolakan Ansara, Sedangkan Ansra m4ti2an memendam rasa karena takuta jadi duri dipernikahan Adrian.
Ish, kenapa mereka malah saling berburukk sangka😂
Komunikasi mereka juga hanya seputar perjaan, Ansra dituntut peka terhadap tindakan Adrian.
Ansara mana bisa peka, dia tahu batasan tahu diri pula. Karena dalam benak Ansra, Adrian yang dulu dan sekarang beda. terkesan sombong dan seperti pria berhidung belang🤣
sudah menikah punya anak tapi genit.
Ish dahlah terserah mereka🤭😂

2025-01-10

26

Cici Sri Yuniawati

Cici Sri Yuniawati

ikuttt Ans ikuttt biar ketemu ibu aruni🤭🤣🤣
ihh kalian nih salah paham nya bikin gemesss🤣🤣

2025-01-10

5

lihat semua
Episodes
1 SYM Bab 1 - Tawaran Menjengkelkan
2 SYM Bab 2 - Sekretaris Pribadi
3 SMY Bab 3 - Begitu Inttim
4 SMY Bab 4 - Apa Tubuhmu Mengecil?
5 SMY Bab 5 - Seperti Patung
6 SYM Bab 6 - Tarik Tanganku
7 SMY Bab 7 - Meladeni Tatapan Ansara
8 SYM Bab 8 - Malah Bingung
9 SYM Bab 9 - Kenapa Wajahmu Merah?
10 SYM Bab 10 - Hanya Berdua
11 SYM Bab 11 - Calon Mama Balu
12 SYM Bab 12 - Tidak Mau
13 SYM Bab 13 - Istri Sah
14 SYM Bab 14 - Mengisyaratkan Lebih
15 SYM Bab 15 - Tidak Ditahan-tahan Lagi
16 SYM Bab 16 - Terasa Pegal
17 SYM Bab 17 - Tujuannya Berubah
18 SYM Bab 18 - Fokus Pada Bibirnya
19 SYM Bab 19 - Membeku
20 SYM Bab 20 - Sebuah Stampel
21 SYM Bab 21 - Status Yang Berubah
22 SYM Bab 22 - Sebuah Kado
23 SYM Bab 23 - Seekor Beruang Besar
24 SYM Bab 24 - Maunya Bibir
25 SYM Bab 25 - Tamu Yang Tiba-tiba Datang
26 SYM Bab 26 - Rahasia Kita Bertiga
27 SYM Bab 27 - Tertekan
28 SYM Bab 28 - Tahu Dirilah
29 SYM Bab 29 - Keributan
30 SYM Bab 30 - Cemaskan Dirimu Sendiri
31 SYM Bab 31 - Kalau Begitu Katakan
32 SYM Bab 32 - Rahasia Sayang
33 SYM Bab 33 - Mengulurkan Tangan
34 SYM Bab 34 - Dia Wanitaku
35 SYM Bab 35 - Ingin Pingsan
36 SYM Bab 36 - Berapa Usia Kekasihmu?
37 SYM Bab 37 - Sampai Sejauh Ini
38 SYM Bab 38 - Bukan Simpanan
39 SYM Bab 39 - Lebih Agresif
40 SYM Bab 40 - Tempat Yang Paling Aman
41 SYM Bab 41 - Masih Fresh
42 SYM Bab 42 - Mengirim Telepati
43 SYM Bab 43 - Seperti Sebuah Ancaman
44 SYM Bab 44 - Jangan Sampai Ada Yang Masuk
45 SYM Bab 45 - Kekasihnya Ansara
46 SYM Bab 46 - Memangnya Kamu Mau Kemana?
47 SYM Bab 47 - Diantara Kedua Kaki
48 SYM Bab 48 - Terlihat Sedikit Sayu
49 SYM Bab 49 - Sekretaris Pribadi Tapi Tinggal di Apartemen
50 SYM Bab 50 - Kenapa Aku Menangis?
51 SYM Bab 51 - Ih Cebel
52 SYM Bab 52 - Karena Adrian Mencintaimu
53 SYM Bab 53 - Malu-malu
54 SYM Bab 54 - Astaga!
55 Promosi Karya Baru
56 SYM Bab 55 - Apa Benar Seperti Itu?
57 SYM Bab 56 - Lebih Mengerikan
58 SYM Bab 57 - Sangat Bahaya
59 SYM Bab 58 - Cara Untuk Menemukan Jawaban
60 SYM Bab 59 - Aku Akan Menunggumu
61 SYM Bab 60 - Uangnya Pergi
Episodes

Updated 61 Episodes

1
SYM Bab 1 - Tawaran Menjengkelkan
2
SYM Bab 2 - Sekretaris Pribadi
3
SMY Bab 3 - Begitu Inttim
4
SMY Bab 4 - Apa Tubuhmu Mengecil?
5
SMY Bab 5 - Seperti Patung
6
SYM Bab 6 - Tarik Tanganku
7
SMY Bab 7 - Meladeni Tatapan Ansara
8
SYM Bab 8 - Malah Bingung
9
SYM Bab 9 - Kenapa Wajahmu Merah?
10
SYM Bab 10 - Hanya Berdua
11
SYM Bab 11 - Calon Mama Balu
12
SYM Bab 12 - Tidak Mau
13
SYM Bab 13 - Istri Sah
14
SYM Bab 14 - Mengisyaratkan Lebih
15
SYM Bab 15 - Tidak Ditahan-tahan Lagi
16
SYM Bab 16 - Terasa Pegal
17
SYM Bab 17 - Tujuannya Berubah
18
SYM Bab 18 - Fokus Pada Bibirnya
19
SYM Bab 19 - Membeku
20
SYM Bab 20 - Sebuah Stampel
21
SYM Bab 21 - Status Yang Berubah
22
SYM Bab 22 - Sebuah Kado
23
SYM Bab 23 - Seekor Beruang Besar
24
SYM Bab 24 - Maunya Bibir
25
SYM Bab 25 - Tamu Yang Tiba-tiba Datang
26
SYM Bab 26 - Rahasia Kita Bertiga
27
SYM Bab 27 - Tertekan
28
SYM Bab 28 - Tahu Dirilah
29
SYM Bab 29 - Keributan
30
SYM Bab 30 - Cemaskan Dirimu Sendiri
31
SYM Bab 31 - Kalau Begitu Katakan
32
SYM Bab 32 - Rahasia Sayang
33
SYM Bab 33 - Mengulurkan Tangan
34
SYM Bab 34 - Dia Wanitaku
35
SYM Bab 35 - Ingin Pingsan
36
SYM Bab 36 - Berapa Usia Kekasihmu?
37
SYM Bab 37 - Sampai Sejauh Ini
38
SYM Bab 38 - Bukan Simpanan
39
SYM Bab 39 - Lebih Agresif
40
SYM Bab 40 - Tempat Yang Paling Aman
41
SYM Bab 41 - Masih Fresh
42
SYM Bab 42 - Mengirim Telepati
43
SYM Bab 43 - Seperti Sebuah Ancaman
44
SYM Bab 44 - Jangan Sampai Ada Yang Masuk
45
SYM Bab 45 - Kekasihnya Ansara
46
SYM Bab 46 - Memangnya Kamu Mau Kemana?
47
SYM Bab 47 - Diantara Kedua Kaki
48
SYM Bab 48 - Terlihat Sedikit Sayu
49
SYM Bab 49 - Sekretaris Pribadi Tapi Tinggal di Apartemen
50
SYM Bab 50 - Kenapa Aku Menangis?
51
SYM Bab 51 - Ih Cebel
52
SYM Bab 52 - Karena Adrian Mencintaimu
53
SYM Bab 53 - Malu-malu
54
SYM Bab 54 - Astaga!
55
Promosi Karya Baru
56
SYM Bab 55 - Apa Benar Seperti Itu?
57
SYM Bab 56 - Lebih Mengerikan
58
SYM Bab 57 - Sangat Bahaya
59
SYM Bab 58 - Cara Untuk Menemukan Jawaban
60
SYM Bab 59 - Aku Akan Menunggumu
61
SYM Bab 60 - Uangnya Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!