12. Hajatan 2

Risma lalu pergi ke tempat prasmanan, Rafa dan Sabila mengikuti sang ibu. Rafa dan Sabila lalu duduk di kursi dekat meja prasmanan.

"Lho, mbak Risma, kenapa ke sini, kan mbak Risma kakak ipar mba Anggi, udah sana duduk di depan saja menerima tamu..." ucap bu Tia tetangga Anggi yang membantu di meja prasmanan.

"Nggak papa bu, saya di sini saja..." jawab Risma.

"Kok mbak Risma nggak ikutan pakai seragam keluarga, semua pada berseragam brukat...?" tanya bu Tia.

"Nggak bu, nggak papa..." jawab Risma.

Risma lalu melayani tamu yang hendak mengambil makanan. Tak lama kemudian ponsel Risma berbunyi menandakan pesan masuk. Risma lalu mengambil ponselnya dan membaca pesan tersebut.

'Ris, kamu nggak usah dengerin omongan orang- orang tadi. Mereka emang suka julid mulutnya. Kamu cantik kok, baju kamu cocok banget buat kamu, kamu jadi terlihat manis. Aku suka lihat kamu pakai baju itu , i love you😘"

Mata Risma membulat sempurna membaca pesan dari Aryo. Risma lalu menoleh ke arah Aryo yang sedang duduk bersama Anggi. Dan kebetulan sekali Aryo juga sedang melihat ke arah Risma sambil tersenyum.

Risma langsung mengalihkan pandangannya tidak mau bertatap muka dengan Aryo. Risma pura- pura sibuk mengelap piring dan sendok. Tak lama ponselnya berbunyi lagi. Risma membuka pesan lagi.

"Kamu manis banget deh kalau lagi salah tingkah begitu, menggemaskan, aku jadi pengin gigit kamu ,Rismaku yang manis 😍"

"Mas, Aryo benar- benar gila..." ucap Risma dalam hati lalu segera menghapus pesan yang masuk. Risma merasa geli dengan pesan yang dikirim oleh adik iparnya itu. Risma lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya. Walaupun dia mendengar ada beberapa pesan masuk tapi Risma tidak berniat untuk membacanya.

"Rafa , Sabila... mau lihat drone nggak, ayo sini..." ucap Bayu kakak Adam sambil masuk ke dalam rumah Anggi.

"Ayo mas Rafa, lihat drone..." ucap Sabila pada Rafa.

"Ibu, Rafa mau ikut mas Bayu ya..." ucap Rafa pada Risma

"Iya sayang, tapi jangan berantem ya, yang akur mainnya..." sahut Risma.

"Iya bu..." jawab Rafa dan Sabila.

Rafa dan Sabila masuk ke rumah Anggi menyusul Bayu dan Adam. Di sana juga ada beberapa keponakan Anggi yang sudah berkumpul ingin melihat drone di terbangkan.

"Ayo dong mas Bayu, cepetan masangnya , Adam sudah nggak sabar mau menerbangkan drone nya..." ucap Adam.

"Sabar dong..." sahut Bayu yang sedang sibuk memasang drone.

"Nah sudah jadi, siap diterbangkan, sini remotnya..." ucap Bayu.

Bayu lalu menerbangkan drone tersebut menggunakan remot control. Drone pun berhasil diterbangkan, tapi tidak bisa tinggi- tinggi karena berada di dalam rumah.

"Wah keren..." ucap anak- anak.

"Itu kameranya nyala nggak mas Bayu...?" tanya Rafa.

"Nyala dong...." jawab Bayu.

"Hai...dada...dadah...." ucap anak- anak melambaikan tangan ke atas ke arah kamera.

"Ah kalau di sini mah kurang asik, terbangnya nggak bisa tinggi. Mas Bayu, kita main di lapangan aja yuk biar terbangnya tinggi..." ucap Adam.

"Ayo..." Bayu lalu menurunkan dronenya.

Drone pun turun ke lantai di sebelah Sabila. Karena penasaran Sabila lalu mengambil drone tersebut. Tiba- tiba bagian dari drone tersebut ada yang lepas.

"Hei...! Kamu apain drone baruku...? Jadi patah kan..! Ah... kamu sih pegang- pegang, jadi rusak...! Dasar b*go kamu Sabila...!" Adam marah- marah membentak Sabila.

Sabila pun sedih lalu menangis.

"Adam , jangan galak- galak dong, ade aku kan nggak sengaja..." Rafa membela sang adik.

"Hik...hik..hik..." Sabila terus menangis.

"Bayu mencoba memasang kembali bagian yang lepas. Namun beberapa kali mencoba belum juga berhasil.

"Kok susah sih.... Adik kamu rusuh banget sih Rafa, jadi susah ini masangnya..." ucap Bayu.

"Emang kamu rese...! Ngapain kamu ikutan ke sini...! Bikin mainanku rusak saja....!" Adam mendorong tubuh Sabila hingga jatuh ke lantai.

"Hua...hua..." Sabila menangis.

"Adek..." Rafa membantu Sabila bangun lalu memeluknya.

"Udah dek jangan nangis, kita ke ibu aja yuk..." ucap Rafa sambil mengusap air mata Sabila.

"Eh, ada apa ini, kok Sabila menangis...?" Eva tiba- tiba masuk ke rumah Anggi. Dia ingin buang air kecil.

"Ini tante, tadi ade didorong sama Adam sampai jatuh..." jawab Rafa.

"Lho kok gitu, Adam, nggak boleh kayak gitu ya, nggak boleh kasar, kasihan kan Sabilanya..." Eva mengusap punggung Sabila. Sementara Sabila masing sesenggukan.

"Abisnya Sabila yang nakal duluan tante, ini drone nya jadi rusak..." Adam memberikan drone pada Eva.

"Oh, ini nggak rusak kok, cuma lepas saja, bisa dipasang lagi..." sahut Eva lalu memasang bagian drone yang lepas.

"Nah, sudah bisa kan..." ucap Eva memberikam drone nya lagi pada Adam.

"Sudah, Sabila jangan nangis ya. Ikut sama tante Eva aja yuk, ke depan....." ucap Eva. Sabila pun mengangguk.

"Tapi tunggu sebentar ya , tante Eva mau pipis dulu. Sabila tunggu di sini..." ucap Eva. Eva lalu pergi ke kamar mandi. Setelah beberapa menit di kamar mandi Eva pun keluar lalu mengajak Sabila ikut dengannya ke depan duduk di kursi penerimaan tamu.

Sabila duduk di samping Eva, matanya masih merah akibat menangis. Mukanya juga tidak seceria sebelumnya.

"Sudah jangan sedih lagi sayang..." ucap Eva pada Sabila.

"Eva, Sabila kenapa...?" tanya Radit menghampiri Eva dan Sabila karena dia melihat Sabila sedang tidak baik- baik saja.

"Ini tadi Eva berantem sama Adam..." jawab Eva.

"Lho kok berantem sih..." ucap Radit mengusap kepala Sabila.

"Sabila nggak sengaja rusakin drone mas Adam, Sabila di dorong sampai jatuh.. hik..hik..." Sabila kembali menangis.

"Sudah...sudah jangan nangis lagi ya...." Radit memeluk Sabila.

Lalu Radit duduk di kursi di samping Eva sambil memangku Sabila yang sudah berhenti menangis. Eva pun mengajak Sabila ngobrol agar tidak sedih lagi. Sabila sesekali tertawa.

Sementara itu Risma mulai sibuk di meja prasmanan melayani tamu yang ingin makan, sesekali dia menambahkan sayur dan lauk yang mulai berkurang ke tempat makanan.

"Eh, lihat deh itu pasangan suami istri di depan sana, serasi banget ya, yang cewek cantik kayak boneka, yang cowonya ganteng, macho lagi, anaknya juga cantik. Ih udah kayak keluarga selebritis saja..." ucap mbak Sugi tetangga Anggi yang membantu di prasmanan bagian baso.

Dia tetangga baru Anggi jadi dia tidak mengenali Radit ataupun keluarga Anggi yang lain.

"Eh ngaco kamu, mereka itu bukan suami istri, itu mas Radit istrinya mbak Risma.. Anak perempuan yang dipangku Radit itu anaknya mbak Risma... ." sahut bu Tia.

"Oh, itu suaminya mbak Risma toh, aduh maaf mbak Risma saya nggak tahu, kirain mereka suami istri, abisnya mereka duduknya bareng- bareng gitu sih...." ucap mbak Sugi.

"Maaf ya mbak Risma saya benar- benar nggak tahu, saya ini kan orang baru di sini jadi belum begitu kenal sama orang sini...." mbak Sugi merasa tidak enak hati pada Risma.

"Iya nggak papa kok mbak Sugi...." jawab Risma sambil tersenyum datar pada mbak Sugi.

Risma lalu menoleh ke arah Radit dan Eva yang duduk berdampingan. Iya, Risma akui mereka terlihat serasi sekali. Radit ganteng, Eva juga cantik. Benar kata mbak Sugi, saking cantiknya Eva mirip sekali boneka. Wajahnya putih mulus, matanya indah, hidungnya mancung, pipinya juga kemerahan. Pokoknya kecantikan Eva benar- benar sempurna di mata Risma.

Risma pun menjadi ingat dengan perkataan bu Jumi yang mengatakan bahwa dulu Radit pernah naksir Eva. Tiba- tiba Risma jadi sedih dan merasa cemburu.

"Ya Alloh... Apa yang aku pikirkan, mas Radit sama Eva kan masih saudara, kenapa aku jadi mikir macam- macam begini sih..." ucap Risma dalam hati sambil menggeleng- gelangkan kepalanya. Tiba- tiba kepala Risma merasa pusing.

"Mbak Risma kenapa...?" tanya bu Tia.

"Nggak papa kok bu, aku baik- baik saja... " jawab Risma.

"Kalau capek istirahat saja..." ucap bu Tia.

"Iya bu, nanti kalau saya capek saya istirahat..." sahut Risma.

...****************...

Semakin siang, tamu yang datang dia hajatan Anggi semakin banyak. Tiba- tiba mata Risma tertuju pada Nada yang sedang duduk di samping Radit. Risma tidak tahu kapan Nada datang karena dia sejak tadi sibuk. Sementara Eva dan Sabila sudah tidak ada di samping Radit. Mungkin Eva membawa Sabila pergi karena capek duduk lama- lama di sana.

Hati Risma terasa panas melihat kedekatan Radit dengan Nada. Mereka terlihat akrab sekali dan asik mengobrol sambil sesekali tertawa bersama. Dada Risma terasa sesak melihat kedekatan suaminya bersama Nada. Apa lagi sesekali Nada mengusap lengan Radit ketika sedang tertawa. Nada juga sesekali memegang paha Radit.

Saking kesalnya Risma meremas- remas tisu yang ada di meja prasmanan sampai kusut. Bu Tia yang melihat sikap aneh Risma pun menghampirinya.

"Mbak Risma kenapa...?" tanya bi Tia.

Saking kesalnya Risma sampai tidak mendengar pertanyaan bu Tia. Risma terus menatap lurus ke depan ke arah Radit dan Nada yang sedang asik mengobrol. Bu Tia menepuk pundak Risma.Risma pun kaget.

"Perempuan itu siapa mbak...? Kok akrab banget sama mas Radit...?" tanya bu Tia.

"Teman kerjanya mas Radit..." jawab Risma.

Mbak Sugi pun lalu mendekat ke arah Risma. Dia tahu Risma sedang kesal karena suaminya dekat dengan perempuan lain.

"Mbak Risma, mbak harus hati- hati lho sama perempuan seperti itu mbak, lihat lah kurang ajar sekali dia, masa berani pegang- pegang suaminya mbak ..." ucap mbak Sumi mengompor- ngompori Risma.

Iya, Mbak Sugi pernah punya pengalaman diselingkuhi oleh suami, jadi ketika dia melihat perempuan genit deket- dekat suami orang dia akan ikutan emosi.

"Aku harus ngapain...?" tanya Risma.

"Kalau saya udah saya labrak perempuan model begitu. Lihat saja mbak , penampilannya aja begitu. Masa datang ke kondangan dandannya kayak orang mau ke diskotik. Nggak ada sopannya pisan..." jawab mbak Sugi.

"Saya yakin mbak, itu perempuan pasti pelakor, tuh lihat sama suami mbak aja begitu, sudah mbak, jangan biarin suami mbak didekati sama pelakor, labrak aja sekalian, gemes saya lihatnya, kok ada perempuan kayak gitu...." mbak Sugi sewot.

"Eh, jangan ngajarin nggak benar kamu Sugi. Ini tempat rame, kalau mbak Risma ngelabrak perempuan itu di sini bisa gawat..." sahut bu Tia.

"Mbak Risma , jangan dengerin omongan mbak Sugi. Mbak Risma ngomong saja baik- baik sama suami, ajak dia pergi dari sini..." ucap bu Tia pada Risma.

Risma pun membenarkan omongan bu Tia. Walapun dalam hati Risma sudah tidak tahan ingin menampar Nada. Baru saja Risma mau melangkah ke arah Radit dan Nada, mereka berdua bangun dari duduk. Dan berjalan ke arah meja prasmanan. Risma pun mengurungkan langkahnya.

Radit dan Nada berjalan beriringan. Karena Nada menggunakan sepatu hak tinggi , Nada pun cukup kesulitan berjalan karena lantainya tidak rata. Nada tanpa rasa canggung menggandeng tangan Radit. Radit pun santai saja terus berjalan mendekati meja prasmanan, sepertinya Nada mau makan.

Melihat apa yang dilakukan oleh Nada terhadap Radit, Risma sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia langsung berjalan mendekati Nada dan Radit dengan raut muka marah. Untung saja saat itu tidak ada orang yang sedang mengambil makanan di prasmanan. Keadaan sedang sepi karena memasuki waktu dhuhur. Hanya ada sekitar sepuluh tamu yang sedang makan sambil duduk di kursi dan para tetangga yang membantu jaga makanan , serta sebagian keluarga besar. Karena sebagian lagi sedang sholat.

"Lepaskan tangan kamu Nada...! Ngapain kamu pegang- pegang suami aku hah...! " seru Risma tidak memperdulikan tatapan orang- orang di sekitar.

"Ris, kamu ini apa- apaan sih...?" tanya Radit merasa malu dengan sikap Risma yang menjadi pusat perhatian orang- orang di sekeliling.

"Mas..! Aku ini istri kamu, bisa- bisanya kamu bercanda, tertawa- tawa dengan perempuan genit ini...kamu dari tadi diam saja dipegang- pegang...! Kamu nggak malu mas dilihatin orang- orang...!'' seru Risma.

"Kamu juga...! Dasar perempuan murahan...! Ngapain kamu pegang- pegang suami aku...! Kamu mau jadi pelakor hah...! Dasar perempuan nggak tahu malu kamu...'!" seru Risma sambil mendorong tubuh Nada hingga hampir jatuh.

Untuk Radit segera menangkap tubuh Nada sehingga tidak sampai jatuh.

"Risma...!'' seru Radit.

"Kenapa...? Kamu mau membela perempuan murahan itu...! Bagus ya, ternyata dugaanku selama ini benar, kamu selingkuh kan dengan perempuan murahan ini... Tidak tahu malu kamu mas...! "

"Dan kamu juga, bisa- bisanya kamu pacaran dengan suami orang...! Kamu lihat kan mas Radit sudah punya istri dan anak..! Tega- teganya kamu merusak rumah tangga orang lain...! Dasar perempuan murahan...! Pelakor...!" Risma menarik rambut Nada hingga Nada menjerit kesakitan.

"Auww... Sakit... Lepaskan aku....!" teriak Nada.

" Hentikan Risma... ! " Radit melepaskan tangan Risma dari rambut Nada. Setelah berhasil melepaskan tangan Risma, Radit mencengkeram tangan Risma dengan kuat hingga Risma merasa kesakitan.

"Lepaskan tanganku mas...! Aku mau menghajar perempuan murahan itu...!'' teriak Risma sambil melirik tajam ke arah Nada.

"Jangan bikin malu Risma ..." Ucap Radit dengan penuh penekanan.

"Bikin malu katamu mas...? Kamu yang sudah bikin aku malu mas...! Bisa- bisanya kamu tertawa- tawa dengan murahan itu di depan banyak orang...! Kamu yang nggak tahu malu mas...! kamu...!" Risma berteriak.

"Dan kamu, perempuan murahan, pelakor, pergi kamu dari sini dan jangan dekati suamiku lagi...!" Risma kembali berteriak.

"Risma...!" seru seseorang di belakang Risma.Risma, Radit dan Nada pun menoleh ke sumber suara.

"A..abah...." ucap Risma.

"Radit , bawa Risma masuk ke dalam rumah...." ucap pak Salim dengan muka memerah karena menahan malu atas apa yang Risma lakukan di depan para tamu undangan, para tetangga dan keluarga besar.

Nada

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Risma yg kurang cerdik bukannya dicari dan selidiki siapa yg jadi selingkuhan Radit malah emosi dan labrak si Nada bukannya dapat simpati dari orang2 yg ada malah Risma yg disalahkan

2025-01-18

0

Salsabiela

Salsabiela

aduh Risma kamu salah orang,... tapi emng si Nada kurang ajar juga sih, biarpun dia berteman sama Radit nggak gitu juga kali masa iya sama suami orang nempel" dan pegang" gitu. radit nya juga diem bae, emng semuanya gila sih kl kata gua mah

2025-01-18

0

Rijan

Rijan

Radit nya juga gila, ah kesel gua

2025-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang sebulan sekali
2 2. Bukan menatu idaman
3 3. Kecewa
4 4. Naif
5 5. Aryo
6 6. Curiga
7 7. Dicuekin
8 8. Teman kuliah Radit
9 9. Bertengkar
10 10. Kegundahan hati Risma
11 11. Hajatan
12 12. Hajatan 2
13 13. Di tampar
14 14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15 15. Tinggal bersama
16 16. Bekas Tamparan
17 17. Terbawa suasana
18 18. Berdoa
19 19. Bertemu Nada
20 20. Sok Suci
21 21. Mengetahui kebenaran
22 22. Lari dari Aryo
23 23. Risma sakit
24 24. Dirawat di rumah sakit
25 25. Kekhawatiran Radit
26 26. Lupa dengan janji
27 27. Kado Istimewa
28 28. Hancur
29 29. Pergilah Engkau bersamanya
30 30.Cerita masa lalu
31 31. Kembali ke kota
32 32. Luka terdalam
33 33. Bertahan semampuku
34 34. Fitnah
35 35. Menghapus jejak
36 36. Hinaan
37 37. Selingkuh dibalas selingkuh
38 38. Lepaskan aku mas...
39 39. Tak sudi
40 40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41 41. Mediasi
42 42. Pindah sekolah
43 43. Benci dengan perselingkuhan
44 44. Terbongkar
45 45. Terima kasih mas... di
46 46. Masih ada Cinta
47 47. Apa itu karma...?
48 48. Diantar Taufik
49 49. Kemarahan Radit
50 50. Meminta Maaf
51 51. Masalah Baru
52 52. Serangan Jantung
53 53. Sidang percaraian
54 54. Fakta Baru
55 55. Rumah Sakit
56 56. Perasaan Bersalah Radit
57 57. Duniaku hancur
58 58. Muntah Darah
59 59. Kedatangan pak Wijaya
60 60. Hasil pemeriksaan
61 61. Kangen adek
62 62. Dimanfaatkan
63 63. Ikan bakar
64 64. Turun Ranjang...?
65 65. Perasaannya masih sama
66 66. Sidang putusan hakim
67 67. Jangan tunggu lama- lama
68 68. Benci sama ayah
69 69. Apa saya dipecat...?
70 70. Mulai masuk kantor
71 71. Menjual perhiasan
72 72. Bertemu bu Ratna
73 73. Masih ada ketakutan
74 74. Aku tidak mau menikah denganmu
75 75. Beban berat hidup Radit
76 76. Sel kanker yang menyebar
77 77. Tidak mau disalahkan
78 78. Kemarahan Taufik
79 79. Aku lebih baik mati...!
80 80. Kembali dibuat emosi
81 81. Terima kasih sayang...
82 82. Kasmaran
83 83. Hari Bahagia
84 84. Kesedihan dan penyesalan
85 85. Uang penjulan rumah
86 86. Kesedihan Rafa
87 87. Pendarahan hebat
88 88. Nafas Cinta
89 89. Rejeki setelah menikah
90 90. Semua menyalahkan Risma
91 91. Semua pergi
92 92. Bocah edan nggak eling
93 93. Bawaan bayi
94 94. Menyesal
95 95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96 96. Melahirkan
97 97. Ulat bulu
98 98. Rindu
99 99. Balikan dengan Eva...?
100 100. Syakila
101 101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102 102. Laki- laki lemah
103 103. Kamu harus bangkit
104 104. Memaafkan ayah
105 105. Obrolan penuh Canda tawa
106 105. Adik buat Shakila
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Pulang sebulan sekali
2
2. Bukan menatu idaman
3
3. Kecewa
4
4. Naif
5
5. Aryo
6
6. Curiga
7
7. Dicuekin
8
8. Teman kuliah Radit
9
9. Bertengkar
10
10. Kegundahan hati Risma
11
11. Hajatan
12
12. Hajatan 2
13
13. Di tampar
14
14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15
15. Tinggal bersama
16
16. Bekas Tamparan
17
17. Terbawa suasana
18
18. Berdoa
19
19. Bertemu Nada
20
20. Sok Suci
21
21. Mengetahui kebenaran
22
22. Lari dari Aryo
23
23. Risma sakit
24
24. Dirawat di rumah sakit
25
25. Kekhawatiran Radit
26
26. Lupa dengan janji
27
27. Kado Istimewa
28
28. Hancur
29
29. Pergilah Engkau bersamanya
30
30.Cerita masa lalu
31
31. Kembali ke kota
32
32. Luka terdalam
33
33. Bertahan semampuku
34
34. Fitnah
35
35. Menghapus jejak
36
36. Hinaan
37
37. Selingkuh dibalas selingkuh
38
38. Lepaskan aku mas...
39
39. Tak sudi
40
40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41
41. Mediasi
42
42. Pindah sekolah
43
43. Benci dengan perselingkuhan
44
44. Terbongkar
45
45. Terima kasih mas... di
46
46. Masih ada Cinta
47
47. Apa itu karma...?
48
48. Diantar Taufik
49
49. Kemarahan Radit
50
50. Meminta Maaf
51
51. Masalah Baru
52
52. Serangan Jantung
53
53. Sidang percaraian
54
54. Fakta Baru
55
55. Rumah Sakit
56
56. Perasaan Bersalah Radit
57
57. Duniaku hancur
58
58. Muntah Darah
59
59. Kedatangan pak Wijaya
60
60. Hasil pemeriksaan
61
61. Kangen adek
62
62. Dimanfaatkan
63
63. Ikan bakar
64
64. Turun Ranjang...?
65
65. Perasaannya masih sama
66
66. Sidang putusan hakim
67
67. Jangan tunggu lama- lama
68
68. Benci sama ayah
69
69. Apa saya dipecat...?
70
70. Mulai masuk kantor
71
71. Menjual perhiasan
72
72. Bertemu bu Ratna
73
73. Masih ada ketakutan
74
74. Aku tidak mau menikah denganmu
75
75. Beban berat hidup Radit
76
76. Sel kanker yang menyebar
77
77. Tidak mau disalahkan
78
78. Kemarahan Taufik
79
79. Aku lebih baik mati...!
80
80. Kembali dibuat emosi
81
81. Terima kasih sayang...
82
82. Kasmaran
83
83. Hari Bahagia
84
84. Kesedihan dan penyesalan
85
85. Uang penjulan rumah
86
86. Kesedihan Rafa
87
87. Pendarahan hebat
88
88. Nafas Cinta
89
89. Rejeki setelah menikah
90
90. Semua menyalahkan Risma
91
91. Semua pergi
92
92. Bocah edan nggak eling
93
93. Bawaan bayi
94
94. Menyesal
95
95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96
96. Melahirkan
97
97. Ulat bulu
98
98. Rindu
99
99. Balikan dengan Eva...?
100
100. Syakila
101
101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102
102. Laki- laki lemah
103
103. Kamu harus bangkit
104
104. Memaafkan ayah
105
105. Obrolan penuh Canda tawa
106
105. Adik buat Shakila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!