2. Bukan menatu idaman

Risma dan Radit menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Terutama ayah Risma dan Abah Radit, mereka adalah sahabat lama. Jadi mereka sepakat menjodohkan anak- anaknya. Sementara itu bu Ratna kurang setuju dengan perjodohan anaknya itu. Menurutnya Radit masih bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dari pada Risma.

Radit pria yang ganteng, pintar, berpendidikan tinggi serta anak yang begitu sayang pada keluarganya, menurut bu Rima sangat lah bisa Radit mendapat perempuan yang statusnya setara dengannya yang sama - sama berpendidikan tinggi serta cantik. Masa iya laki- laki lulusan S2 menikah dengan perempuan yang hanya lulus SMA.

Namun apa daya, pak Salim sudah memilihkan jodoh untuk Radit, jadi mau tidak mau, suka tidak suka bu Ratna pun akhirnya menerima perjodohan anaknya itu walapun dengan setengah hati.

Apa lagi menurut bu Ratna semua anggota keluarganya berpendidikan tinggi. Pak Salim adalah pensiunan pegawai negri. Bu Rima juga dulu kuliah dan dia pernah mengajar di sebuah smp swasta dan sekarang sudah pensiun. Adik perempuan Radit yang bernama Anggi pun lulusan S1, dan pernah juga bekerja di kantoran. Walapun setelah menikah dengan Aryo dan punya anak dia hanya menjadi ibu rumah tangga yang mengurus kedua anaknya. Adik bungsu Radit yang bernama Akbar pun sekarang sedang kuliah semester empat di perguruan tinggi terfavorit di kotanya. Dan Radit lah yang membiayai kuliah adiknya itu, karena uang pensiun dari pak Salim digunakan untuk kebutuhan sehari- hari, tidak cukup untuk biaya kuliah.

Dan Risma tidak tahu akan hal itu karena Radit tidak pernah bercerita apapun pada istrinya itu. Dia hanya diberi uang tujuh juta rupiah setiap bulannya oleh Radit untuk keperluan rumah tangga dan biaya sekolah Rafa dan Sabila.Dan dia pun tidak tahu berapa gaji Radit. Tapi Radit tidak pelit, walapun setiap bulan dia mentransfer ke rekening Risma sebanyak tujuh juta, tapi jika Risma ada keperluan mendadak dan meminta uang lagi pada Radit, Radit pasti akan memberinya.

"Risma, kok Radit lama sih belum pulang juga, Umi sudah satu jam lho menunggu di sini..." ucap bu Ratna sambil duduk di ruang tengah.

Sementara Risma sejak tadi menyetrika baju. Iya bu Ratna yang sejak tadi mengoceh membuat Risma harus mengerjakan semua pekerjaan rumah hingga rumah menjadi rapi.

"Mungkin bengkelnya rame kali Mi, trus tadi anak- anak juga minta mampir ke minimarket beli jajan..." sahut Risma sambil fokus menyetrika baju.

"Ya sudah , Umi pulang saja. Nanti kalau Radit pulang bilangin sama dia Umi tadi ke sini. Dan bilang ke Radit untuk pergi ke rumah Umi. Umi ada perlu sama dia..." ucap bu Ratna.

"Ada perlu apa Mi...? Bukannya tadi malam mas Radit juga dari rumah Umi...?Kenapa sekarang mas Radit harus ke rumah Umi lagi...?" tanya Risma menghentikan aktifitasnya.

"Memangnya kenapa kalau Radit datang ke rumah Umi lagi...? Nggak boleh...? Radit itu kan anaknya Umi, mau dia ke rumah Umi setiap hari juga nggak papa kan...?" tanya Umi kesal.

"Tapi Mi, mas Radit kan baru pulang tadi malam, dia pulang cuma sebulan sekali, itu pun cuma dua hari, besok sudah harus balik ke kota B. Saya sebagai istrinya dan juga anak- anak juga ingin berkumpul sama mas Radit Mi..." sahut Risma.

"Eh Risma, memangnya siapa yang melarang kalian berkumpul sama Radit...? Umi kan lagi ada perlu sama Radit. Umi sudah jauh- jauh datang ke sini menemui Radit tapi Raditnya nggak ada di rumah, ya sudah Radit nya saja yang suruh datang ke rumah Umi...." ucap bu Ratna.

"Dengar ya Risma, Radit itu anak laki- laki, anak laki- laki itu milik orang tuanya. Jadi sampai kapanpun Radit bertanggung jawab terhadap orang tuanya. Jadi kamu jangan menghalang- halangi hubungan Radit dengan kedua orang tuanya. Mengerti kamu...?" sambung bu Ratna.

"Risma nggak menghalang- halangi bu, Risma hanya....

"Ah sudah lah ibu mau pulang...." ucap bu Ratna lalu membuka aplikasi di ponselnya untuk memesan taksi on line.

Tak lama kemudian taksi on line pesanan bu Ratna pun datang.

"Jangan lupa, bilangin Radit untuk datang ke rumah..." ucap bu Ratna sebelum meninggalkan rumah Risma.

"Iya Umi.... Umi hati- hati ya..." Risma mencium punggung tangan bu Ratna.

Satu jam kemudian Radit dan anak- anak pun pulang.

"Assalamualaikum..." ucap Rafa dan Sabila masuk ke dalam rumah menenteng kantong belanjan berisi jajanan.

"Waalaikumsalam..." jawab Risma yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Setelah kepulangan sang mertua, Risma menjadi bete dengan apa yang telah diucapkan oleh mertuanya itu. Dia pun tidak menyelesaikan menyetrika bajunya. Risma memang begitu jika mengerjakan pekerjaan rumah tapi dia merasa capek dia tidak akan melanjutkannya. Dia lebih memilih untuk istirahat dan main ponsel.

"Banyak banget jajannya..." ucap Risma sambil melirik ke arah kantong belanjaan yang dipegang oleh Sabila.

"Iya bu, lihat nih adek beli jajanan banyak..." Sabila mengeluarkan makanan ringan dan minuman dari dalam kantong.

"Ya ampun, kan ibu sudah bilang jangan beli ciki dulu. Kok beli ciki juga. Udah gitu bungkusan gede lagi..." Risma mulai kesal.

"Tahu tuh adek sudah mas bilangin tapi ngeyel. Sama ayah juga dibolehin..." sahut Rafa.

"Biarin, kan nanti makannya nggak langsung dihabiskan, disimpan buat besok lagi..." ucap Sabila.

"Huuh, nanti kalau amandelnya bengkak palingan mewek...." Rafa mengacak Rambut sang adik.

"Ihhhh.... Mas Rafa nakal...." Sabila kesal.

"Ada apa ribut- ribut....?" tanya Radit menghampiri istri dan anaknya.

"Mas, kok mas Radit malah beliin Sabila jajanan ciki yang bungkusan besar- besar kayak gitu sih, nanti kalau amandelnya bengkak lagi gimana...?" tanya Risma.

"Tadi udah dibilangin makannya jangan banyak- banyak. Buat besok lagi..." jawab Radit. Risma pun hanya menghela nafas panjang.

"Kok kalian lama banget sih tadi...?" tanya Risma.

"Kan tadi kita makan baso dulu..." sahut Sabila.

"Makan baso...? Di mana...?" tanya Risma.

"Di sana bu, baso yang lagi Viral itu, rame banget, antri makanya lama deh..." jawab Rafa.

"Kok ibu nggak dibeliin baso...?" tanya Risma.

"Tau tuh ayah nggak pesenin buat ibu...." jawab Rafa.

"Iya maaf, ayah nggak kepikiran beliin baso buat ibu..." jawab Radit.

"Kalian memang kebiasaan, kalau pergi makan- makan nggak pernah inget sama ibu. Padahal kalau ibu pergi selalu inget kalian, ibu selalu beliin makanan untuk kalian..." sahut Risma lalu bangun dari sofa dan masuk ke dalam kamar.

Radit, Rafa dan Sabila melihat ke arah Risma yang masuk ke dalam kamar.

"Ayah, ibu ngambek tuh nggak dibelikan baso..." ucap Rafa.

"Iya ,ayah sih nggak bungkusin buat ibu, kan kasihan ibu nggak ikut makan baso..." sahut Sabila.

Radit pun menghela nafas lalu dia menyusul Risma ke dalam kamar. Di dalam kamar Risma sedang tiduran di ranjang. Punggungnya capek, karena habis menyetrika baju tadi.Radit lalu duduk di tepi ranjang.

"Risma, kamu kenapa...? Kamu ngambek gara- gara nggak di belikan baso...?" tanya Radit sambil mengusap pundak Risma.

"Maaf ya, aku benar- benar nggak kepikiran tadi. Ya udah aku beliin baso sekarang ya..." ucap Radit.

"Nggak usah mas, aku nggak pengin baso kok aku dah kenyang. Tadi aku cuma becanda aja..." jawab Risma.

"Trus kenapa kamu langsung masuk kamar kayak orang ngambek....?" tanya Radit.

"Aku cuma lagi kesal aja mas sama Umi..." jawab Risma lalu bangun dan duduk menghadap Radit.

"Kesal sama Umi...?" tanya Radit sambil mengerutkan keningnya.

"Iya, tadi Umi datang mencari mas Radit, katanya ada hal penting yang mau Umi bicarakan sama mas Radit. Tapi karena mas Radit nggak pulang- pulang, Umi pulang duluan, dia minta mas Radit untuk datang ke rumah Umi..." jawab Risma.

"Trus yang bikin kamu kesal sama Umi apa...?" tanya Radit.

"Mas, aku tuh capek, setiap Umi datang ke rumah selalu saja cerewet, selalu saja ngomel- ngomel. Semua dikomentari. Gara- gara aku belum setrika baju, dapur berantakan lah, kamar belum dirapihkan lah, gara- gara jam sebelas baru ngepel. Pokoknya semua dikometari. Berisik tahu nggak mas...." jawab Risma.

"Umi juga nggak mau minum teh buatan Risma, jijik katanya karena dapurnya kotor..." lanjut Risma

"Kenapa kamu mesti marah, kan yang dibilang sama Umi benar semau kan...? Dapur kamu kotor, kamar berantakan, baju belum disetrika menumpuk di keranjang baju, semua itu benar kan...? Lalu salahnya Umi di mana...?" tanya Radit.

"Mas, aku bukannya nggak mau membereskan rumah, tapi belum sempat, pagi- pagi kan aku harus masak, nyuci baju, nyuci piring. Nanti juga yang lain- lain bakal dibereskan kalau semua sudah selesai. Tangan aku kan cuma dua , ngak bisa mengerjakan pekerjaan dalam satu waktu..." Risma kesal karena Radit malah membela Umi.

"Ya udah tapi kamu nggak usah menyalahkan Umi, Umi kan hanya menasehati kamu supaya rumah kita rapi...." ucap Radit.

"Ah sudah deh mas, percuma ngomong sama kamu, kamu nggak bakalan belain aku. Kamu lebih suka belain Umi...." sahut Risma.

"Bukan masalah mas bela siapa. Mas cuma bicara fakta saja. Ya memang setiap aku pulang rumah nggak pernah rapi kan...? Tapi aku nggak masalah, selama ini aku juga diam saja, aku ngeri mungkin kamu capek, jadi terserah kamu saja sesempatnya kamu aja membereskan rumah..." ucap Radit.

"Ya harusnya kamu ngomong kayak gitu dong di depan Umi kamu..." sahut Risma.

"Sudahlah nggak usah memperpanjang masalah yang nggak penting..." ucap Radit.

"Nanti abis ashar aku mau ke rumah Umi, kamu mau ikut nggak...?" tanya Radit.

"Nggak...." jawab Risma.

"Ya udah kalau nggak mau ikut. Biar aku sama anak- anak saja..." jawab Radit lalu keluar dari kamar.

Risma pun mendengus kesal.

"Rafa, Sabila, nanti sore ayah mau ke rumah nenek, kalian mau ikut nggak...?" tanya Radit menghampiri kedua anaknya yang sedang makan jajan sambil nonton tv di ruang tengah.

"Mau...mau..." jawab Rafa dan Sabila.

"Ya sudah, sekarang kalian tidur siang dulu ya..." ucap Radit sambil mengusap kepala kedua anaknya.

"Rafa, Sabila sholat dulu, tuh sudah jam satu kalian belum sholat dhuhur..." ucap Risma keluar dari kamarnya.

"Ibu sudah sholat...?" tanya Sabila.

"Sudah..." jawab Risma.

"Ya sudah sana sholat dulu..." ucap Radit.

Risma memang cukup tegas dalam mendidik kedua anaknya. Semenjak masuk sd dia sudah melatih kedua anaknya untuk sholat lima waktu. Apalagi mereka berdua sekolah di sd islam yang di sekolahnya pun sudah diajarkan sholat dan mengaji setiap hari.

...****************...

Sore harinya , Radit bersama dua anaknya pergi ke rumah bu Ratna. Sedangkan Risma tetap tidak mau ikut karena masih kesal dengan ibu mertuanya itu.

" Assalamualaikum...Kakek... nenek..." ucap Rafa dan Sabila berlari menghampiri kakek dan neneknya yang sedang duduk di teras rumahnya menikamati teh hangat sambil membaca koran.

"Eh, cucu- cucu nenek yang ganteng dan cantik sudah datang..." ucap Bu Ratna lalu mencium kening kedua cucunya.

"Wah cucu- cucu kakek sudah pada besar ya..." ucap pak Salim sambil memeluk kedua cucunya.

"Iya dong kek..." jawab Sabila dan Rafa.

Radit pun menghampiri kedua orang tuanya.

"Abah, Umi...." Radit mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Istrimu mana Dit...?" tanya pak Salim.

"Risma nggak ikut Bah, masih ada kerjaan di rumah..." jawab Radit.

"Kerjaan apa...? Rumah aja nggak pernah rapi kok, kerjaannya cuma mainan hape saja tiap hari, makanya rumahnya berantakan kaya kapal pecah..." sahut bu Ratna.

Pak salim dan Radit hanya diam tidak menyahuti omongan bu Ratna.

"Rafa, Sabila, sana main di dalam, di dalam ada om Akbar lagi main komputer, sana samperin..." ucap pak Salim.

Rafa dan Sabila pun lalu masuk ke dalam rumah. Sementara itu Radit bersama kedua orang tuannya berbincang.

Setelah selesai berbincang dengan kedua orang tuanya, Radit, pak Salim dan bu Ratna masuk ke dalam rumah karena waktu maghrib sudah tiba. Mereka pun lalu melaksanakan sholat maghrib. Para laki- laki sholat di masjid dekat rumah, sedangkan Sabila dan bu Ratna sholat di rumah.

Setelah sholat mereka lalu makan malam bersama. Bu Ratna sudah menyiapkan makanan special untuk anak dan cucunya. Mereka menikmati makanannya dengan lahap sambil sesekali berbincang.

"Cucu kakek senin besok mau tes semester dua ya...? Sebentar lagi naik kelas dong ya...?" tanya pak Salim.

"Iya kek..."

"Belanjar yang rajin ya biar nilai rapotnya bagus..." ucap pak Salim.

"Nilai rapot Sabila selalu bagus kek, semester kemarin dapat rengking tiga..." jawab Sabila.

"Wah hebat. Kalau Rafa dapat rengking berapa...?" tanya pak Salim.

"Rengking dua belas kek..." jawab Rafa sambil menunduk malu.

"Nggak papa, belanjarnya lebih giat lagi ya biar bisa dapat rengking yang lebih baik lagi..." ucap pak Salim memberi semangat pada Rafa.

"Rafa itu kan mirip si Risma, bodoh, nggak pernah dapat rengking di sekolah, beda sama Sabila yang diturini kepintaran dari Radit. Dia pinter, dapat rengking terus tiap terima rapot..." sahut bu Ratna.

"Umi... Kok ngomongnya begitu sih..." ucap pak Salim.

Rafa pun menjadi sedih mendengar ucapan sang nenek.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Wadduuhhhh.. tuhhhh mulut yaaa 😂

2025-01-19

0

Salsabiela

Salsabiela

amit" deh jangan smpai py mertua modelan si Ratna, bikin darah tinggi

2025-01-05

1

Rijan

Rijan

mertuanya menyebalkan

2025-01-04

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang sebulan sekali
2 2. Bukan menatu idaman
3 3. Kecewa
4 4. Naif
5 5. Aryo
6 6. Curiga
7 7. Dicuekin
8 8. Teman kuliah Radit
9 9. Bertengkar
10 10. Kegundahan hati Risma
11 11. Hajatan
12 12. Hajatan 2
13 13. Di tampar
14 14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15 15. Tinggal bersama
16 16. Bekas Tamparan
17 17. Terbawa suasana
18 18. Berdoa
19 19. Bertemu Nada
20 20. Sok Suci
21 21. Mengetahui kebenaran
22 22. Lari dari Aryo
23 23. Risma sakit
24 24. Dirawat di rumah sakit
25 25. Kekhawatiran Radit
26 26. Lupa dengan janji
27 27. Kado Istimewa
28 28. Hancur
29 29. Pergilah Engkau bersamanya
30 30.Cerita masa lalu
31 31. Kembali ke kota
32 32. Luka terdalam
33 33. Bertahan semampuku
34 34. Fitnah
35 35. Menghapus jejak
36 36. Hinaan
37 37. Selingkuh dibalas selingkuh
38 38. Lepaskan aku mas...
39 39. Tak sudi
40 40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41 41. Mediasi
42 42. Pindah sekolah
43 43. Benci dengan perselingkuhan
44 44. Terbongkar
45 45. Terima kasih mas... di
46 46. Masih ada Cinta
47 47. Apa itu karma...?
48 48. Diantar Taufik
49 49. Kemarahan Radit
50 50. Meminta Maaf
51 51. Masalah Baru
52 52. Serangan Jantung
53 53. Sidang percaraian
54 54. Fakta Baru
55 55. Rumah Sakit
56 56. Perasaan Bersalah Radit
57 57. Duniaku hancur
58 58. Muntah Darah
59 59. Kedatangan pak Wijaya
60 60. Hasil pemeriksaan
61 61. Kangen adek
62 62. Dimanfaatkan
63 63. Ikan bakar
64 64. Turun Ranjang...?
65 65. Perasaannya masih sama
66 66. Sidang putusan hakim
67 67. Jangan tunggu lama- lama
68 68. Benci sama ayah
69 69. Apa saya dipecat...?
70 70. Mulai masuk kantor
71 71. Menjual perhiasan
72 72. Bertemu bu Ratna
73 73. Masih ada ketakutan
74 74. Aku tidak mau menikah denganmu
75 75. Beban berat hidup Radit
76 76. Sel kanker yang menyebar
77 77. Tidak mau disalahkan
78 78. Kemarahan Taufik
79 79. Aku lebih baik mati...!
80 80. Kembali dibuat emosi
81 81. Terima kasih sayang...
82 82. Kasmaran
83 83. Hari Bahagia
84 84. Kesedihan dan penyesalan
85 85. Uang penjulan rumah
86 86. Kesedihan Rafa
87 87. Pendarahan hebat
88 88. Nafas Cinta
89 89. Rejeki setelah menikah
90 90. Semua menyalahkan Risma
91 91. Semua pergi
92 92. Bocah edan nggak eling
93 93. Bawaan bayi
94 94. Menyesal
95 95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96 96. Melahirkan
97 97. Ulat bulu
98 98. Rindu
99 99. Balikan dengan Eva...?
100 100. Syakila
101 101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102 102. Laki- laki lemah
103 103. Kamu harus bangkit
104 104. Memaafkan ayah
105 105. Obrolan penuh Canda tawa
106 105. Adik buat Shakila
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Pulang sebulan sekali
2
2. Bukan menatu idaman
3
3. Kecewa
4
4. Naif
5
5. Aryo
6
6. Curiga
7
7. Dicuekin
8
8. Teman kuliah Radit
9
9. Bertengkar
10
10. Kegundahan hati Risma
11
11. Hajatan
12
12. Hajatan 2
13
13. Di tampar
14
14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15
15. Tinggal bersama
16
16. Bekas Tamparan
17
17. Terbawa suasana
18
18. Berdoa
19
19. Bertemu Nada
20
20. Sok Suci
21
21. Mengetahui kebenaran
22
22. Lari dari Aryo
23
23. Risma sakit
24
24. Dirawat di rumah sakit
25
25. Kekhawatiran Radit
26
26. Lupa dengan janji
27
27. Kado Istimewa
28
28. Hancur
29
29. Pergilah Engkau bersamanya
30
30.Cerita masa lalu
31
31. Kembali ke kota
32
32. Luka terdalam
33
33. Bertahan semampuku
34
34. Fitnah
35
35. Menghapus jejak
36
36. Hinaan
37
37. Selingkuh dibalas selingkuh
38
38. Lepaskan aku mas...
39
39. Tak sudi
40
40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41
41. Mediasi
42
42. Pindah sekolah
43
43. Benci dengan perselingkuhan
44
44. Terbongkar
45
45. Terima kasih mas... di
46
46. Masih ada Cinta
47
47. Apa itu karma...?
48
48. Diantar Taufik
49
49. Kemarahan Radit
50
50. Meminta Maaf
51
51. Masalah Baru
52
52. Serangan Jantung
53
53. Sidang percaraian
54
54. Fakta Baru
55
55. Rumah Sakit
56
56. Perasaan Bersalah Radit
57
57. Duniaku hancur
58
58. Muntah Darah
59
59. Kedatangan pak Wijaya
60
60. Hasil pemeriksaan
61
61. Kangen adek
62
62. Dimanfaatkan
63
63. Ikan bakar
64
64. Turun Ranjang...?
65
65. Perasaannya masih sama
66
66. Sidang putusan hakim
67
67. Jangan tunggu lama- lama
68
68. Benci sama ayah
69
69. Apa saya dipecat...?
70
70. Mulai masuk kantor
71
71. Menjual perhiasan
72
72. Bertemu bu Ratna
73
73. Masih ada ketakutan
74
74. Aku tidak mau menikah denganmu
75
75. Beban berat hidup Radit
76
76. Sel kanker yang menyebar
77
77. Tidak mau disalahkan
78
78. Kemarahan Taufik
79
79. Aku lebih baik mati...!
80
80. Kembali dibuat emosi
81
81. Terima kasih sayang...
82
82. Kasmaran
83
83. Hari Bahagia
84
84. Kesedihan dan penyesalan
85
85. Uang penjulan rumah
86
86. Kesedihan Rafa
87
87. Pendarahan hebat
88
88. Nafas Cinta
89
89. Rejeki setelah menikah
90
90. Semua menyalahkan Risma
91
91. Semua pergi
92
92. Bocah edan nggak eling
93
93. Bawaan bayi
94
94. Menyesal
95
95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96
96. Melahirkan
97
97. Ulat bulu
98
98. Rindu
99
99. Balikan dengan Eva...?
100
100. Syakila
101
101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102
102. Laki- laki lemah
103
103. Kamu harus bangkit
104
104. Memaafkan ayah
105
105. Obrolan penuh Canda tawa
106
105. Adik buat Shakila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!