17. Terbawa suasana

Malam harinya Risma, Radit, Rafa dan Sabila makan malam di meja makan. Beberapa waktu lalu Radit membeli pecel ayam tidak jauh dari rumah mereka ,karena Risma tidak masak. Mereka makan dengan lahap kecuali Risma. Iya, bagaimana dia bisa lahap makan, sedangkan hatinya masih begitu sakit atas perlakuan kasar Radit.

"Ibu, kok makananya cuma dimakan sedikit...?" tanya Rafa.

"Ibu sudah kenyang sayang..." jawab Risma.

"Baru makan sedikit kok sudah kenyang sih Ris, ayo makan lagi, takutnya nanti kamu sakit..." ucap Radit sambil mengusap punggung Risma.

"Aku memang sudah sakit kok mas..." sahut Risma.

"Maaf..." ucap Radit pelan.

Tiba- tiba ponsel Radit berdering. Radit lalu menggambil ponsel di saku celananya.

"Ayah, kata ibu kalau lagi makan jangan pegang hape dulu. Nanti saja kalau sudah selesai makan terima telponnya..." ucap Sabila.

"Tapi ini nenek yang telpon sayang, takutnya ada hal penting. Ayah terima telpon dulu sebentar ya..." sahut Radit.

Radit lalu pergi ke ruang tamu untuk menerima telpon.

"Assalamualaikum Umi..." ucap Radit.

"Waalaikumsalam, Radit kamu di mana...?" tanya bu Ratna.

"Di rumah Mi, ada apa...?" tanya Radit.

"Kamu ke rumah Umi sekarang, dari tadi Eva ngeluh kepalanya pusing. Kayaknya dia masuk angin. Dia butuh kamu Dit. Umi sama Abah mau ke rumah Anggi, mau bantuin beres- beres di sana. Kasihan kan Eva nggak ada yang nemenin..." jawab bi Ratna.

"Sudah minum obat apa belum Eva Mi...?" tanya Radit.

"Nggak mau minum obat, dikeroki aja nggak mau, dia tiduran terus di kamar dari tadi, disuruh makan juga nggak mau. Sudah kamu cepat kamu ke sini, dia butuh kamu Radit. Kamu bujuk Eva supaya dia mau makan sama minum obat..." jawab bu Ratna.

"Iya Mi, aku segera ke situ. Tapi Umi sama Abah jangan pergi dulu sebelum aku datang ya. Kasihan Eva sendirian, nanti dia takut ..." ucap Radit.

"Iya..iya... Makanya kamu cepat ke sini..." sahut bu Ratna

"Iya Mi..."

Setelah menerima telpon dari bu Ratna ,Radit lalu kembali ke meja makan dan duduk di samping Risma.

"Ris, aku harus ke rumah Anggi sekarang. Kemungkinan aku nginap . Aku harus bantu - bantu di sana..." ucap Radit pada sang istri.

"Bantu apa...? Tadi siang juga kamu di sana nggak ngapa- ngapain kan mas, cuma duduk- duduk saja..." sahut Risma.

"Iya tapi kan malam ini aku harus bantu beres- beres di sana..." jawab Radit.

"Jadi ayah nggak tidur di rumah...?" tanya Sabila sedih.

"Enggak sayang, maaf ya, tapi besok pagi ayah pulang kok...." jawab Radit sambil mengusap kepala Sabila.

"Ayah berangkat lagi ke kota B kapan...?" tanya Rafa.

"Besok sore..." jawab Radit.

Rafa dan Sabila pun bertambah kecewa, belum hilang rasa cemburu mereka karena sang ayah memberikan hadiah ponsel buat Adam, sekarang mereka harus dikecewakan lagi karena kepulangan sang ayah kali ini tidak ada waktu buat mereka. Sang ayah justru lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah tante Anggi.

"Kan ayah besok pulang, nanti kita jalan- jalan ya..." ucap Radit.

"Benar ya ayah, besok ajak Sabila sama mas Rafa jalan- jalan..." ucap Sabila.

"Iya sayang..." jawab Radit sambil tersenyum pada kedua anaknya.

"Aku pergi dulu ya Ris..." ucap Radit mengusap pundak Risma. Risma pun hanya diam saja tanpa menyahut ucapan Radit.

****

Keesokan harinya pukul delapan pagi Rafa dan Sabila sudah mandi . Mereka sudah memakai baju rapi, karena mereka ingin jalan- jalan bersama sang ayah.

"Ibu, kok ayah belum pulang- pulang sih...?" tanya Sabila karena sudah tidak sabar setelah lebih dari satu jam menunggu.

"Iya bu, ayah gimana sih, kan tadi malam sudah janji mau ajak kita jalan- jalan..." sahut Rafa.

Risma menghela nafas panjang. Dia begitu kesal pada sang suami yang hingga jam sepuluh belum pulang juga. Risma lalu menelpon Radit. Tapi sudah berkali- kali ditelpon Radit tidak mengangkatnya.

"Kenapa nggak diangkat sih mas, kamu lagi ngapain...?" gumam Risma.

"Kenapa bu...? Ayah nggak bisa di telpon ya...?" tanya Rafa.

" Nggak diangkat..." jawab Risma.

Rafa dan Sabila pun cemberut karena di buat kecewa lagi oleh sang ayah.

"Mungkin ayah masih sibuk bantuin tante Anggi beres- beres..." ucap Risma pada kedua anaknya.

"Ya udah kita susul ayah aja ke rumah tante Anggi..." ujar Raka.

"Ade nggak mau.. Nanti di sana ketemu sama Mas Adam. Ade benci sama mas Adam...." Sabila kesal.

"Lho memangnya kenapa sayang...?" tanya Risma.

"Kemarin mas Adam marah- marahi ade gara- gara drone nya ada yang copot. Kan cuma copot aja bisa dipasang lagi, tapi mas Adam bentak- bentak Ade...." jawab Sabila sambil memanyunkan bibirnya.

"Iya bu, Adam itu nakal, ngomongnya juga kasar...." sahut Rafa.

Risma lalu mengusap kepala Sabila.

"Ya udah kalian main sama teman yang lain saja yang nggak nakal. Kalian nggak boleh ngikutin Adam bicara kasar. Itu nggak baik, nggak sopan namanya...." ucap Risma iya bu.

"Udah sana ganti saja bajunya pakai baju rumahan. Ayah mungkin pulangnya sore. Nggak usah sedih ya, gimana kalau besok pulang sekolah kita makan di rumah makan yang baru buka di dekat sekolah . Kata teman ibu makanan di sana enak- enak lho..." sambung Risma.

"Iya.. Mau bu..." sahut Rafa dan Sabila. Risma pun tersenyum.

"Ibu, Ade boleh main hape nggak...?" tanya Sabila.

"Boleh sayang, ini kan hari minggu..." jawab Risma.

"Asik...ayo mas Rafa kita ganti baju abis itu kita main hape bareng..." ucap Sabila sambil masuk ke kamar.

****

Sementara itu Radit masih berada di sebuah kamar di rumah bu Ratna bersama dengan Eva. Iya, tadi malam Eva demam dan juga sakit kepala. Sepertinya Eva masuk angin dan juga kecapekan. Tapi pagi ini dia sudah kembali sehat. Iya tentu saja sehat, semalaman Radit menemaninya memberikan pelukan hangat dan juga kasih sayang.

"Babby, kamu udah enakan...?" tanya Radit yang masih berada di bawah selimut bersama Eva.Sebenarnya mereka sudah bangun pagi tadi untuk sarapan.Tapi Eva masih mengeluh pusing jadi mereka kembali ke kamar tidur, karena Eva tidak mau jauh dari Radit. Entah mengapa Eva ingin terus di dekat Radit. Dia tidak mau ditinggal. Mau tidak mau Radit pun menemani Eva. Dia sampai lupa kalau hari ini punya janji akan mengajak Rafa dan Sabila jalan- jalan.

"Iya babby, kepalaku udah nggak pusing lagi..." jawab Eva sambil memeluk tubuh Radit.

"Kita keluar yuk..." ucap Radit.

"Nggak mauuu....aku mau kayak gini teruusss..." Eva mempererat pelukannya.

"Tumben dari kemarin kamu manja banget, kenapa...? Hem..?" tanya Radit lalu mengecup kening Eva.

"Memangnya nggak boleh manja sama suami sendiri...?" Eva memainkan jarinya di dada bidang Radit.

"Boleh dong, aku malah suka kalau kamu manja kayak gini. Aku jadi gemes pengin makan kamu...." jawab Radit.

"Makan aja..." sahut Eva.

"Beneran babby, boleh...?" tanya Radit. Eva mengangguk.

"Kamu udah nggak pusing kan...?" tanya Radit memastikan kalau Eva sudah sehat. Eva menggelengkan kepalanya.

Tanpa menunggu waktu lama lagi, Radit langsung memposisikan tubuhnya berada di atas Eva. Mereka pun melakukan melakukan penyatuan di siang hari yang terik. Karena jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Iya, mereka melakukannya dengan penuh gairah. Suara kenikmatan mereka berdua pun hingga terdengar ke luar kamar. Karena setahu mereka di rumah hanya ada mereka berdua saja jadi mereka bebas mengeluarkan suara k*n*km*tan sesuka hati. Pak Salim dan bu Ratna sedang ada di rumah Anggi. Sedangkan Akbar pagi tadi pergi bersama temannya.

Tanpa Radit dan Eva tahu, ternyata Akbar sudah pulang ke rumah. Saat Akbar hendak pergi ke dapur untuk mengambil air minum, tanpa sengaja Akbar mendengar suara aneh dari dalam kamar Radit.

Akbar yang penasaran pun menghampiri kamar Radit dan berdiri di depan pintu. Akbar menempelkan telinganya pada pintu kamar Radit.

"Apa yang sedang mereka lakukan...?" batin Akbar sambil mendengarkan d*sah*n yang membuat Akbar merinding bukan karena takut tapi karena sepertinya Akbar terbawa suasana, hingga benda miliknya di balik celananya mengeras.

Iya, Akbar bukan anak kecil lagi, umurnya sudah dua puluh tahun, dan sudah kuliah semeter enam, dia juga sudah punya pacar. Tentu saja dia paham dengan apa yang sedang terjadi di dalam sana antara Radit dan Eva walapun Akbar belum pernah melakukannya.

Rasa penasaran Akbar pun semakin besar. Selama ini dia dan pacarnya hanya pacaran biasa- biasa saja. Paling hanya pegangan tangan, dan cium kening saja. Tapi setelah Akbar mendengar d*s*han dari dalam kamar sang kakak ,Akbar jadi ingin tahu lebih, seperti apa sih berhubungan badan itu.

Akbar lalu berjalan mengendap- endap mengambil kursi meja makan. Lalu membawa kursi tersebut ke depan pintu kamar Radit. Akbar lalu naik ke kursi itu, dan mengintip apa yang sedang terjadi di dalam sana melalui ventilasi di atas pintu kamar Radit.

Mata Akbar membulat sempurna melihat pergulatan panas antara Radit dan Eva. Iya, memang baru kali ini Akbar melihat posisi sepasang suami istri yang sedang melakukan hubungan badan.

Akbar terus melihat ke arah dalam kamar melalui Ventilasi.Akbar kembali terbawa suasana. Dada Akbar naik turun, karena nafasnya tak beraturan. Dia menutup mulutnya agar dia tidak mengeluarkan suara. Dan tangan satunya lagi meremas benda miliknya sendiri yang sejak tadi mengeras.

Beberapa menit Akbar mengintip adegan panas itu hingga akhirnya dia mendengar desahan panjang dan cukup keras yang menandakan mereka sudah menggapai puncak ken*km*tan. Akbar melihat dengan jelas tubuh Radit terkulai lemas dia atas Eva yang sama - sama polos.

Setelah itu Akbar turun dari kursi dengan pelan - pelan agar tidak menimbulkan suara. Kemudian dia mengembalikan kursi itu lagi ke ruang makan. Akbar lalu masuk ke dalam kamar tidak jadi mengambil minum. Sampai di dalam kamar, nafas Akbar masih tak beraturan. Dadanya berdebar- debar seolah- olah dia lah yang telah melakukan adegan panas tersebut.

"Jadi seperti itu orang yang berhubungan badan... " gumam Akbar.

"Baru melihatnya saja aku sudah gemetaran seperti ini. Gimana kalau aku yang melakukannya..." ucap Akbar.

Akbar lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Di matanya terus terbayang- bayang adegan tadi. Akbar lalu membayangkan adegan itu bersama dengan Nadin pacaranya.

"Aahhhh... Kenapa pikiranku jadi ngeres begini sih..." ucap Akbar sambil meremas miliknya yang masih saja mengeras.

"Kenapa aku jadi kangen sama Nadin..." ucap Akbar.

Akbar lalu melakukan Video call dengan Nadin.

****

Sementara itu setelah melakukan adegan panas, Radit dan Eva tertidur pulas. Hingga pukul tiga sore mereka baru bangun.

"Hah...? sudah jam tiga sore....'' ucap Radit melihat jam baker di atas meja rias.

Radit lalu mengecek ponselnya. Dia melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari Risma. Iya, sejak tadi ponselnya sengaja di mode silent jadi Radit tidak tahu kalau ada yang menelponnya.

Dan Radit pun baru ingat jika hari ini dia ada janji mengajak anak- anak jalan- jalan.

"Oh my God...." Radit menepuk keningnya.

"Aku kan ada janji mau ajak Rafa dan Sabila jalan- jalan. Wah, gawat mereka pasti ngambek..." ucap Radit.

Radit lalu menelpon Risma, tapi hingga panggilan ke empat Risma tidak mengangkat telponnya.

"Kok nggak diangkat sih, ke mana dia..." ucap Radit.

"Ada apa babby...?" tanya Eva yang masih meringkuk di balik selimut.

"Babby, aku mau pulang sekarang ya, mau menemui Rafa sama Sabila..." ucap Radit.

"Mau menemui Rafa sama Sabila apa menemui mbak Risma...?" tanya Eva tiba- tiba cemburu.

"Aku punya janji sama anak- anak mau ngajak mereka jalan- jalan ke mall. Tapi aku lupa babby..." jawab Radit.

"Ya udah sana pulang, temui mereka, kasihan kan mereka dari kemarin dicuekin terus sama kamu. Nanti dikiranya aku yang nggak bolehi kamu buat kumpul sama anak dan istrimu..." ucap Eva.

"Ya nggak lah, kan tadi malam kamu nggak enak badan, udah kewajiban aku buat menjaga dan nemenin kamu...." Radit mengusap kepala Eva lalu mengecup keningnya.

"Kamu nggak papa aku tinggal...? Nanti abis maghrib aku ke sini lagi jemput kamu, kita kan harus kembali ke kota B malam ini...." tanya Radit.

"Iya nggak papa, kamu pulang aja sekarang, sekalian pamitan sama mereka..." jawab Eva.

"Ya udah aku siap- siap dulu..." Radit lalu memakai pakaiannya kembali. Setelah rapi Radit lalu pamitan pada Eva yang masih berbaring di balik selimut.

"Babby, aku pulang dulu ya, kamu istirahat saja kalau masih capek..." ucap Radit.

"Nggak ah, aku mau mandi...." jawab Eva lalu bangun.

"Mau ditemenin...?" tanya Radit sambil tersenyum genit.

"Ih, udah sana pulang..." Eva mendorong pelan dada Radit. Radit pun tertawa.

Radit lalu keluar dari kamar, bersama Eva. Radit pulang ke rumahnya sedangkan Eva pergi ke kamar mandi.

Di teras rumah Radit bertemu bu Ratna dan Pak Salim yang baru pulang dari rumah Anggi.

"Radit, gimana keadaan Eva....?" tanya bu Ratna.

"Eva baik- baik saja Umi, dia udah sehat kok. Oya Mi, Bah, Radit pulang dulu ya, nanti sore Radit ke sini lagi, jemput Eva..." ucap Radit.

"Kamu mau kembali ke kota B malam ini...?" tanya pak Salim.

"Iya bah, makanya Radit mau pulang dulu pamitan sama Risma dan anak- anak..." jawab Radit.

Setelah pamit dengan kedua orang tuanya Radit langsung pulang ke rumahnya dengan mengendarai mobilnya.

Bersambung...

"

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Thor... pokoknya Radit sama Eva jangan dibikin bahagia dan lebih sukses lagi nantinya... kalau bisa bikin hancur tuhhh 2 manusia lukcnut 💪😡😡😡

gregetan sihh abis nya 😤😤😤😤

2025-01-21

0

Asmara

Asmara

gila ya si Radit, janji sama anak sendiri lupa, yang dipikirin Wkwk an mulu sih sama si eva, kasihan Risma dia anggurin

2025-01-21

0

Salsabiela

Salsabiela

harusnya waktu Radit sama Eva wkwk divideo trus disebarin deh biar tahu rasa

2025-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang sebulan sekali
2 2. Bukan menatu idaman
3 3. Kecewa
4 4. Naif
5 5. Aryo
6 6. Curiga
7 7. Dicuekin
8 8. Teman kuliah Radit
9 9. Bertengkar
10 10. Kegundahan hati Risma
11 11. Hajatan
12 12. Hajatan 2
13 13. Di tampar
14 14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15 15. Tinggal bersama
16 16. Bekas Tamparan
17 17. Terbawa suasana
18 18. Berdoa
19 19. Bertemu Nada
20 20. Sok Suci
21 21. Mengetahui kebenaran
22 22. Lari dari Aryo
23 23. Risma sakit
24 24. Dirawat di rumah sakit
25 25. Kekhawatiran Radit
26 26. Lupa dengan janji
27 27. Kado Istimewa
28 28. Hancur
29 29. Pergilah Engkau bersamanya
30 30.Cerita masa lalu
31 31. Kembali ke kota
32 32. Luka terdalam
33 33. Bertahan semampuku
34 34. Fitnah
35 35. Menghapus jejak
36 36. Hinaan
37 37. Selingkuh dibalas selingkuh
38 38. Lepaskan aku mas...
39 39. Tak sudi
40 40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41 41. Mediasi
42 42. Pindah sekolah
43 43. Benci dengan perselingkuhan
44 44. Terbongkar
45 45. Terima kasih mas... di
46 46. Masih ada Cinta
47 47. Apa itu karma...?
48 48. Diantar Taufik
49 49. Kemarahan Radit
50 50. Meminta Maaf
51 51. Masalah Baru
52 52. Serangan Jantung
53 53. Sidang percaraian
54 54. Fakta Baru
55 55. Rumah Sakit
56 56. Perasaan Bersalah Radit
57 57. Duniaku hancur
58 58. Muntah Darah
59 59. Kedatangan pak Wijaya
60 60. Hasil pemeriksaan
61 61. Kangen adek
62 62. Dimanfaatkan
63 63. Ikan bakar
64 64. Turun Ranjang...?
65 65. Perasaannya masih sama
66 66. Sidang putusan hakim
67 67. Jangan tunggu lama- lama
68 68. Benci sama ayah
69 69. Apa saya dipecat...?
70 70. Mulai masuk kantor
71 71. Menjual perhiasan
72 72. Bertemu bu Ratna
73 73. Masih ada ketakutan
74 74. Aku tidak mau menikah denganmu
75 75. Beban berat hidup Radit
76 76. Sel kanker yang menyebar
77 77. Tidak mau disalahkan
78 78. Kemarahan Taufik
79 79. Aku lebih baik mati...!
80 80. Kembali dibuat emosi
81 81. Terima kasih sayang...
82 82. Kasmaran
83 83. Hari Bahagia
84 84. Kesedihan dan penyesalan
85 85. Uang penjulan rumah
86 86. Kesedihan Rafa
87 87. Pendarahan hebat
88 88. Nafas Cinta
89 89. Rejeki setelah menikah
90 90. Semua menyalahkan Risma
91 91. Semua pergi
92 92. Bocah edan nggak eling
93 93. Bawaan bayi
94 94. Menyesal
95 95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96 96. Melahirkan
97 97. Ulat bulu
98 98. Rindu
99 99. Balikan dengan Eva...?
100 100. Syakila
101 101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102 102. Laki- laki lemah
103 103. Kamu harus bangkit
104 104. Memaafkan ayah
105 105. Obrolan penuh Canda tawa
106 105. Adik buat Shakila
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Pulang sebulan sekali
2
2. Bukan menatu idaman
3
3. Kecewa
4
4. Naif
5
5. Aryo
6
6. Curiga
7
7. Dicuekin
8
8. Teman kuliah Radit
9
9. Bertengkar
10
10. Kegundahan hati Risma
11
11. Hajatan
12
12. Hajatan 2
13
13. Di tampar
14
14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15
15. Tinggal bersama
16
16. Bekas Tamparan
17
17. Terbawa suasana
18
18. Berdoa
19
19. Bertemu Nada
20
20. Sok Suci
21
21. Mengetahui kebenaran
22
22. Lari dari Aryo
23
23. Risma sakit
24
24. Dirawat di rumah sakit
25
25. Kekhawatiran Radit
26
26. Lupa dengan janji
27
27. Kado Istimewa
28
28. Hancur
29
29. Pergilah Engkau bersamanya
30
30.Cerita masa lalu
31
31. Kembali ke kota
32
32. Luka terdalam
33
33. Bertahan semampuku
34
34. Fitnah
35
35. Menghapus jejak
36
36. Hinaan
37
37. Selingkuh dibalas selingkuh
38
38. Lepaskan aku mas...
39
39. Tak sudi
40
40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41
41. Mediasi
42
42. Pindah sekolah
43
43. Benci dengan perselingkuhan
44
44. Terbongkar
45
45. Terima kasih mas... di
46
46. Masih ada Cinta
47
47. Apa itu karma...?
48
48. Diantar Taufik
49
49. Kemarahan Radit
50
50. Meminta Maaf
51
51. Masalah Baru
52
52. Serangan Jantung
53
53. Sidang percaraian
54
54. Fakta Baru
55
55. Rumah Sakit
56
56. Perasaan Bersalah Radit
57
57. Duniaku hancur
58
58. Muntah Darah
59
59. Kedatangan pak Wijaya
60
60. Hasil pemeriksaan
61
61. Kangen adek
62
62. Dimanfaatkan
63
63. Ikan bakar
64
64. Turun Ranjang...?
65
65. Perasaannya masih sama
66
66. Sidang putusan hakim
67
67. Jangan tunggu lama- lama
68
68. Benci sama ayah
69
69. Apa saya dipecat...?
70
70. Mulai masuk kantor
71
71. Menjual perhiasan
72
72. Bertemu bu Ratna
73
73. Masih ada ketakutan
74
74. Aku tidak mau menikah denganmu
75
75. Beban berat hidup Radit
76
76. Sel kanker yang menyebar
77
77. Tidak mau disalahkan
78
78. Kemarahan Taufik
79
79. Aku lebih baik mati...!
80
80. Kembali dibuat emosi
81
81. Terima kasih sayang...
82
82. Kasmaran
83
83. Hari Bahagia
84
84. Kesedihan dan penyesalan
85
85. Uang penjulan rumah
86
86. Kesedihan Rafa
87
87. Pendarahan hebat
88
88. Nafas Cinta
89
89. Rejeki setelah menikah
90
90. Semua menyalahkan Risma
91
91. Semua pergi
92
92. Bocah edan nggak eling
93
93. Bawaan bayi
94
94. Menyesal
95
95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96
96. Melahirkan
97
97. Ulat bulu
98
98. Rindu
99
99. Balikan dengan Eva...?
100
100. Syakila
101
101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102
102. Laki- laki lemah
103
103. Kamu harus bangkit
104
104. Memaafkan ayah
105
105. Obrolan penuh Canda tawa
106
105. Adik buat Shakila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!