9. Bertengkar

"Jawab dengan jujur mas, kamu ada hubungan apa dengan Nada...!" ucap Risma dengan penuh penekanan.

"Aku dari tadi sudah jujur sama kamu Ris...! , aku nggak ada hubungan apa- apa sama Nada...!" seru Radit dengan emosi karena terus dicurigai oleh Risma.

"Ayah...ibu...kenapa ayah sama ibu terus bertengkar..." tanya Rafa.

"Iya... Sabila takut kalau kalau ayah sama ibu bertengkar... Hik.hikkk...." Sabila menangis.

"Lihat... Ini semua gara- gara kamu Ris, kamu menuduh aku nggak jelas kayak gitu. Kamu nggak kasihan sama anak- anak hah..?" ucap Radit setengah berbisik sambil menatap tajam ke arah Risma.

"Maafkan ibu ya sayang... " ucap Risma membalikkan badannya ke belakang menghadap Rafa dan Sabila.

"Tapi ibu jangan bertengkar lagi sama ayah..." sahut Sabila.

"Iya sayang, maaf ya..." Risma meraih tangan Sabila.

Risma lalu membalikkan tubuhnya kembali menghadap depan. Dia terdiam sambil menatap lurus ke depan. Sedangkan Radit kembali fokus menyetir. Tak lama kemudian mobil mereka pun sampai di depan rumah. Risma turun terlebih dulu lalu membuka pintu pagar rumah. Kemudian Radit memasukkan mobilnya ke garasi. Setelah turun dari mobil, Radit , Rafa serta Sabila menyusul Risma masuk ke rumah.

"Sayang, ayo cuci kaki dan tangan dulu, abis itu ganti baju lalu bobo siang ya..." ucap Risma pada Rafa dan Sabila.

"Iya bu..." jawab Rafa dan Sabila menuruti apa kata sang ibu. Mereka ke kamar mandi setelah itu ganti baju dan pergi tidur.

"Mas Radit... urusan aku sama kamu belum selesai. Ayo ikut aku..." Risma menarik tangan Radit dan membawanya ke dalam kamar.

"Mas, aku tanya satu kali lagi, ada hubungan apa kamu sama Nada....?" tanya Risma dengan menatap tajam pada Radit.

Radit menghela nafas panjang lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

"Harus berapa kali aku jelaskan sama kamu Ris, kalau aku tidak punya hubungan apa- apa sama Nada ...!" jawab Radit merasa kesal karena Risma tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.

"Tapi aku tetap nggak percaya mas...! Kalau kamu tidak punya hubungan apa- apa sama Nada. Kenapa kamu begitu akrab sama dia..! Dia berani pegang- pegang kamu...! Dia juga mencium pipi kamu...! di depan mata aku mas...! jelaskan sama aku... Itu artinya apa....!" Risma semakin emosi.

"Dia memang seperti itu orangnya Ris...! Dan itu hal yang wajar...." sahut Radit.

"Wajar katamu mas...? Cipika cipiki dengan perempuan cantik dan seksi di depan istrimu sendiri itu wajar....? Trus lengan kamu diusap- usap sama dia juga wajar....? Kamu nggak mikirin perasaan aku mas sebagai istri kamu...? Hah...?" tanya Risma sambil meneteskan air matanya.

"Ris, kamu ini jangan terlalu lebay. Dan tidak usah berfikir macam- macam, sekali lagi aku katakan ,aku tidak punya hubungan apapun dengan dengan Nada. Terserah kamu mau percaya atau nggak. Aku sudah capek menjelaskannya sama kamu..." ucap Radit lalu keluar dari kamar dan masuk ke kamar anak- anak lalu tidur siang di sana.

Sementara itu Risma merasa begitu kesal dengan Radit, bisa- bisanya di pergi begitu saja meninggalkan Risma, sementara Risma masih ingin membahas masalah ini. Risma tidak percaya begitu saja dengan apa yang diucapkan oleh Radit.

Malam harinya Risma masih saja kesal dengan Radit, sedangkan Radit terlihat cuek dan tidak memperdulikan kekesalan Risma. Dan malam harinya Radit memilih tidur kembali dengan anak- anak sedangkan Risma tidur sendiri di kamarnya.

Hingga keesokan harinya ketika sarapan, Radit dan Risma masih saling diam.

"Ayah, nanti kita ke rumah nenek lagi ya, Sabila ingin main game lagi di komputer om Akbar. Sabila mau main bareng tante Eva. Tante Eva itu baik deh Yah, dia mau ngajarin Sabila main game...." ucap Sabila sambil makan sarapannya.

"Rafa juga mau main PS ya Yah...." sahut Rafa.

"Iya , nanti kita ke rumah nenek..." jawab Radit.

"Kalian ini, main game terus kalau ke rumah nenek. Awas ya ibu nggak suka kalau kalian main game kelamaan. Nanti kalian jadi malas belajar, otaknya dipenuhi sama game..." ucap Risma pada Rafa dan Sabila.

"Biarin aja kenapa sih Ris, lagian anak - anak nggak setiap hari main game. Pegang hape aja nggak di bolehin sama kamu kan. Malah kamu yang tiap hari main hape berjam- jam..." sahut Radit.

"Kamu jangan terlalu mengekang anak- anak dong Ris, mereka itu masih kecil , butuh main. Kamu terlalu banyak aturan, anak- anak itu nggak suka diatur- atur begitu. Kalau apa- apa dilarang , nanti mereka malah makin penasaran dan memberontak..." lanjut Radit.

"Yang melarang anak- anak main game itu siapa...? Aku cuma ngomong ke meraka jangan kelamaan main game nya. Aku juga nggak pernah mengekang mereka kok, mereka suka main di luar rumah sama teman- temannya, nggak pernah aku mengurung mereka di dalam rumah terus...." sahut Risma tidak terima dengan ucapan Radit.

"Kamu ini lama- lama jadi kayak Umi tahu ngga mas, bisanya cuma salah- salahin aku terus..." sambung Risma

"Nggak usah bawa- bawa Umi. Kita lagi ngomongin anak- anak kita, nggak usah sangkut pautkan Umi..." Radit menatap tajam ke arah Risma.

"Aku tahu kamu nggak pernah suka sama Umi, tapi kamu nggak usah selalu bawa- bawa Umi dalam masalah kita dong, apa lagi menyalahkannya..." sambung Radit.

"Apa kamu bilang mas...? Aku nggak suka sama Umi...? Nggak kebalik...? Bukannya selama ini Umi yang nggak suka sama aku...? Umi yang selalu salah- salahin aku... Umi yang nggak pernah menganggap aku benar, aku selalu salah di mata Umi...." sahut Risma dengan penuh emosi.

"Ah sudah lah... ! Capek tahu nggak ngomong sama kamu...!" seru Radit.

"Ayah...hik..hik...jangan marah- marah...hik..hik.." Sabila menangis. Sementara itu Rafa hanya diam dan menunduk.

Radit lalu menggendong Sabila dan menuntun Rafa meninggalkan meja makan.

"Kita ke rumah nenek saja yuk..." ucap Radit pada Sabila dan Rafa. Mereka berdua pun mengangguk.

"Mas...! Kamu tuh kebiasaan banget sih, kalau diajak ngomong pasti langsung pergi. Aku belum selesai ngomong sama kamu mas...!" Risma mengikuti Radit. Radit kemudian menurunkan Sabila.

"Aku capek ribut sama kamu terus Ris...!" bentak Radit sambil mengambil kunci mobil di atas meja, kemudian pergi ke garasi mobil.

Radit membawa Rafa dan Sabila pergi ke rumah bu Ratna. Risma pun hanya menangis sendiri di rumah.

****

Sesampainya di depan rumah sang nenek, Sabila dan Rafa langsung turun dari mobil. Mereka menghampiri bu Ratna yang sedang duduk berdua dengan Eva di teras rumahnya.

"Nenek...." ucap Rafa dan Sabila.

"Eh cucu nenek sudah datang..." sahut bu Ratna. Rafa dan Sabila mencium punggung tangan bu Ratna dan Eva secara bergantian.

"Nek, om Akbar mana ...?" tanya Sabila.

"Om Akbar lagi main ke rumah temannya..." jawab bu Ratna.

"Yaaahh... Sabila sama mas Rafa kan mau main game sama PS...." sahut Sabila.

"Ya udah sana main..." ucap bu Ratna.

"Ayo tante Eva, temani Sabila main Game..." Sabila menarik tangan Eva.

"Sana Eva temani anak- anak main..." ucap bu Ratna.

"Iya Mi..." jawab Eva lalu masuk ke dalam rumah menemani Sabila dan Rafa main game.

"Assalamualaikum Mi..." ucap Radit.

"Waalaikumsalam... Lesu banget kamu Radit, kenapa...?" tanya bu Ratna.

Radit duduk di kursi samping bu Ratna kemudian dia menarik nafas panjang.

"Ada apa...?" tanya bu Ratna.

"Radit habis bertengkar sama Risma Mi..." jawab Radit.

"Kenapa...?" tanya bu Ratna.

"Risma marah- marah ,gara- gara kemarin Nada datang ke sini, dia pikir Radit selingkuh sama Nada..." jawab Radit.

"Memang sok tahu istrimu itu. Pantas aja kemarin waktu ibu buatkan teh untuk Nada, dia ngintip kamu sama Nada di belakang pintu..." sahut bu Ratna.

"Sudahlah kamu nggak usah mikirin Risma yang sok tahu itu. Jangan buang- buang tenaga dan pikiran kamu buat bertengkar sama Risma. Nggak ada gunanya..." sahut bu Ratna.

Lalu bu Ratna ngobrol hal lain bersama Radit. Sementara itu Sabila dan Rafa terlihat seru sekali main PS bersama Eva. Walaupun mereka baru bertemu dua kali ternyata mereka sudah akrab dengan Eva. Iya, Eva memang pandai sekali mengambil hati Sabila dan Rafa hingga mereka berdua pun merasa nyaman bersama Eva.

"Sabila , Rafa... Kalian main berdua dulu ya..." ucap Eva.

"Tante Eva mau ke mana...?" tanya Sabila.

"Ehm... Tante Eva ada perlu sebentar..." jawab Eva.

"Nggak papa kan kalian main berdua dulu...?" tanya Eva.

"Iya nggak papa tante...." jawab Rafa.

Eva pun pergi meninggalkan Rafa dan Sabila. Sabila dan Rafa pun tetap senang main PS walapun tidak ditemani oleh Eva. Mereka sudah pintar mainnya karena sudah diajari oleh Eva. Sesekali Rafa dan Sabila tertawa dan teriak karena saking serunya main PS.

Beberapa saat kemudian bu Ratna masuk ke dalam rumah menghampiri Rafa dan Sabila.

"Duh... Cucu nenek seru banget mainnya..." ucap bu Ratna lalu duduk di belakang Rafa dan Sabila.

"Seru nek... Nenek bisa nggak main PS...?" tanya Sabila.

"Nggak... Nenek nggak bisa..." jawab bu Ratna sambil menatap ke layar.

"Nenek mau diajari main PS nggak...?" tanya Rafa.

"Nggak ah, nenek sudah tua, nggak ngerti mainan begituan. Lihatnya aja udah pusing..." jawab bu Ratna.

"Yah nenek mah payah...." sahut Sabila. Bu Rayna pun tertawa sambil mengusap kepala Sabila yang tertutup kerudung.

"Nek, ayah mana...?" tanya Rafa.

"Ayah ada di kamar. Lagi tidur..." jawab bu Ratna.

"Baru jam sebelas kok ayah sudah tidur nek, kan belum waktunya tidur siang...?" tanya Rafa.

"Ayah kamu kan nanti sore mau kembali ke kota B, naik mobilnya tante Nada, jadi ayah harus istirahat dulu biar nanti di jalan nggak ngantuk..." jawab bu Ratna.

"Kalau tante Eva ke mana nek...?" tanya Sabila.

"Tante Eva... Ehmm... Mungkin lagi mengemas baju yang mau di bawa ke kota B. Kan tante Eva mau pulang bareng ayah kalian..." jawab bu Ratna.

"Ya udah nek , Sabila udahan aja main PS nya mau bantuin tante Eva mengemas baju...." ucap Sabila hendak pergi ke kamar yang ditempati oleh Eva.

"Eh, nggak usah, kamu di sini saja sama nenek. Lanjutkan lagi main PS nya..." sahut bu Ratna.

"Tapi Sabila sama mas rafa nggak boleh lama- lama main PS nya sama ibu nek..." ucap Sabila.

"Halah ngapain kamu dengerin ocehan ibumu itu. Nggak papa main aja, lagian kan nggak setiap hari kalian bisa main PS. Mumpung ada di rumah nenek, kalian bisa main PS sepuasnya...." sahut bu Ratna.

"Beneran nek boleh...?" tanya Rafa.

"Iya boleh..." jawab bu Tari.

"Yeee.. Asik... Ayo kak kita main lagi mas Rafa..." ucap Sabila. Mereka berdua pun melanjutkan main PS hingga puas.

...****************...

"Sabila, Rafa... Ayo pulang, sudah sore...tuh sudah jam empat, satu jam lagi ayah harus kembali ke kota B...." ucap Radit.

"Sebantar lagi ayah... tanggung..." jawab Sabila masih fokus memainkan stik PS.

"Sudah- sudah .. Kalian sudah lama main PS nya , kita harus pulang sekarang, nanti ayah terlambat..." ucap Radit.

Rafa dan Sabila lalu menyudahi permainannya, walapun sebenarnya mereka masih ingin main lagi. Iya mereka tidak ada puasnya kalau di suruh main PS.

Pamitan dulu sama kakek dan nenek..." ucap Radit pada Rafa dan Sabila.

Mereka berdua lalu berpamitan pada bu Ratna dan pak Salim.

"Nek, tante Eva mana...?" tanya Sabila.

"Ada di kamar ..." jawab bu Ratna.

Rafa dan Sabila berlari ke kamar Eva untuk berpamitan padanya.

"Tante Eva..." Sabila mengetuk pintu kamar Eva.Eva lalu membuka pintu kamarnya.

"Tante , Sabila mau pulang... Kapan- kapan tante main ke sini lagi ya, biar kita bisa main PS sama tante Eva lagi...." ucap Sabila.

"Iya Insya Alloh sayang, nanti kapan- kapan tante main ke sini lagi..." jawab Eva yang hanya menggunakan handuk kimono dan melilitkan handuk di kepalanya yang menandakan dia baru selesai mandi.

"Kapan- kapan tante Eva main juga ke rumah Sabila. Sabila punya banyak mainan di rumah. Nanti kita main bareng..." sahut Sabila.

"Iya... Iya...nanti ya kapan- kapan..." jawab Eva.

"Dadah tante Eva..." ucap Rafa dan Sabila.

"Dahhh...." Eva membalas lambaian tangan Sabila dan Rafa.

Rafa dan Sabila lalu pergi meninggalkan rumah bu Ratna.

"Mi, itu Rafa sama Sabila akrab banget sama Eva. Padahal mereka baru dua kali ketemu..." ucap Pak Salim.

"Iya lah Bah... Kan Eva itu suka sama anak kecil. Sifatnya juga lemah lembut .Jadi anak kecil maunya pada nempel sama dia. Kedua adiknya juga dekat banget sama dia..." sahut bu Ratna.

Pak Salim pun mengangguk- anggukkan kepalanya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Risma kamu jgn diam saja si Radit itu bukan sama Nada tapi si Eva itu istrinya Radit , sdh ada yg kasih tau percaya banget suaminya setia tdk akan selingkuh selidiki yg benar Risma jgn jadi orang bodoh

2025-01-15

0

Rijan

Rijan

wah bener si Eva istrinya Radit tuh, ngapain di kamar, abis itu dia mandi pasti abis wkwk sama Radit

2025-01-18

0

Uthie

Uthie

Wahhhh.... ada sesuatu gak sihh itu antara Eva dan Radit?!???? 😡

2025-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang sebulan sekali
2 2. Bukan menatu idaman
3 3. Kecewa
4 4. Naif
5 5. Aryo
6 6. Curiga
7 7. Dicuekin
8 8. Teman kuliah Radit
9 9. Bertengkar
10 10. Kegundahan hati Risma
11 11. Hajatan
12 12. Hajatan 2
13 13. Di tampar
14 14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15 15. Tinggal bersama
16 16. Bekas Tamparan
17 17. Terbawa suasana
18 18. Berdoa
19 19. Bertemu Nada
20 20. Sok Suci
21 21. Mengetahui kebenaran
22 22. Lari dari Aryo
23 23. Risma sakit
24 24. Dirawat di rumah sakit
25 25. Kekhawatiran Radit
26 26. Lupa dengan janji
27 27. Kado Istimewa
28 28. Hancur
29 29. Pergilah Engkau bersamanya
30 30.Cerita masa lalu
31 31. Kembali ke kota
32 32. Luka terdalam
33 33. Bertahan semampuku
34 34. Fitnah
35 35. Menghapus jejak
36 36. Hinaan
37 37. Selingkuh dibalas selingkuh
38 38. Lepaskan aku mas...
39 39. Tak sudi
40 40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41 41. Mediasi
42 42. Pindah sekolah
43 43. Benci dengan perselingkuhan
44 44. Terbongkar
45 45. Terima kasih mas... di
46 46. Masih ada Cinta
47 47. Apa itu karma...?
48 48. Diantar Taufik
49 49. Kemarahan Radit
50 50. Meminta Maaf
51 51. Masalah Baru
52 52. Serangan Jantung
53 53. Sidang percaraian
54 54. Fakta Baru
55 55. Rumah Sakit
56 56. Perasaan Bersalah Radit
57 57. Duniaku hancur
58 58. Muntah Darah
59 59. Kedatangan pak Wijaya
60 60. Hasil pemeriksaan
61 61. Kangen adek
62 62. Dimanfaatkan
63 63. Ikan bakar
64 64. Turun Ranjang...?
65 65. Perasaannya masih sama
66 66. Sidang putusan hakim
67 67. Jangan tunggu lama- lama
68 68. Benci sama ayah
69 69. Apa saya dipecat...?
70 70. Mulai masuk kantor
71 71. Menjual perhiasan
72 72. Bertemu bu Ratna
73 73. Masih ada ketakutan
74 74. Aku tidak mau menikah denganmu
75 75. Beban berat hidup Radit
76 76. Sel kanker yang menyebar
77 77. Tidak mau disalahkan
78 78. Kemarahan Taufik
79 79. Aku lebih baik mati...!
80 80. Kembali dibuat emosi
81 81. Terima kasih sayang...
82 82. Kasmaran
83 83. Hari Bahagia
84 84. Kesedihan dan penyesalan
85 85. Uang penjulan rumah
86 86. Kesedihan Rafa
87 87. Pendarahan hebat
88 88. Nafas Cinta
89 89. Rejeki setelah menikah
90 90. Semua menyalahkan Risma
91 91. Semua pergi
92 92. Bocah edan nggak eling
93 93. Bawaan bayi
94 94. Menyesal
95 95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96 96. Melahirkan
97 97. Ulat bulu
98 98. Rindu
99 99. Balikan dengan Eva...?
100 100. Syakila
101 101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102 102. Laki- laki lemah
103 103. Kamu harus bangkit
104 104. Memaafkan ayah
105 105. Obrolan penuh Canda tawa
106 105. Adik buat Shakila
107 Bab pengumuman
Episodes

Updated 107 Episodes

1
1. Pulang sebulan sekali
2
2. Bukan menatu idaman
3
3. Kecewa
4
4. Naif
5
5. Aryo
6
6. Curiga
7
7. Dicuekin
8
8. Teman kuliah Radit
9
9. Bertengkar
10
10. Kegundahan hati Risma
11
11. Hajatan
12
12. Hajatan 2
13
13. Di tampar
14
14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15
15. Tinggal bersama
16
16. Bekas Tamparan
17
17. Terbawa suasana
18
18. Berdoa
19
19. Bertemu Nada
20
20. Sok Suci
21
21. Mengetahui kebenaran
22
22. Lari dari Aryo
23
23. Risma sakit
24
24. Dirawat di rumah sakit
25
25. Kekhawatiran Radit
26
26. Lupa dengan janji
27
27. Kado Istimewa
28
28. Hancur
29
29. Pergilah Engkau bersamanya
30
30.Cerita masa lalu
31
31. Kembali ke kota
32
32. Luka terdalam
33
33. Bertahan semampuku
34
34. Fitnah
35
35. Menghapus jejak
36
36. Hinaan
37
37. Selingkuh dibalas selingkuh
38
38. Lepaskan aku mas...
39
39. Tak sudi
40
40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41
41. Mediasi
42
42. Pindah sekolah
43
43. Benci dengan perselingkuhan
44
44. Terbongkar
45
45. Terima kasih mas... di
46
46. Masih ada Cinta
47
47. Apa itu karma...?
48
48. Diantar Taufik
49
49. Kemarahan Radit
50
50. Meminta Maaf
51
51. Masalah Baru
52
52. Serangan Jantung
53
53. Sidang percaraian
54
54. Fakta Baru
55
55. Rumah Sakit
56
56. Perasaan Bersalah Radit
57
57. Duniaku hancur
58
58. Muntah Darah
59
59. Kedatangan pak Wijaya
60
60. Hasil pemeriksaan
61
61. Kangen adek
62
62. Dimanfaatkan
63
63. Ikan bakar
64
64. Turun Ranjang...?
65
65. Perasaannya masih sama
66
66. Sidang putusan hakim
67
67. Jangan tunggu lama- lama
68
68. Benci sama ayah
69
69. Apa saya dipecat...?
70
70. Mulai masuk kantor
71
71. Menjual perhiasan
72
72. Bertemu bu Ratna
73
73. Masih ada ketakutan
74
74. Aku tidak mau menikah denganmu
75
75. Beban berat hidup Radit
76
76. Sel kanker yang menyebar
77
77. Tidak mau disalahkan
78
78. Kemarahan Taufik
79
79. Aku lebih baik mati...!
80
80. Kembali dibuat emosi
81
81. Terima kasih sayang...
82
82. Kasmaran
83
83. Hari Bahagia
84
84. Kesedihan dan penyesalan
85
85. Uang penjulan rumah
86
86. Kesedihan Rafa
87
87. Pendarahan hebat
88
88. Nafas Cinta
89
89. Rejeki setelah menikah
90
90. Semua menyalahkan Risma
91
91. Semua pergi
92
92. Bocah edan nggak eling
93
93. Bawaan bayi
94
94. Menyesal
95
95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96
96. Melahirkan
97
97. Ulat bulu
98
98. Rindu
99
99. Balikan dengan Eva...?
100
100. Syakila
101
101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102
102. Laki- laki lemah
103
103. Kamu harus bangkit
104
104. Memaafkan ayah
105
105. Obrolan penuh Canda tawa
106
105. Adik buat Shakila
107
Bab pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!