16. Bekas Tamparan

KEMBALI KE MASA SEKARANG

Selama satu jam berada di dalam kamar tamu rumah Anggi, Radit dan Eva pun keluar.

"Babby... Badan aku lengket banget nggak enak, aku mau mandiii...." rengek Eva sambil menggandeng tangan Radit. Mereka berdua menuruni tangga.

"Mandi di rumah Umi aja ya..." sahut Radit.

"Babby, lepaskan tanganmu , nanti ada yang melihat..." ucap Radit.

Eva melepaskan tangan Radit sambil cemberut.

"Giliran udah puas aja, nggak mau dipegang, tadi aja dikamar aku disuruh beginilah , disuruh begitu lah, gaya ini lah gaya itu lah, sampai tenagaku terkuras habis. Sekarang aku dicuekin..." ucap Eva sambil memanyunkan bibirnya.

"Kok kamu ngomong gitu sih babby... Bukannya aku mau cuekin kamu sayang, tapi kan kalau ada yang lihat kita gandengan tangan, nanti jadi omongan..." sahut Radit.

"Orang kita suami istri kok, wajarkan kalau gandengan tangan..." ucap Eva.

"Tapi kan mereka nggak tahu kalau kita suami istri yang sah...." sahut Radit.

"Ya kasih tahu dong ke mereka kalau kita sudah menikah..."

"Sabar dong babby, kita akan cari waktu yang pas, oke..." Radit mengusap pundak Eva.

"Radit... Rafa sama Sabila mana...?" tanya bu Ratna yang baru saja masuk ke dalam rumah Anggi.

"Lagi pada tidur di kamar Mi..." jawab Radit menunjuk kamar tamu lantai bawah.

Bu Ratna lalu membuka pintu kamar tersebut. Ternyata kamarnya kosong.

"Mana...? Nggak ada..." kata bu Ratna.

"Masa sih, tadi mereka ada di kamar kok, iya kan babby..." ucap Radit ikut melihat ke dalam kamar.

"Tadi kapan...?" tanya bu Ratna.

"Waktu aku balik ke sini..." jawab Radit.

"Itu mah udah lama Radit, udah satu jam lebih. Coba sana cari di luar..." sahut bu Ratna.

Radit pun mencari Rafa dan Sabila keluar rumah Anggi, tapi tidak ada. Beberapa anak- anak yang ada di sekitar pun tidak ada yang melihat keberadaan Rafa dan Sabila.

"Gimana Radit, udah ketemu apa belum...?" tanya bu Ratna.

"Belum Mi..." jawab Radit.

"Ya Alloh kemana sih mereka...?"

"Ada apa nek...?" tanya Bayu.

"Eh Bayu, kamu lihat Rafa sama Sabila nggak...?" tanya bu Ratna.

"Tadi sih Bayu lihat mereka pergi ke sana nek..." Bayu menunjuk ke arah jalan.

"Lho kok ke sana sih, memangnya mereka mau ke mana...?" tanya Radit.

"Mau pulang kali om, kan tadi mereka cari - cari tante Risma sama om. Dia nanya ke Bayu. Bayu jawab aja kalau om sama tante pulang..." jawab Bayu.

"Ya ampun Radit, jangan- jangan mereka pulang..." bu Ratna cemas.

"Masa pulang sih Mi,dari sini ke rumah kan jauh..." sahut Radit.

"Ya udah kamu telpon saja tuh si Risma , mereka pulang apa nggak..." ujar bu Ratna.

Radit lalu mengambil ponselnya kemudian menelpon Risma.

"Nomornya nggak aktif Mi..." ucap Radit.

"Ah, gimana sih..." sahut bi Ratna.

"Ya udah deh Mi , Radit pulang dulu aja. ..." ucap Radit.

Radit kemudian pamit dengan Eva kalau dia akan pulang mencari Rafa dan Sabila.

"Kok pulang sih babby, aku mau mandi dulu..." rengek Eva tidak mau ditinggal.

"Kamu pulang aja ke rumah Umi, mandi di sana..." ucap Radit.

"Tapi anterin..." sahut Eva.

"Kan deket..."

"Nggak mau pokoknya aku mau dianterin..." Eva ngambek.

"Anterin sama Umi aja ya..."

"Nggak mau, maunya sama kamu..."

"Ya udah, ayo kita ke rumah Umi..."

Radit lalu mengantar Eva pulang ke rumah bu Ratna dengan naik motor.

"Aku langsung pulang ya..." ucap Radit setelah sampai di halaman rumah bu Ratna.

"Aku nggak mau sendirian babby. Aku takuttt....." Eva kembali merengek seperti anak kecil.

"Kan tadi aku dah bilang sama kamu suruh pulang sama Umi, biar kamu ada temannya..." sahut Radit.

"Maunya ditemani sama kamu babby..."

"Aku mau cari Rafa sama Sabila dulu..."

"Ya udah kalau kamu nggak mau nemenin..." Eva ngambek sambil jalan ke teras rumah bu Ratna

"Babby, jangan ngambek gitu dong..." Radit mengejar Eva.

"Kamu nggak sayang sama aku... Hik..hik..." Eva menangis

"Kok gitu sih ngomongnya. Aku sayang sama kamu , aku cinta sama kamu, cintaku cuma buat kamu saja babby..." Radit menangkup kedua pipi Eva.

"Tapi kenapa kamu nggak mau nemenin aku hik..hik..." Eva kembali menangis.

"Dengar dulu Babby, aku khawatir sama Rafa dan juga Sabila. Mereka nggak tahu ke mana, aku udah cari- cari ke mana- mana tapi nggak ada..."

"Paling juga mereka pulang..." jawab Eva.

"Tapi rumahku kan lumayan jauh dari sini, mereka belum pernah pulang sendiri dari sini. Aku takut mereka kenapa- napa..."

"Ya udah pergi sana...kamu nggak usah perduliin aku lagi hik..hik...!" Eva marah sambil menangis.

"Auw..." Eva memegangi kepalanya.

"Babby kamu kenapa...?" Radit khawatir.

"Kepalaku tiba- tiba pusing..." Eva meringis.

"Ya udah kita masuk yu..." Radit memapah Eva masuk ke dalam rumah, kebetulan Radit memegang kunci cadangan rumah.

Radit membawa Eva masuk ke kamar. Eva lalu duduk di tempat tidur.

"Kamu tiduran aja ya..." ucap Radit.

"Nggak mau..." Eva masih ngambek.

"Sudah sana pergi , nggak usah perdulikan aku..." ucap Eva sambil memanyunkan bibirnya.

"Jangan begitu dong Babby, mana mungkin aku ninggalin kamu dalam keadaan seperti ini..." ucap Radit.

"Dibuka dulu kerudungnya biar nggak gerah..." Radit membantu Eva membuka kerudung serta mengganti baju Eva. Eva lalu berbaring di tempat tidur.

"Masih pusing...?" tanya Radit memijit kepala Eva dengan lembut.

"Sedikit..." jawab Eva pelan.

"Babby... Aku mau mandi...." ucap Eva.

"Nggak usah mandi dulu, kan masih pusing, takutnya nanti malah sakit..." sahut Radit.

"Tapi badan aku lengket, nggak enak, keringat kamu kan ke bandan aku semua tadi..." ucap Eva. Radit pun tertawa pelan sambil mengusap kepala Eva.

"Ya udah mandi deh.."

"Tapi maunya dimandiin..." Eva merengek.

"Manjanya istriku ini..." Radit mencubit pelan pipi Eva. Eva memanyunkan bibirnya membuat Radit semakin gemas saja pada istri manjanya itu.

"Ya udah nanti aku mandiin kamu tapi harus ada imbalannya..." ucap Radit.

"Imbalannya apa...?" tanya Eva.

"Mau ini lagi..." jawab Radit sambil meraba benda milik Eva di balik daster.

"Aahhh... Babby... Geliii.... " Eva tertawa kegelian.

Radit lalu menggendong Eva menuju ke kamar mandi di luar kamar.

"Babby, tapi nanti jangan lama- lama ya mainnya, takut Umi sama Abah pulang, nanti kita ketahuan deh lagi main di kamar mandi, kan malu..." ucap Eva yang berada dalam gendongan Radit.

"Ngapain malu, abah sama umi juga pasti ngertiin kok. Mereka kan pernah muda juga, pernah merasakan indahnya pengantin baru..." sahut Radit sambil masuk ke dalam kamar mandi.

...****************...

Sementara itu di rumahnya, Risma masih tertidur di lantai. Iya, sejak Radit pergi dia terus menangis sambil duduk di lantai dan akhirnya ketiduran. Risma pun bangun karena mendengar ada yang memanggil-manggil.

"Ibuuuu...ibuuu... Ibu di mana...?" terdengar suara Rafa dan Sabila memanggil dari luar kamar.

Risma lalu bangun dan duduk bersender pada ranjang tempat tidur. Pintu kamar pun terbuka.

"Ibuuu... " ucap Rafa menghampiri Risma.

"Ibu kenapa...? Kok duduk di bawah...?" tanya Sabila.

"Nggak papa, tadi ibu ketiduran di lantai..." jawab Risma.

"Pipi ibu kenapa...? Kok bengkak...?" Rafa memegang pipi sang ibu. Risma meringis kesakitan.

"Ibu...ibu kenapa bu...? Sakit ya bu..? Pipi ibu diapain, kenapa bisa bengkak begini...? Ibu habis dipukul ya..? Siapa yang mukul ibu...? Apa ayah yang mukul ibu...?" tanya Rafa menangis karena sedih melihat keadaan sang ibu.

"Ehm.. Enggak sayang, ibu nggak papa kok, tadi ibu jatuh, pipi ibu kebentur tembok..." Risma mencoba memberikan alasan lain. Dia tidak mau anak- anaknya tahu kalau ayanya telah berbuat kasar.

"Ibu jangan bohong, di pipi ibu ada bekas gambar jari tangan..." sahut Rafa.

"Pasti ayah yang mukul ibu kan..? Tadi kata mas Bayu dia lihat ibu dimarahi dan dibentak - bentak sama ayah. Ibu juga diseret- seret suruh naik ke motor. Kenapa ayah jadi kasar begitu sama ibu...hik..hik..." Rafa menangis.

"Ibuuu...." Sabila ikutan menangis.

Rafa dan Sabila memeluk Risma. Risma yang tidak ingin menangis pun akhirnya ikut menangis juga.

" Sudah- sudah jangan menangis, ibu nggak papa kok. Ayah mana...?" tanya Risma.

"Bukannya ayah ada di rumah sama ibu..." Rafa balik bertanya.

"Lho, kan setelah ayah anter ibu pulang, ayah balik lagi ke rumah tante Anggi buat jemput kalian..."

"Tapi ayah nggak ada di rumah tante Anggi. Rafa sama Sabila cari ayah ke mana- mana tapi nggak ketemu juga. Nenek sama kakek juga nggak ada di sana, tante Eva juga nggak ada..." sahut Rafa.

"Jadi kalian nggak ketemu sama ayah....?" Rafa dan Sabila menggelengkan kepalanya.

"Lalu tadi kalian pulang sama siapa...?"

"Pulang berdua jalan kaki..." jawab Sabila.

"Apa...? Jalan kaki...? Ya Alloh... Kok bisa sih. Kan jauh sayang. Kalian nggak papa kan..? Kalian nggak kenapa- napa di jalan...?" Risma khawatir.

"Nggak kok bu, Rafa sama Sabila baik- baik saja...." jawab Rafa.

"Alhamdulillah Ya Alloh, Engkau telah melindungi anak- anakku..." ucap Risma bersyukur.

"Tapi kaki Ade pegal- pegal bu... Hik..hik..." Sabila menangis sambil memegangi kakinya.

"Ya Alloh... Sini, ibu pijitin ya..." Risma memijit kaki Sabila.

"Kaki mas Rafa sakit juga nggak...?" tanya Risma.

"Nggak kok bu...." jawab Rafa.

"Kalian sudah minum...?" tanya Risma.

"Sudah bu..." jawab Rafa dan Sabila.

"Mas Rafa, ibu minta tolong ambilkan minum ya, ibu haus..." ucap Risma.

"Iya bu..." Rafa bangun dari duduknya lalu mengambil minum.

"Ini bu minumnya..." ucap Rafa.

"Makasih sayang..."

Tak lama kemudian Radit pulang. Dia langsung masuk ke dalam rumah.

"Risma,,, Ris...." Radit memanggil- manggil.

"Bu, itu ayah pulang..." ucap Rafa.

Radit masuk ke dalam kamar.

"Lho, kalian kalian ada di sini...? Pulang sama siapa...?" tanya Radit pada Rafa dan Sabila.

"Pulang berdua Yah..." jawab Rafa.

"Berdua...? Naik apa...?"

"Jalan kaki..." jawab Sabila.

"Jalan kaki...? Ya Alloh... kok kalian nekad sekali sih pulang berdua jalan kaki lagi. Kalau kenapa- napa di jalan gimana...?" Radit kesal karena khawatir.

"Kami nggak papa kok Yah, cuma ade saja yang kakinya pegal- pegal. Abisnya ayah sama ibu nggak ada, nenek sama kakek juga ngga ada. Ya udah kita pulang aja..." sahut Rafa.

"Ayah dan yang lainnya juga cari- cari kalian, kami khawatir..." ucap Radit.

"Kamu juga Risma, ditelpon nomornya nggak aktif terus. Anak- anak sudah pulang bukannya ngasih kabar malah diam aja..." Radit malah menyalahkan Risma.

"Ayah jangan marahi ibu, ibu nggak salah..." ucap Rafa.

Radit menghela nafas dengan kasar. Sedangkan Risma hanya diam saja.

"Kalian ke kamar gih, istirahat ya, kalian kan capek abis jalan jauh, ganti baju ya..." ucap Risma mengusap kepala Rafa dan Sabila. Rafa dan Sabila lalu pergi ke kamar mereka.

"Kamu habis mandi mas...?" tanya Risma melihat Radit terlihat segar, dengan rambut yang masih setengah basah dan juga sudah berganti baju.

"I...iya, tadi aku mandi di rumah Umi, gerah soalnya badanku lengket abis keliling mencari Rafa dan Sabila nggak ketemu- ketemu. Tahunya malah sudah di rumah..." jawab Radit.

"Ris... Pipi kamu bengkak..." Radit hendak memegang pipi Risma namun Risma langsung menepis tangan Radit.

"Nggak papa..." sahut Risma.

"Maafin aku ya Ris, aku.... Aku ngaku salah, harusnya aku nggak berbuat kasar sama kamu. Maaf ya, aku khilaf Ris..." ucap Radit merasa bersalah.

"Nggak papa..." jawab Risma.

"Aku kompres pakai air hangat ya..." ucap Radit.

"Nggak usah mas, aku mau mandi..." Risma lalu bangun dan langsung menuju ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Risma menatap wajahnya di cermin. Penampilannya begitu berantakan, matanya sembah dan merah, pipinya bengkak juga merah, dan ada cap tiga jari Radit yang tertinggal di sana.

Risma kembali menangis. Pipinya begitu terasa sakit. Iya tentu saja, Radit menamparnya dengan sangat keras. Selama sepuluh tahun berumah tangga, baru kali ini Radit berbuat kasar seperti ini. Rasanya sangat menyakitkan. Ya, Risma sadar, semua ini juga karena kesalahan Risma yang tidak bisa menahan diri untuk tidak melabrak Nada yang telah membuat dirinya cemburu buta.

Tapi Risma tidak menyangka akibat perbuatannya itu Radit begitu murka padanya hingga menamparnya. Risma memijit keningnya. Kepalanya tiba- tiba terasa pusing, dan perutnya juga terasa perih. Iya, Risma baru ingat jika dia sudah melewatkan makan siang. Tadi pagi juga dia tidak sempat makan nasi. Dia hanya minum sereal saja. Tak heran jika cacing di dalam perutnya menggeliat minta makan.

Risma lalu membuka pakaiannya kemudian dia mandi. Setelah selesai mandi, Risma keluar dari kamar mandi menggunakan handuk kimono. Risma di buat kaget karena melihat Radit berdiri di depan kamar mandi.

"Kamu ngapain berdiri di situ mas...?" tannya Risma.

"Aku nungguin kamu Ris, ini aku bawakan air hangat sama handuk buat mengompres pipi kamu..." ucap Radit.

"Aku bilang nggak usah mas..." sahut Risma.

"Tapi pipi kamu bengkak banget , itu pasti sakit sekali kan..." ucap Radit.

"Ayo sini , biar aku kompres supaya nggak bengkak lagi..." Radit menuntun Risma untuk duduk di tempat tidur. Risma pun hanya menurut saja.

Dengan perlahan Radit mengompres pipi Risma. Risma meringis merasakan sakit.

"ssssttt...."

"Sakit banget ya Ris...?" tanya Radit.

"Biar aku saja mas..." Risma mengambil handuk basah dari tangan Radit. Lalu Risma mengompres pipinya sendiri.

"Mas, tolong bilang ke anak- anak, suruh mereka mandi..." ucap Risma.

"Iya..." jawab Radit.

Radit keluar dari kamar. Lalu Risma mengambil tas di meja rias kemudian mengambil ponselnya. Risma menghidupkan kembali ponselnya yang beberapa waktu lalu sengaja dia matikan. Begitu ponsel menyala, Risma melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Radit beberapa jam lalu.

Risma juga melihat ada beberapa pesan yang dikirim oleh Aryo. Tapi Risma tidak berniat membuka pesan itu. Risma masih geli dengan kalimat- kalimat Aryo yang dia kirimkan padanya beberapa waktu lalu, oleh karena itu dia memilih untuk mengabaikannya pesan Aryo.

Risma lalu membuka aplikasi kamera. Dia mengarahkan layar ponselnya pada mukanya dan mengambil gambar mukanya yang bengkak beberapa kali jepretan. Kemudian Risma menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Yg paling aku cari saat awal buka NT adalah cerita ini 👍👍👍🤩

lagi greget -greget nya soalnya.. bikin emosi jiwa bacanya... 😆😆😆

dan gak sabar terbongkar tuhh kebusukan mereka yg merendahkan Risma 👍😡😡😡

2025-01-21

1

Yati Syahira

Yati Syahira

risma bodoh laki lgo sdh zina nikah sama jalang eva ,thoor masa sek8an panjang bab risma masih dibijin bodoh ,kapan cerainya radit tabrakan lumpuh setelah carai dari risma jalangnya ninggalin

2025-01-23

0

Salsabiela

Salsabiela

bisa aja nih authornya bikin aku kesal, marah, emosi, sedih, nyesek, itu juga Radit sama Eva panggilnya babby-babby mulu, giliran sama istri sahnya panggil Ris Ris Risma, /Angry//Angry/

2025-01-21

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang sebulan sekali
2 2. Bukan menatu idaman
3 3. Kecewa
4 4. Naif
5 5. Aryo
6 6. Curiga
7 7. Dicuekin
8 8. Teman kuliah Radit
9 9. Bertengkar
10 10. Kegundahan hati Risma
11 11. Hajatan
12 12. Hajatan 2
13 13. Di tampar
14 14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15 15. Tinggal bersama
16 16. Bekas Tamparan
17 17. Terbawa suasana
18 18. Berdoa
19 19. Bertemu Nada
20 20. Sok Suci
21 21. Mengetahui kebenaran
22 22. Lari dari Aryo
23 23. Risma sakit
24 24. Dirawat di rumah sakit
25 25. Kekhawatiran Radit
26 26. Lupa dengan janji
27 27. Kado Istimewa
28 28. Hancur
29 29. Pergilah Engkau bersamanya
30 30.Cerita masa lalu
31 31. Kembali ke kota
32 32. Luka terdalam
33 33. Bertahan semampuku
34 34. Fitnah
35 35. Menghapus jejak
36 36. Hinaan
37 37. Selingkuh dibalas selingkuh
38 38. Lepaskan aku mas...
39 39. Tak sudi
40 40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41 41. Mediasi
42 42. Pindah sekolah
43 43. Benci dengan perselingkuhan
44 44. Terbongkar
45 45. Terima kasih mas... di
46 46. Masih ada Cinta
47 47. Apa itu karma...?
48 48. Diantar Taufik
49 49. Kemarahan Radit
50 50. Meminta Maaf
51 51. Masalah Baru
52 52. Serangan Jantung
53 53. Sidang percaraian
54 54. Fakta Baru
55 55. Rumah Sakit
56 56. Perasaan Bersalah Radit
57 57. Duniaku hancur
58 58. Muntah Darah
59 59. Kedatangan pak Wijaya
60 60. Hasil pemeriksaan
61 61. Kangen adek
62 62. Dimanfaatkan
63 63. Ikan bakar
64 64. Turun Ranjang...?
65 65. Perasaannya masih sama
66 66. Sidang putusan hakim
67 67. Jangan tunggu lama- lama
68 68. Benci sama ayah
69 69. Apa saya dipecat...?
70 70. Mulai masuk kantor
71 71. Menjual perhiasan
72 72. Bertemu bu Ratna
73 73. Masih ada ketakutan
74 74. Aku tidak mau menikah denganmu
75 75. Beban berat hidup Radit
76 76. Sel kanker yang menyebar
77 77. Tidak mau disalahkan
78 78. Kemarahan Taufik
79 79. Aku lebih baik mati...!
80 80. Kembali dibuat emosi
81 81. Terima kasih sayang...
82 82. Kasmaran
83 83. Hari Bahagia
84 84. Kesedihan dan penyesalan
85 85. Uang penjulan rumah
86 86. Kesedihan Rafa
87 87. Pendarahan hebat
88 88. Nafas Cinta
89 89. Rejeki setelah menikah
90 90. Semua menyalahkan Risma
91 91. Semua pergi
92 92. Bocah edan nggak eling
93 93. Bawaan bayi
94 94. Menyesal
95 95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96 96. Melahirkan
97 97. Ulat bulu
98 98. Rindu
99 99. Balikan dengan Eva...?
100 100. Syakila
101 101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102 102. Laki- laki lemah
103 103. Kamu harus bangkit
104 104. Memaafkan ayah
105 105. Obrolan penuh Canda tawa
106 105. Adik buat Shakila
107 Bab pengumuman
Episodes

Updated 107 Episodes

1
1. Pulang sebulan sekali
2
2. Bukan menatu idaman
3
3. Kecewa
4
4. Naif
5
5. Aryo
6
6. Curiga
7
7. Dicuekin
8
8. Teman kuliah Radit
9
9. Bertengkar
10
10. Kegundahan hati Risma
11
11. Hajatan
12
12. Hajatan 2
13
13. Di tampar
14
14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15
15. Tinggal bersama
16
16. Bekas Tamparan
17
17. Terbawa suasana
18
18. Berdoa
19
19. Bertemu Nada
20
20. Sok Suci
21
21. Mengetahui kebenaran
22
22. Lari dari Aryo
23
23. Risma sakit
24
24. Dirawat di rumah sakit
25
25. Kekhawatiran Radit
26
26. Lupa dengan janji
27
27. Kado Istimewa
28
28. Hancur
29
29. Pergilah Engkau bersamanya
30
30.Cerita masa lalu
31
31. Kembali ke kota
32
32. Luka terdalam
33
33. Bertahan semampuku
34
34. Fitnah
35
35. Menghapus jejak
36
36. Hinaan
37
37. Selingkuh dibalas selingkuh
38
38. Lepaskan aku mas...
39
39. Tak sudi
40
40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41
41. Mediasi
42
42. Pindah sekolah
43
43. Benci dengan perselingkuhan
44
44. Terbongkar
45
45. Terima kasih mas... di
46
46. Masih ada Cinta
47
47. Apa itu karma...?
48
48. Diantar Taufik
49
49. Kemarahan Radit
50
50. Meminta Maaf
51
51. Masalah Baru
52
52. Serangan Jantung
53
53. Sidang percaraian
54
54. Fakta Baru
55
55. Rumah Sakit
56
56. Perasaan Bersalah Radit
57
57. Duniaku hancur
58
58. Muntah Darah
59
59. Kedatangan pak Wijaya
60
60. Hasil pemeriksaan
61
61. Kangen adek
62
62. Dimanfaatkan
63
63. Ikan bakar
64
64. Turun Ranjang...?
65
65. Perasaannya masih sama
66
66. Sidang putusan hakim
67
67. Jangan tunggu lama- lama
68
68. Benci sama ayah
69
69. Apa saya dipecat...?
70
70. Mulai masuk kantor
71
71. Menjual perhiasan
72
72. Bertemu bu Ratna
73
73. Masih ada ketakutan
74
74. Aku tidak mau menikah denganmu
75
75. Beban berat hidup Radit
76
76. Sel kanker yang menyebar
77
77. Tidak mau disalahkan
78
78. Kemarahan Taufik
79
79. Aku lebih baik mati...!
80
80. Kembali dibuat emosi
81
81. Terima kasih sayang...
82
82. Kasmaran
83
83. Hari Bahagia
84
84. Kesedihan dan penyesalan
85
85. Uang penjulan rumah
86
86. Kesedihan Rafa
87
87. Pendarahan hebat
88
88. Nafas Cinta
89
89. Rejeki setelah menikah
90
90. Semua menyalahkan Risma
91
91. Semua pergi
92
92. Bocah edan nggak eling
93
93. Bawaan bayi
94
94. Menyesal
95
95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96
96. Melahirkan
97
97. Ulat bulu
98
98. Rindu
99
99. Balikan dengan Eva...?
100
100. Syakila
101
101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102
102. Laki- laki lemah
103
103. Kamu harus bangkit
104
104. Memaafkan ayah
105
105. Obrolan penuh Canda tawa
106
105. Adik buat Shakila
107
Bab pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!