6. Curiga

"Hore ayah pulang..." seru Sabila sambil berlari menghampiri sang ayah yang baru saja turun dari ojek on line. Lalu Sabila memeluk sang ayah.

Rafa pun tak mau kalah dengan sang adik, dia juga ikut menghampiri sang ayah memeluknya. Radit menciumi kepala Sabila dan Rafa.Risma yang berdiri di depan pintu pun tersenyum melihat kedekatan anak- anaknya dengan ayahnya. Radit menggandeng kedua anaknya masuk ke dalam rumah. Risma mencium punggung tangan Radit.

Radit dan anak- anak duduk di sofa ruang tengah. Sabila dan Rafa terlihat heboh menceritakan keseruan yang terjadi baik di sekolah maupun di rumah selama ayahnya tidak ada di rumah. Radit pun mendengarkan cerita anak- anaknya dengan antusias. Sementara Risma membuatkan kopi untuk sang suami.

"Kopinya mas...." ucap Risma sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja.

"Iya..." tanpa melihat ke arah Risma, dia masih fokus bersama kedua anaknya.

Risma lalu ikut bergabung dengan suami dan anaknya. Tiba- tiba ponsel Radit berdering. Radit mengambil ponselnya di saku celana.

"Sebentar ya, ayah terima telpon dulu..." ucap Radit lalu pergi ke luar rumah untuk menerima telpon.

Setelah selesai menerima telpon, Radit kembali ke ruang tengah.

"Telpon dari siapa mas...?" tanya Risma.

"Dari...sekertarisku..." jawab Radit. Radit lalu meminum kopi buatan sang istri.

"Kenapa terima telponnya di luar...? Kenapa nggak di sini aja...?" tanya Risma.

"Ya... Nggak papa soalnya kan tadi aku ngomongin pekerjaan, jadi aku terima telponnya di depan biar nggak berisik..." jawab Radit.

"Berisik apa...? Di sini nggak berisik kok, justru yang berisik itu di luar, deket jalan banyak motor lewat..." sahut Risma.

"Memang kenapa sih, masa cuma gara- gara aku terima telpon di luar jadi masalah..." ucap Radit menjadi kesal pada Risma.

"Soalnya kamu nggak biasa seperti itu mas, kamu nggak lagi menyembunyikan sesuatu dari aku kan...?" tanya Risma.

"Menyembunyikan sesuatu apa maksud kamu...?" tanya Radit.

"Ya kali aja kamu tadi telponan sama cewek..." jawab Risma.

"Ya emang cewek dia, dia sekertaris aku. Kamu kenapa sih..? Kamu mencurigaiku...?" tanya Radit.

"Ya jelas aku curiga lah mas, kalau suami terima telpon tapi ngumpet- ngumpet begitu..." jawab Risma masih dengan santai.

"Jangan mikir aneh- aneh deh kamu Ris...." Radit terlihat makin kesal.

"Kenapa kamu marah...?" tanya Risma. Padahal dari tadi Risma bertanya pada Radit dengan santai tidak dengan emosi. Tapi malah Radit sendiri yang menjawab pertanyaan Risma dengan emosi.

"Kamu yang udah bikin aku marah, mencurigai aku kayak gitu, nggak jelas banget kamu ini..." jawab Radit.

"Ayah... Ibu... Kenapa ayah sama ibu jadi berantem...?" tanya Rafa.

Risma melirik pada Radit.

"Ayah sama ibu nggak berantem kok..." Radit mengusap kepala Rafa.

Mereka berempat lalu makan malam bersama. Risma pun menjadi pendiam, entah kenapa dia jadi kesal dengan Radit. Gelagatnya waktu dia menerima telpon terlihat gugup tidak seperti biasanya. Dan saat dia lebih memilih menerima telpon di luar rumah membuat Risma merasa curiga kalau sang suami sedang bertelpon dengan perempuan yang mempunyai hubungan lebih dari sekedar rekan kerja. Risma menjadi memikirkan kata - kata yang pernah diucapkan oleh Aryo jika suaminya punya simpanan.

Setelah selesai makan malam, Risma masuk ke dalam kamar. Radit kemudian menyusulnya.

"Apa sih maksud kamu ngomong kayak gitu di depan anak- anak Ris...? Mereka sudah besar, mereka tahu jika orang tuanya bertengkar...." tanya Radit sambil berdiri di depan Risma yang sedang duduk di kursi meja rias sambil memoleskan krim malam di wajahnya.

Risma lalu menoleh ke arah Radit dan menatap wajahnya.

"Memangnya siapa yang ngajak kamu bertengkar mas...? Tadi aku nanya baik- baik sama kamu, nanyanya juga santai aja nggak pakai ngegas, tapi kamunya yang tiba- tiba emosi...." jawab Risma.

"Pertanyaan kamu itu yang bikin aku emosi Ris. Kamu mencurigaiku nggak jelas kayak gitu..." sahut Radit.

"Ya udah mas aku minta maaf kalau pertanyaanku bikin kamu tersinggung..." ucap Risma.

Radit lalu menatap wajah Risma dengan ekspresi kesal. Lalu dia keluar dari kamar dan masuk ke kamar anak- anak.

"Aneh banget mas Radit ini, masa cuma gara- gara hal sepele aja sampai kesel banget kayak gitu..." gumam Risma.

Tiga puluh menit kemudian Risma lalu keluar dari kamar untuk melihat anak- anaknya apakah sudah tidur atau belum. Karena sejak tadi terdengar suara mereka yang sedang bercanda dengan sang ayah.

Pintu kamar mereka tertutup rapat, Risma memutar gagang pintu pelan- pelan dan membukanya. Terlihat di sana anak- anak sudah tidur pulas. Begitu juga dengan Radit. Dia tidur di tengah- tengah Rafa dan Sabila. Mereka bertiga saling berpelukan.

Risma tersenyum getir, dihatinya ada perasaan sedih tapi ada rasa bahagia juga. Sedih karena dia merasa tidak diinginkan oleh Radit. Padahal satu bulan mereka tidak bertemu, tapi Radit tidak menunjukkan rasa rindu padanya. Bahkan dia lebih memilih tidur bersama anak- anak dibandingkan tidur dengannya.

Tapi di sisi lain ada rasa bahagia karena anak- anak yang begitu merindukan sang ayah kini mereka bisa memeluk sosok yang mereka rindukan.

Risma lalu menutup kembali pintu kamar anak- anaknya. Dia lalu masuk ke kamarnya. Risma naik ke tempat tidur. Biasanya ketika Radit tidur di kamar anak- anak, Risma juga ikut tidur di sana tapi kali ini dia merasa aneh karena sikap Radit tadi. Dia pun memilih untuk tidur sendiri di kamarnya.

Tapi Risma tidak dapat tidur, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Risma lalu mengambil ponselnya. Iseng- iseng dia mengirim pesan pada sahabatnya yaitu Ririn.

"Rin, kamu sudah tidur...?" tanya Risma.

Tak lama Ririn membalas pesannya.

"Belum, aku lagi nungguin suamiku pulang kerja, dia biasa pulang jam sebelas. Aku nggak bisa tidur kalau dia belum sampi rumah. Kamu sendiri ngapain belum tidur...?" tanya Ririn.

"Aku lagi nggak bisa tidur Rin, makanya aku iseng kirim pesan sama kamu, eh ternyata kamu belum tidur juga..." jawab Risma.

"Kenapa...? Lagi kangen suami ya...? Lagian kamu mau aja LDR an sama suami, kalau aku sih nggak tahan deh, soalnya aku nggak bisa jauh- jauh dari suami, apa lagi kalau tidur nggak bareng dia, nggak bakalan bisa tidur...." sahut Ririn.

"Suamiku ada kok di rumah, baru pulang tadi sore...." ucap Risma.

"Kamu ini gimana sih, kalau suamimu ada di rumah ngapain kamu malah chet an sama aku, bukannya menghabiskan malam panjang sama suami di tempat tidur. Secara kan kamu satu bulan nggak ketemu suami. Emang suamimu nggak kangen apa...?'' tanya Ririn.

"Mas Radit tidur di kamar anak- anak..." jawab Risma.

"Hah...? Tidur di kamar anak- anak...? nggak tidur bareng kamu...? Trus kamu di mana sekarang...?"

"Aku di kamarku sendiri..."

"Lah gimana sih, kok bisa begitu, emangnya suamimu nggak kangen...? Apa kamu lagi datang bulan...?"

"Nggak, dia emang begitu Rin, kalau pulang di malam pertama suka tidur sama anak- anak. Malam keduanya baru tidur sama aku...."

"Berarti kamu sama suami cuma dikasih jatah sekali dalam sebulan...?"

"Iya, tapi kadang nggak sama sekali. Kayak pas pulang waktu itu, malam ke satu dia kecapekan karena baru perjalanan jauh dan malam berikutnya dia tidur di rumah Uminya..."

"Jadi kamu nggak dikasih jatah dong waktu itu...? "

"Ya nggak, jatahnya dirapel pas pulang bulan berikutnya..." jawab Risma.

"Kuat banget sih suamimu Ris...? Kalau suami aku mah nggak bisa kayak gitu Ris. Dia itu seminggu bisa tiga sampai empat kali minta jatah. Kalau aku pulang kampung, kan kita nggak ketemu tuh satu minggu. Pas aku balik, udah deh tiap malam dia minta terus sampai aku kecapekan. Itu cuma satu minggu lho aku tinggal, suamiku udah nelponin aku terus nyuruh aku pulang. Tapi kok suami kamu bisa tahan ya , satu bulan nggak ketemu istri. Pas pulang juga nggak langsung tidur sama kamu...."

"Jadi menurut kamu sikap suamiku itu nggak wajar Rin...?"

"Maaf ya Ris, kalau menurut aku sih jelas nggak wajar. Tapi mungkin memang ada laki- laki yang tipe seperti itu kali Ris di luar sana. Tapi kalau suami aku mah orangnya nggak tahanan sih kalau soal hubungan suami istri. Kalau pas aku datang bulan saja dia nanya mulu kapan selesainya...." jawab Ririn.

"Kalau menurutmu sikap suamiku yang seperti itu karena apa ya Rin...?" tanya Risma.

"Aku tanya dulu nih, suamimu bersikap kayak gitu sejak kapan...?" Ririn balik bertanya.

"Sejak pertama nikah dia memang seperti itu sih Rin, dia jarang menyentuh aku. Waktu malam pertama juga dia nggak langsung menyentuh aku. Baru di malam ketujuh kita melakukan hubungan suami istri...." jawab Risma.

"Hah...? Kok bisa...?"

"Dia sakit Rin..." jawab Risma.

"Sakit apa...?"

"Ya nggak tahu, dia cuma bilang nggak enak badan, dia terlihat diam nggak banyak ngomong, dia mau ngomong kalau aku yang tanya lebih dulu. Itu pun jawabnya singkat- singkat saja..."

"Dan sampai sekarang pun seperti itu Rin, dia nggak banyak ngomong sama aku. Tapi kalau sama anak- anak dia banyak ngomong, suka bercanda, ketawa- tawa. Kalau sama aku nggak..." sambung Risma.

"Kok aneh sih...? Dulu kamu pacaran berapa lama sih sama dia...?" tanya Ririn.

"Kami nggak pacaran Rin. Tapi dijodohkan orang tua..." jawab Risma.

"Oalah... Tapi kamu cinta sama suamimu...?"

"Ya cinta lah Rin, kalau nggak cinta mana mungkin aku mau menikah sama mas Radit. Aku bahkan jatuh cinta sama mas Radit saat baru pertama kali aku melihat dia. Saat pertama kali Abahnya mas Radit datang ke rumah orang tuaku untuk mengenalkan aku sama mas Radit..." jawab Risma.

"Kalau mas Radit sendiri cinta nggak sama kamu Ris...? Maksudku gini, pernah nggak Radit menyatakan cinta sama kamu...?" tanya Risma.

"Kalau menyatakan cinta sih dia nggak pernah Rin..." jawab Risma.

"Nggak pernah sekalipun...? Selama menikah nggak pernah menyatakan cinta sama kamu Ris...?" tanya Ririn.

"Dia itu kan orang cuek dan dingin Rin. Tapi dia baik kok, apapun yang aku minta selalu dia kasih...." jawab Risma.

"Oh gitu ya..." sahut Ririn.

"Kenapa Rin...?"

"Nggak, kalau menurut aku sih, ada dua kemungkinan Ris kenapa suamimu bersikap seperti itu..."

"Kenapa tuh...?"

"Tapi kamu jangan marah ya, ini hanya dugaanku saja, tapi semoga sih dugaanku ini nggak bener ya Ris. Dan kamu janji nggak marah sama aku Ris..." ucap Ririn merasa tidak enak yang akan dia katakan kepada Risma melalui aplikasi pesan.

"Iya, aku nggak marah kok, udah katakan saja kamu mau ngomong apa, aku lagi butuh masukan dari kamu..." sahut Risma.

"Kalau dari cerita kamu dari pertama kalian menikah sih ,menurut aku suamimu itu nggak cinta sama kamu Ris. Dan yang ke dua, suamimu itu punya wanita lain. Maaf banget Ris..maaf ya... Semoga dugaan saya ini benar- benar salah ya Ris..."

"Nggak papa Rin, makasih ya , makasih untuk obrolannya malam ini. Udah dulu ya Rin..."

"Iya Ris, sama- sama..."

Risma lalu meletakkan ponselnya di atas nakas. Air mata Risma mengalir, dadanya terasa begitu sesak, membaca pesan yang dikirimkan oleh sahabatanya tadi yang mengatakan bahwa ada dua kemungkinan bahwa suaminya tidak mencintainya atau ada perempuan lain di hatinya.

Ingatan Risma pun kembali ke beberapa tahun lalu saat dia dan Radit masih menjadi pengantin baru. Iya, Risma ingat sekali, Radit jarang menyentuh Risma. Risma sering mendengar dari teman- temannya ketika menjadi pengantin baru mereka bisa setiap hari melakukan hubungan suami istri. Bahkan setiap hari mereka bisa melakukannya lebih dari satu kali. Tapi tidak dengan Risma dan Radit.Paling sering saja mereka melakukannya seminggu dua kali itu pun Risma yang memintanya lebih dulu ketika Radit libur kerja.

Tapi Risma tetap menerimanya karena Risma kasihan pada Radit yang tiap hari capek pulang kerja, karena saat itu Radit bekerja di perusahaan yang jaraknya dua jam perjalanan dari rumah. Dia harus pergi pagi pulang malam karena di jalan macet. Sampai rumah pasti sudah capek sehingga tidak ada waktu buat melakukan hubungan suami istri.

Dan ketika dua bulan setelah menikah Risma dinyatakan hamil, sikap Radit terlihat biasa- biasa saja, bahkan terbilang datar, tanpa ada raut kebahagiaan di wajahnya. Dan saat itu pun Risma tetap tidak curiga ataupun semacamnya, karena menurut Risma , Radit memang tipe orang pendiam.

Dan ketika umur Rafa satu tahun setengah tahun, Risma dinyatakan hamil lagi, karena dia lupa tidak menggunakan KB. Dan di saat itulah Radit menyalahkan Risma. Dia mengatakan kalau Risma ceroboh karena tidak menggunakan KB.Menurut Radit, Rafa masih terlalu kecil untuk mempunyai adik.

Risma pun merasa bersalah pada Radit. Dia minta maaf pada Radit karena telah ceroboh tidak memasang KB. Dan dua kali Risma melahirkan di rumah sakit Radit sama sekali tidak ada di samping Risma karena sedang berada di kantor. Dia kembali ketika Risma sudah melahirkan. Risma pun tetap memaklumi sikap Radit karena dia tahu Radit sibuk.

"Apa benar yang dikatakan oleh Ririn kalau mas Radit tidak mencintaiku...? Jadi selama ini aku tidak menyadari akan hal itu...? Apa karena saking besarnya rasa cinta aku pada mas Radit hingga aku tak menyadari kalau mas Radit sebenarnya tidak mencintaiku...?" ucap Risma dalam hati.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Asmara

Asmara

ya ampun Risma jangan terlalu bodoh dong. mentang" suami ganteng sampai nggak sadar kl suamimu nggak peduli sama perasaan kamu

2025-01-17

0

Salsabiela

Salsabiela

kamu terlalu bucin sampai nggak sadar kalau kamu cinta sendirian Risma 😭

2025-01-12

1

Uthie

Uthie

Nyesek banget itu mahhh....

2025-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang sebulan sekali
2 2. Bukan menatu idaman
3 3. Kecewa
4 4. Naif
5 5. Aryo
6 6. Curiga
7 7. Dicuekin
8 8. Teman kuliah Radit
9 9. Bertengkar
10 10. Kegundahan hati Risma
11 11. Hajatan
12 12. Hajatan 2
13 13. Di tampar
14 14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15 15. Tinggal bersama
16 16. Bekas Tamparan
17 17. Terbawa suasana
18 18. Berdoa
19 19. Bertemu Nada
20 20. Sok Suci
21 21. Mengetahui kebenaran
22 22. Lari dari Aryo
23 23. Risma sakit
24 24. Dirawat di rumah sakit
25 25. Kekhawatiran Radit
26 26. Lupa dengan janji
27 27. Kado Istimewa
28 28. Hancur
29 29. Pergilah Engkau bersamanya
30 30.Cerita masa lalu
31 31. Kembali ke kota
32 32. Luka terdalam
33 33. Bertahan semampuku
34 34. Fitnah
35 35. Menghapus jejak
36 36. Hinaan
37 37. Selingkuh dibalas selingkuh
38 38. Lepaskan aku mas...
39 39. Tak sudi
40 40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41 41. Mediasi
42 42. Pindah sekolah
43 43. Benci dengan perselingkuhan
44 44. Terbongkar
45 45. Terima kasih mas... di
46 46. Masih ada Cinta
47 47. Apa itu karma...?
48 48. Diantar Taufik
49 49. Kemarahan Radit
50 50. Meminta Maaf
51 51. Masalah Baru
52 52. Serangan Jantung
53 53. Sidang percaraian
54 54. Fakta Baru
55 55. Rumah Sakit
56 56. Perasaan Bersalah Radit
57 57. Duniaku hancur
58 58. Muntah Darah
59 59. Kedatangan pak Wijaya
60 60. Hasil pemeriksaan
61 61. Kangen adek
62 62. Dimanfaatkan
63 63. Ikan bakar
64 64. Turun Ranjang...?
65 65. Perasaannya masih sama
66 66. Sidang putusan hakim
67 67. Jangan tunggu lama- lama
68 68. Benci sama ayah
69 69. Apa saya dipecat...?
70 70. Mulai masuk kantor
71 71. Menjual perhiasan
72 72. Bertemu bu Ratna
73 73. Masih ada ketakutan
74 74. Aku tidak mau menikah denganmu
75 75. Beban berat hidup Radit
76 76. Sel kanker yang menyebar
77 77. Tidak mau disalahkan
78 78. Kemarahan Taufik
79 79. Aku lebih baik mati...!
80 80. Kembali dibuat emosi
81 81. Terima kasih sayang...
82 82. Kasmaran
83 83. Hari Bahagia
84 84. Kesedihan dan penyesalan
85 85. Uang penjulan rumah
86 86. Kesedihan Rafa
87 87. Pendarahan hebat
88 88. Nafas Cinta
89 89. Rejeki setelah menikah
90 90. Semua menyalahkan Risma
91 91. Semua pergi
92 92. Bocah edan nggak eling
93 93. Bawaan bayi
94 94. Menyesal
95 95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96 96. Melahirkan
97 97. Ulat bulu
98 98. Rindu
99 99. Balikan dengan Eva...?
100 100. Syakila
101 101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102 102. Laki- laki lemah
103 103. Kamu harus bangkit
104 104. Memaafkan ayah
105 105. Obrolan penuh Canda tawa
106 105. Adik buat Shakila
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Pulang sebulan sekali
2
2. Bukan menatu idaman
3
3. Kecewa
4
4. Naif
5
5. Aryo
6
6. Curiga
7
7. Dicuekin
8
8. Teman kuliah Radit
9
9. Bertengkar
10
10. Kegundahan hati Risma
11
11. Hajatan
12
12. Hajatan 2
13
13. Di tampar
14
14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15
15. Tinggal bersama
16
16. Bekas Tamparan
17
17. Terbawa suasana
18
18. Berdoa
19
19. Bertemu Nada
20
20. Sok Suci
21
21. Mengetahui kebenaran
22
22. Lari dari Aryo
23
23. Risma sakit
24
24. Dirawat di rumah sakit
25
25. Kekhawatiran Radit
26
26. Lupa dengan janji
27
27. Kado Istimewa
28
28. Hancur
29
29. Pergilah Engkau bersamanya
30
30.Cerita masa lalu
31
31. Kembali ke kota
32
32. Luka terdalam
33
33. Bertahan semampuku
34
34. Fitnah
35
35. Menghapus jejak
36
36. Hinaan
37
37. Selingkuh dibalas selingkuh
38
38. Lepaskan aku mas...
39
39. Tak sudi
40
40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41
41. Mediasi
42
42. Pindah sekolah
43
43. Benci dengan perselingkuhan
44
44. Terbongkar
45
45. Terima kasih mas... di
46
46. Masih ada Cinta
47
47. Apa itu karma...?
48
48. Diantar Taufik
49
49. Kemarahan Radit
50
50. Meminta Maaf
51
51. Masalah Baru
52
52. Serangan Jantung
53
53. Sidang percaraian
54
54. Fakta Baru
55
55. Rumah Sakit
56
56. Perasaan Bersalah Radit
57
57. Duniaku hancur
58
58. Muntah Darah
59
59. Kedatangan pak Wijaya
60
60. Hasil pemeriksaan
61
61. Kangen adek
62
62. Dimanfaatkan
63
63. Ikan bakar
64
64. Turun Ranjang...?
65
65. Perasaannya masih sama
66
66. Sidang putusan hakim
67
67. Jangan tunggu lama- lama
68
68. Benci sama ayah
69
69. Apa saya dipecat...?
70
70. Mulai masuk kantor
71
71. Menjual perhiasan
72
72. Bertemu bu Ratna
73
73. Masih ada ketakutan
74
74. Aku tidak mau menikah denganmu
75
75. Beban berat hidup Radit
76
76. Sel kanker yang menyebar
77
77. Tidak mau disalahkan
78
78. Kemarahan Taufik
79
79. Aku lebih baik mati...!
80
80. Kembali dibuat emosi
81
81. Terima kasih sayang...
82
82. Kasmaran
83
83. Hari Bahagia
84
84. Kesedihan dan penyesalan
85
85. Uang penjulan rumah
86
86. Kesedihan Rafa
87
87. Pendarahan hebat
88
88. Nafas Cinta
89
89. Rejeki setelah menikah
90
90. Semua menyalahkan Risma
91
91. Semua pergi
92
92. Bocah edan nggak eling
93
93. Bawaan bayi
94
94. Menyesal
95
95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96
96. Melahirkan
97
97. Ulat bulu
98
98. Rindu
99
99. Balikan dengan Eva...?
100
100. Syakila
101
101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102
102. Laki- laki lemah
103
103. Kamu harus bangkit
104
104. Memaafkan ayah
105
105. Obrolan penuh Canda tawa
106
105. Adik buat Shakila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!