8. Teman kuliah Radit

Risma dan seluruh keluarga lalu makan siang di rumah bu Ratna. Bu Ratna masak nasi liwet , ayam bakar , lalapan dan sambel. Mereka pun menikmati makan siang dengan lahap kecuali Risma. Iya, Risma tidak selera makan sejak tadi pagi, ditambah lagi sikap ibu mertua dan adik iparnya itu yang membuatnya kesal.

"Sini mas Radit, mbak Risma piring kotornya,..." ucap Eva mengambil piring bekas makan Radit dan Risma. Dia juga mengambil piring bekas anak- anak dan yang lainnya lalu membawanya ke dapur untuk dicuci.

"Risma, kamu bantuin si Eva nyuci piring dong, malah bengong di situ..." ucap bu Ratna sambil mengelap meja.

"Iya Mi... " Risma lalu pergi ke dapur.

"Sini Eva, aku bantu..." ucap Risma berdiri di samping Eva yang sedang kencuci piring.

"Nggak usah mbak biar Eva aja..." sahut Eva.

"Nggak papa, aku bantu biar cepat selesai..." sahut Risma sambil tersenyum pada Eva.

Mereka berdua pun mencuci piring bersama, Eva yang kencuci menggunakan sabun sedangkan Risma yang membilas.

"Kamu biasa nyuci piring ya Eva...?" tanya Risma yang melihat tangan Eva luwes mencuci piring sama sekali tidak kaku. Biasanya anak muda jaman sekarang kan jarang yang suka mengerjakan pekerjaan dapur karena takut kukunya patah.

"Biasa mbak namanya juga orang kampung dari kecil sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur bantuin ibu...." jawab Eva sambil tersenyum manis pada Risma.

Iya, Eva terlihat masih mudah dan begitu cantik dalam balutan hijab. Hidungnya mancung, kulit wajahnya putih mulus tanpa sedikitpun noda ataupun flek yang menempel di wajahnya. Tidak seperti wajah Risma yang terdapat noda hitam bekas jerawat. Rasanya Risma begitu minder berdekatan dengan Eva yang sangat cantik itu.

Iya sih, keluarga mertuanya itu memang semuanya cantik dan ganteng. Abah dan Umi yang sudah tua pun masih terlihat ganteng dan cantik. Apa lagi Radit yang kegantengannya membuat Risma tergila- gila. Anggi dan Akbar pun cantik dan ganteng. Risma kadang merasa paling tidak menarik jika sedang berkumpul dengan keluarga suaminya.

"Eva, rumah kamu di mana sih, kamu jarang main ke sini ya , kok aku baru lihat kamu ..." tanya Risma.

"Orang tuaku tinggal di kota C mbak. Tapi aku merantau dan kerja di kota B..." jawab Eva.

"Lho sama kayak mas Radit dong, mas Radit juga kerja di kota B...." sahut Risma.

"Risma... Dipanggil mas Radit tuh, katanya mas Radit mau pulang..." ucap Anggi.

"Oh, iya sebentar aku selesaikan cuci piring dulu..." ucap Risma.

"Udah mbak, biar Eva aja yang lanjutin cuci piringnya. Tinggal dikit lagi kok..." sahut Eva.

"Nggak papa emang...?" tanya Risma.

"Nggak papa kok mbak, udah sana mas Radit nungguin tuh..." jawab Eva.

"Ya udah, aku pulang dulu ya..." ucap Risma.

"Tante Eva..." panggil Sabila lalu mendekati Eva.

"Iya sayang..." jawab Eva.

"Sabila pulang dulu ya , besok Sabila main ke sini lagi mau main game sama tante Eva, seru soalnya main sama tante Eva..." ucap Sabila.

"Tapi besok tante Eva pulang, kapan- kapan lagi aja ya kalau tante main ke sini lagi..." sahut Eva.

"Yaaahh.. Kok pulangnya besok sih tante, nggak besoknya lagi aja ...." Sabila kecewa.

"Nggak bisa sayang, soalnya lusa kan tante sudah harus masuk kerja...." ucap Eva sambil mengusap kepala Eva.

"Eh tapi tante Eva pulangnya sore kok , besok pagi Sabila ke sini aja, nanti kita main lagi ..." ucap Eva.

"Beneran tante...?" tanya Sabila, Eva pun mengangguk.

"Yeee... Asik...." Sabila memeluk Eva merasa senang.

"Kelihatannya Sabila suka sama kamu Eva, jarang- jarang lho dia cepat akrab sama orang yang baru dia kenal..." ucap Risma.

"Abis tante Eva baik sih..." sahut Sabila memeluk pinggang Eva.

"Makasih sayang..." Eva mengusap pipi Sabila.

"Ya udah, kita pulang dulu ya Eva..." ucap Risma.

"Iya mbak, hati- hati ya, maaf Eva nggak anter mbak ke depan, mau lanjutin cuci piring dulu..." sahut Eva.

"Iya nggak papa..." jawab Risma.

Risma dan Sabila pun menuju ruang tengah di mana tadi Radit bersama Abah dan juga Aryo berbincang. Tapi ternyata di sana mereka sudah tidak ada.

"Umi, mas Radit mana...?" tanya Risma

"Ada di teras, lagi ngobrol sama temannya..." jawab bu Ratna.

"Temannya mas Radit, siapa Mi...?" tanya Risma

"Namanya Nada , temen sekantornya Radit, dan teman kuliahnya dulu..." jawab bu Ratna.

Risma lalu pergi ke teras untuk menemui temannya Radit. Sampai di pintu ruang tamu, Risma tidak langsung menemui Radit dan Nada. Dia mengintip sang suami yang mengobrol dengan begitu akrabnya di kursi teras rumah bu Ratna. Risma pun merasa heran dengan sikap Radit yang begitu berbeda dari biasanya.

Iya, selama ini yang Risma tahu, Radit itu pendiam, tidak banyak bicara kecuali sama anak- anaknya. Tapi apa yang Risma lihat sekarang berbanding terbalik. Radit begitu akrab ngobrol dengan Perempuan cantik yang kata bu Ratna bernama Nada.

"Ngapain kamu di sini...?' tanya bu Ratna mengagetkan Ratih yang sedang mengintip Radit dan Nada di balik pintu. Bu Ratna hendak membawakan teh manis hangat untuk Nada.

"I..itu..Mi..." Risma terbata.

"Nggak sopan banget ngintipin orang..." ucap bu Ratna dengan jutek lalu pergi menghampiri Radit dan Nada.

"Nada, nih teh nya diminum ya..." ucap bu Ratna.

"Makasih tante..." jawab Nada.

Kemudian mereka bertiga terlibat obrolan yang cukup seru.

"Mbak Risma..."

"I..iya..." Risma kaget karena tepukan tangan Eva di pundaknya.

"Ya ampun Eva, kamu ngagetin aja..." ucap Risma sambil memegang dadanya.

"Mbak Risma ngapain di sini...?" tanya Eva.

"Ah, nggak, mbak cuma lagi mendengarkan obrolan mereka..." Risma menolah ke arah Radit dan yang lainnya.

Eva pun melongok kearah teras di mana Radit, Nada dan bu Ratna sedang asik berbincang.

"Oh, itu kan mbak Nada..." ucap Eva.

"Kamu kenal Nada...?" tanya Risma.

"Kenal lah mbak, Nada itu kan rekan kerjanya mas Radit..." jawab Eva.

"Kok kamu tahu...?" Risma mengerutkan keningnya heran kenapa Eva bisa tahu tentang rekan kerja Radit.

"Ayo mbak kita ngobrol di ruang tengah saja...." Eva menarik tangan Risma mengajaknya ke ruang tengah dan duduk di sofa. Kebetulan di ruang tengah sepi. Anak- anak sedang berada di halaman rumah. Anggi sedang ke minimarket beli camilan, sedangkan Aryo sedang mengantar Abah ke bengkel mengambil motor.

"Mbak, sebenarnya aku ini kerja di kantor yang sama dengan mas Radit. Tapi beda bagian. Kalau mas Radit kan manager keuangan, sedangkan aku staf biasa...." ucap Eva.

"Kamu bekerja di perusahaan yang sama dengan mas Radit...? Kok mas Radit nggak pernah cerita sama aku ya...?" tanya Risma.

"Mbak Risma ini kayak nggak kenal sama mas Radit saja, dia kan oranya nggak banyak bicara mbak..." sahut Eva.

"Iya sih... Trus kalau Nada itu dia sebagai apa di kantor...?" tanya Risma.

"Nah si Nada itu, dia sekertarisnya pak Hadi, direktur kami mbak. Tapi mbak Nada itu genit, mentang- mentang dulu teman kuliahnya mas Radit, dia suka deket- deketin mas Radit terus. Ngajakin ngobrol sambil ketawa- tawa, sok akrab banget deh, kayak nggak tahu aja kalau mas Radit sudah punya istri dan anak...." jawab Eva.

"Iya aku juga tadi lihat dia akrab banget ngobrol sama mas Radit..." sahut Risma.

"Ya itu karena mbak Nada duluan yang suka deket- deket mas Radit. Ngapain juga dia ke sini jauh- jauh buat nemui mas Radit, kayak nggak ada kerjaan..." ucap Eva.

"Ya udah, aku mau ke depan ya, mau ketemu sama Nada..." ucap Risma.

"Mau ngapain mbak...?" tanya Eva.

"Ya mau kenalan aja..." jawab Risma.

"Ya udah mbak, ayo kita ke sana..." sahut Eva.

Risma dan Eva lalu pergi ke teras rumah menghampiri Radit dan yang lainnya.

"Mas Radit, dia siapa...?" tanya Risma pura- pura tidak tahu.

"Oh..iya.. Ini... Kenalkan namanya Nada, dia satu kantor denganku...." jawab Radit memperkenalkan Risma pada Nada.

"Ini istriku..." ucap Radit pada Nada.

Risma dan Nada pun berjabat tangan.

"Nada..." ucap Nada dengan suara lembut tapi seksi.

Iya Nada memang terlihat cantik, seksi dan matanya indah. Biarpun umurnya sama dengan Radit yaitu tiga puluh delapan tahun, tapi dia terlihat seperti umur dua puluh tahunan.

"Risma..." jawab Risma.

Nada melihat Risma dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan raut muka seperti meremehkan. Didalam hati, Nada heran melihat penampilan Risma. Perempuan sederhana, wajah pas- pasan dengan pakaian dan hijab yang tidak modis berbeda dengan dirinya yang penampilannya selalu elegan dan enak di pandang.

"Jadi ini istri kamu Radit...?" tanya Nada lagi- lagi dengan tatapan yang meremehkan.

"Iya..." jawab Radit.

"Sudah berapa lama kalian menikah...?" tanya Nada.

"Sepuluh tahun...." jawab Radit.

"Kamu sendiri kapan mau menikah Nada...? Tuh Radit saja sudah punya dua anak masa kamu masih sendiri saja...." sahut bu Ratna.

"Tau nih tante, belum ketemu yang cocok..." ucap Nada.

"Tapi kalau pacar sudah punya kan...?" tanya Bu Ratna

"Sudah sih, tapi dia belum mau menikahi aku tante, sedih deh...." jawab Nada sambil melirik ke arah Radit, lalu Nada memanyunkan bibirnya.

"Kenapa belum mau menikahi kamu...?" tanya bu Ratna.

"Nggak tahu tante, mungkin dia masih ragu sama aku..." jawab Nada lagi- lagi sambil menoleh ke arah Radit. Sedangkan Radit hanya melirik sekilas saja pada Nada lalu menunduk.

Melihat sikap Radit dan Nada, Risma pun jadi bertanya- tanya dalam hati, ada apa dengan mereka. Tapi Risma mencoba untuk bersikap biasa saja.

"Lho ada Eva juga toh..." ucap Nada melihat ke arah Eva yang berdiri di belakang Risma.

"Iya mbak..." jawab Eva sambil menggeser tubuhnya agar tidak terhalang oleh Risma.

"Kapan datang...?" tanya Nada.

"Tiga hari yang lalu..."

"Sama Radit...?" tanya Nada sambil melirik ke arah Radit.

"Nggak, aku datang sendiri...." jawab Eva.

Iya, Eva memang sudah tiga hari menginap di rumah bu Ratna, kebetulan dia sedang cuti.

"Ohh..." sahut Nada.

"Oya Radit ,kamu kapan kembali ke kota B...?" tanya Nada.

"Besok sore..." jawab Radit.

"Kamu naik apa...?" tanya Nada.

"Aku biasa naik kereta..." jawab Radit.

"Kenapa nggak naik mobil saja, kamu kan ada mobil...?" tanya Nada.

"Capek di jalan, besoknya kan sudah harus kerja, kalau naik kereta kan aku bisa tidur..." jawab Radit.

"Gimana kalau besok kamu ikut aku aja naik mobil, nanti kita gantian nyetirnya..." ujar Nada.

"Sama Eva juga, biar asik kita rame - rame..." lanjut Nada.

"Eva, kamu mau ikut bareng Nada...?" tanya Radit.

"Boleh mas..." jawab Eva.

"Ya udah, kita berangkat bareng besok, ikut kamu..."ucap Radit pada Nada.

"Nah gitu dong...." sahut Nada sambil mengusap lengan Radit.

Melihat apa yang dilakuakan oleh Nada, Risma merasa risi. Kok bisa Nada yang bukan siapa- siapa berani pegang- pegang Radit di depan istrinya.

"Ya udah, besok aku jemput kamu ke sini ya, mau jam berapa berangkatnya...?" tanya Nada.

"Sorean aja kali ya jam limaan..." jawab Radit.

"Ya udah, jam lima aku jemput kalian di sini. Oke..." ucap Nada pada Radit dan Eva.

"Oke ..." jawab Radit dan Eva mengangguk.

"Aku pulang dulu kalau gitu. Pamit ya..." ucap Nada lalu cipika cipiki dengan Radit yang membuat hati Risma panas.

Dengan bu Ratih, dan Eva pun Nada melakukan hal yang sama seperti pada Radit. Dan terakhir ketika pamitan pada Risma, Nada juga ingin cipika cipiki tapi Nada mengurungkan niatnya.

"Sorry... Muka kamu jerawatan..." ucap Nada tidak jadi cipika cipiki.

Risma hanya diam saja mendengar ucapan Nada yang cukup membuatnya tersinggung. Walapun ucapan Nada tadi setengah berbisik tidak terdengar oleh Radit dan yang lainnya tapi tetap saja Risma merasa malu. Nada lalu pergi menggunakan mobilnya.

"Mas, ayo katanya mau pulang..." ucap Risma sambil menatap kesal pada Radit. Tapi sepertinya Radit tidak menyadari kekesalan Risma.

"Ya udah ayo pulang, Mi Radit pamit ya..." Radit mencium punggung tangan bu Ratna.

"Salam buat Abah ya Mi..." ucap Radit.

"Iya..." jawab bu Ratna.

Risma pun mencium punggung tangan bu Ratna untuk berpamitan.

"Eva, mas pamit ya..." ucap Radit sambil tersenyum pada Eva.

"Iya mas, hati- hati ya..." sahut Eva lalu mencium punggung tangan Radit.

"Mas Radit besok pagi ke sini lagi kan...? Katanya Sabila ingin main game lagi di komputernya Akbar..." ucap Eva.

"Iya, besok pagi mas ke sini lagi..." jawab Radit. Radit ,Risma dan anak- anak lalu pergi meninggalkan rumah bu Ratna.

****

"Mas, kamu akrab banget sama Nada..." ucap Risma dengan nada jutek.

"Ya akrab lah , dia dulu teman kuliahku, dan sekarang aku sama dia bekerja di satu perusahaan yang sama, setiap hari ketemu sama dia...." sahut Radit sambil fokus menyetir.

"Tapi aku nggak suka kamu terlalu dekat sama dia mas. Kamu kan punya istri dan anak, kok bisa kamu sedekat itu sama perempuan lain. Kamu juga, mau aja dipegang- pegang sama dia, cipika- cipiki lagi. Aku risi tahu nggak mas ngelihatnya...." ucap Risma kesal.

"Ada hubungan apa kamu sama Nada mas...?" tanya Risma.

"Maksud kamu apa sih, kan tadi aku sudah jelaskan kalau dia rekan kerja dan teman kuliah..." jawab Radit.

"Bohong... ! Kamu pasti bohong sama aku mas....! Kamu pasti punya hubungan lebih sama dia kan...? " sahut Risma dengan dada naik turun karena emosi dan juga cemburu.

"Kamu ini apa- apaan sih Ris.." Radit kesal pada Risma.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Risma kamu jgn bodoh jadi perempuan masa percaya banget sama suami coba selidiki apa suamimu jujur bekerjanya atau punya selingkuhan jgn percaya begitu saja.

2025-01-14

1

Asmara

Asmara

oh jadi Radit kl sama Risma jdi orng pendiam, tp kl di luar lain lagi ya

2025-01-17

0

Salsabiela

Salsabiela

emng ngeselin ya si Radit

2025-01-17

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pulang sebulan sekali
2 2. Bukan menatu idaman
3 3. Kecewa
4 4. Naif
5 5. Aryo
6 6. Curiga
7 7. Dicuekin
8 8. Teman kuliah Radit
9 9. Bertengkar
10 10. Kegundahan hati Risma
11 11. Hajatan
12 12. Hajatan 2
13 13. Di tampar
14 14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15 15. Tinggal bersama
16 16. Bekas Tamparan
17 17. Terbawa suasana
18 18. Berdoa
19 19. Bertemu Nada
20 20. Sok Suci
21 21. Mengetahui kebenaran
22 22. Lari dari Aryo
23 23. Risma sakit
24 24. Dirawat di rumah sakit
25 25. Kekhawatiran Radit
26 26. Lupa dengan janji
27 27. Kado Istimewa
28 28. Hancur
29 29. Pergilah Engkau bersamanya
30 30.Cerita masa lalu
31 31. Kembali ke kota
32 32. Luka terdalam
33 33. Bertahan semampuku
34 34. Fitnah
35 35. Menghapus jejak
36 36. Hinaan
37 37. Selingkuh dibalas selingkuh
38 38. Lepaskan aku mas...
39 39. Tak sudi
40 40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41 41. Mediasi
42 42. Pindah sekolah
43 43. Benci dengan perselingkuhan
44 44. Terbongkar
45 45. Terima kasih mas... di
46 46. Masih ada Cinta
47 47. Apa itu karma...?
48 48. Diantar Taufik
49 49. Kemarahan Radit
50 50. Meminta Maaf
51 51. Masalah Baru
52 52. Serangan Jantung
53 53. Sidang percaraian
54 54. Fakta Baru
55 55. Rumah Sakit
56 56. Perasaan Bersalah Radit
57 57. Duniaku hancur
58 58. Muntah Darah
59 59. Kedatangan pak Wijaya
60 60. Hasil pemeriksaan
61 61. Kangen adek
62 62. Dimanfaatkan
63 63. Ikan bakar
64 64. Turun Ranjang...?
65 65. Perasaannya masih sama
66 66. Sidang putusan hakim
67 67. Jangan tunggu lama- lama
68 68. Benci sama ayah
69 69. Apa saya dipecat...?
70 70. Mulai masuk kantor
71 71. Menjual perhiasan
72 72. Bertemu bu Ratna
73 73. Masih ada ketakutan
74 74. Aku tidak mau menikah denganmu
75 75. Beban berat hidup Radit
76 76. Sel kanker yang menyebar
77 77. Tidak mau disalahkan
78 78. Kemarahan Taufik
79 79. Aku lebih baik mati...!
80 80. Kembali dibuat emosi
81 81. Terima kasih sayang...
82 82. Kasmaran
83 83. Hari Bahagia
84 84. Kesedihan dan penyesalan
85 85. Uang penjulan rumah
86 86. Kesedihan Rafa
87 87. Pendarahan hebat
88 88. Nafas Cinta
89 89. Rejeki setelah menikah
90 90. Semua menyalahkan Risma
91 91. Semua pergi
92 92. Bocah edan nggak eling
93 93. Bawaan bayi
94 94. Menyesal
95 95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96 96. Melahirkan
97 97. Ulat bulu
98 98. Rindu
99 99. Balikan dengan Eva...?
100 100. Syakila
101 101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102 102. Laki- laki lemah
103 103. Kamu harus bangkit
104 104. Memaafkan ayah
105 105. Obrolan penuh Canda tawa
106 105. Adik buat Shakila
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Pulang sebulan sekali
2
2. Bukan menatu idaman
3
3. Kecewa
4
4. Naif
5
5. Aryo
6
6. Curiga
7
7. Dicuekin
8
8. Teman kuliah Radit
9
9. Bertengkar
10
10. Kegundahan hati Risma
11
11. Hajatan
12
12. Hajatan 2
13
13. Di tampar
14
14. Pertemuan kembali Radit dan Eva
15
15. Tinggal bersama
16
16. Bekas Tamparan
17
17. Terbawa suasana
18
18. Berdoa
19
19. Bertemu Nada
20
20. Sok Suci
21
21. Mengetahui kebenaran
22
22. Lari dari Aryo
23
23. Risma sakit
24
24. Dirawat di rumah sakit
25
25. Kekhawatiran Radit
26
26. Lupa dengan janji
27
27. Kado Istimewa
28
28. Hancur
29
29. Pergilah Engkau bersamanya
30
30.Cerita masa lalu
31
31. Kembali ke kota
32
32. Luka terdalam
33
33. Bertahan semampuku
34
34. Fitnah
35
35. Menghapus jejak
36
36. Hinaan
37
37. Selingkuh dibalas selingkuh
38
38. Lepaskan aku mas...
39
39. Tak sudi
40
40. Perkelahian antara Risma dan Anggi
41
41. Mediasi
42
42. Pindah sekolah
43
43. Benci dengan perselingkuhan
44
44. Terbongkar
45
45. Terima kasih mas... di
46
46. Masih ada Cinta
47
47. Apa itu karma...?
48
48. Diantar Taufik
49
49. Kemarahan Radit
50
50. Meminta Maaf
51
51. Masalah Baru
52
52. Serangan Jantung
53
53. Sidang percaraian
54
54. Fakta Baru
55
55. Rumah Sakit
56
56. Perasaan Bersalah Radit
57
57. Duniaku hancur
58
58. Muntah Darah
59
59. Kedatangan pak Wijaya
60
60. Hasil pemeriksaan
61
61. Kangen adek
62
62. Dimanfaatkan
63
63. Ikan bakar
64
64. Turun Ranjang...?
65
65. Perasaannya masih sama
66
66. Sidang putusan hakim
67
67. Jangan tunggu lama- lama
68
68. Benci sama ayah
69
69. Apa saya dipecat...?
70
70. Mulai masuk kantor
71
71. Menjual perhiasan
72
72. Bertemu bu Ratna
73
73. Masih ada ketakutan
74
74. Aku tidak mau menikah denganmu
75
75. Beban berat hidup Radit
76
76. Sel kanker yang menyebar
77
77. Tidak mau disalahkan
78
78. Kemarahan Taufik
79
79. Aku lebih baik mati...!
80
80. Kembali dibuat emosi
81
81. Terima kasih sayang...
82
82. Kasmaran
83
83. Hari Bahagia
84
84. Kesedihan dan penyesalan
85
85. Uang penjulan rumah
86
86. Kesedihan Rafa
87
87. Pendarahan hebat
88
88. Nafas Cinta
89
89. Rejeki setelah menikah
90
90. Semua menyalahkan Risma
91
91. Semua pergi
92
92. Bocah edan nggak eling
93
93. Bawaan bayi
94
94. Menyesal
95
95. Kini bari terasa dirimu begitu berharga
96
96. Melahirkan
97
97. Ulat bulu
98
98. Rindu
99
99. Balikan dengan Eva...?
100
100. Syakila
101
101. Kedatangan yang tidak diinginkan
102
102. Laki- laki lemah
103
103. Kamu harus bangkit
104
104. Memaafkan ayah
105
105. Obrolan penuh Canda tawa
106
105. Adik buat Shakila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!