Tragedi

" Betapa sombongnya anda, seolah-olah anda bisa mengatur segalanya , semua seakan bisa di beli dengan uang anda, asal anda tau tidak semua bisa di beli dengan uang. Hati manusia dan kebahagian tidak akan pernah bisa di beli. Betapa menderitanya wanita yang akan menikah dengan orang seperti anda." Cerocos Shafiya tanpa henti.

" Tadinya saya kemari ingin menerima lamaran anda dengan syarat anda menjadikan saya benar-benar seorang istri. Saya mengundurkan diri karena saya akan menawarkan diri untuk merawat Ayah anda. Mendengar penghinaan yang anda berikan, saya tidak jadi menerima lamaran itu." Shafiya berkata dengan emosinya.

Namun Fatih bukanya marah melainkan terpana dengan apa yang barusan di dengar.

Diluar pintu Alif yang hendak bertemu dengan Fatih tanpa sengaja mendengar apa yang mereka bincangkan.

Bruk.

Tumpukan berkas yang di bawanya tanpa sengaja terlepas di tangannya dan berserakan di bawah. Tiba-tiba pintu CEO terbuka keluar Shafiya masih dengan amarahnya.

Deg.

Baik Shafiya maupun Alif sama-sama terkejut, dada mereka bergemuruh tak beraturan. Setelah sadar Shafiya duduk dan membantu Alif membereskan berkas Alif.

Saat itu hati Alif tak bisa di kendalikan. Tangan Alif memegang tangan Shafiya untuk pertama kalinya, meski mereka dulu menjalin komitmen tak pernah sekalipun dia menyentuh tubuh Shafiya. Kali ini Alif tidak bisa menahan diri, di tariknya tangan Shafiya, Shafiya yang terkejut pun mencoba melepaskan namun pegangan Alif cukup kuat. Shafiya di tarik menuju mushola kebetulan bukan jam Shalat jadi mushala sepi.

" Lepaskan aku..." Shafiya mencoba melepas kembali.

" Maaf... " Alif berkaca-kaca, ingin rasanya dia menghambur ke pelukan Shafiya namun di tahan kuat-kuat.

" Fiy... kumohon ..., " Alif mengusap wajahnya kasar.

" Ku mohon... Jangan menikah dengan orang lain. Aku sedang berusaha memperjuangkan cinta kita." Lanjut Alif memohon pada Shafiya.

" Maaf Mas..." Air mata Shafiya mengalir.

Tak bisa menjelaskan keadaan yang tengah di hadapinya Shafiya pun memilih berlari menjauh dari Alif.

***

Saat melewati ruang CEO tiba-tiba Shafiya di tarik masuk secara paksa dari belakang oleh seseorang, Lalu pintu itu terkunci. Dan saat Shafiya menoleh dia melihat Fatih dengan tatapan berbeda maju ke depan dan menyudutkanya di tembok.

" Pak... Apa yang anda lakukan ? " Shafiya sedikit ketakutan pertama baginya sedekat ini dengan laki-laki.

Fatih mencengkeram pundak Shafiya kuat, Shafiya berontak keras, namun tak bisa lepas.

" Anda jangan macam-macam. " Mata Shafiya ketakutan.

Dan tiba-tiba wajah Fatih mendekat dan men**** bibir Shafiya dengan ganasnya, sedikit menggigit ***** Shafiya hingga berdarah, Shafiya berontak sekuat tenaga untuk melepaskan diri.

Plak Plak

Suara tamparan.

Shafiya menampar pipi Fatih dengan sangat keras hingga tangannya memerah. Amarahnya memuncak, merasa terhina, wajahnya memerah, matanya berkaca-kaca.

Fatih memegangi pipinya , namun ada kepuasan di matanya. Shafiya membuka kunci dan keluar ke mejanya memberesi barang-barangnya semua dan setengah berlari menuju litf.

Air mata Shafiya berderai, dia sudah tidak perduli lagi dengan pandangan orang yang melihatnya. Pikiranya sudah bulat dia benar-benar akan enyah dari perusahaan ini.

Alif yang melihatpun buru-buru menghampirinya , tanpa bertanya dia cukup bisa menyimpulkan sesuatu yang buruk terjadi pada Shafiya.

" Aku antar pulang... " Katanya sambil mensejajari Shafiya, Shafiya hanya mengangguk tak bisa bicara.

***

Di dalam mobil tangis Shafiya pecah, dia menutup wajahnya malu, marah dan sedih tiada tara. Baru kali ini dia merasa benar-benar di lecehkan. Alif memberikan tisu untuk Shafiya ingin rasanya dia memeluk dan menenangkan Shafiya namun dia menahan diri.

" Fiya... Sepertinya kamu tak mungkin pulang dalam kondisi seperti ini. " Katanya pelan pada Shafiya.

" Ayah dan Bundamu tentu akan kawatir melihatmu dalam kondisi seperti ini" Lanjut Alif.

" Kalau kamu bersedia bercerita, aku siap mendengar semuanya. " Lanjutnya pelan.

" Mungkin itu bisa membuat hatimu sedikit lega dan tenang. " Lanjutnya lagi.

Namun yang di tanya masih saja menangis, ada rasa ngilu pada diri Alif saat melihat bibir bawah Shafiya sedikit berdarah. Entah pikirannya membayangkan bahwa terjadi yang tidak-tidak pada Shafiya di ruang CEO itu. Tangan Alif mengepal ingin rasanya dia menemui Fatih dan membuat perhitungan dengannya karena telah melukai wanita yang sangat di cintainya itu.

" Mas aku mau ke masjid." Shafiya berujar pelan sambil masih terisak.

" Baiklah... " Alif mencari masjid terdekat dan berhenti di sana.

***

Alif memarkirkan mobilnya di halaman masjid, kebetulan waktu dzuhur sudah tiba mereka pun keluar dari mobil dan menuju tempat wudhu.

Di tempat wudhu Shafiya berkali-kali mencuci bibirnya rasanya jijik pada bibirnya, mengingat apa yang sudah Fatih lakukan padanya lagi-lagi dia mencuci bibirnya kasar tidak peduli perih yang di rasa, rasanya lebih perih hatinya.

Setelah wudhu Shafiya mengambil mukena yang selalu di tasnya lalu shalat dzuhur berjama'ah dengan Alif karena jamaah dzuhur sudah selesai.

Shafiya menangis dalam do'anya, dia mengadu pada Allah dengan segala yang terjadi padanya.

" Ya Allah Ampuni dosa hamba, ampuni hamba yang tidak bisa menjaga diri ini, hamba malu ya Allah bibir ini telah berdosa, namun sungguh tidak ada niatan dalam diri hamba untuk melakukan itu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati ini." Curhatnya pada Allah

" Ya Allah bila apa yang terjadi pada diri hamba ini sudah menjadi ketentuan darimu hamba akan berusaha menerima, namun Ya Allah hamba mohon ampuni hamba, dan berilah jalan keluar dari masalah-masalah yang tengah hamba hadapi." Do'a Shafiya sambil berurai air mata.

Shafiya mengakhiri doanya dan mengambil musyaf kecil di tasnya dan akan membacanya.

" Mas Alif duluan saja, aku masih mau di sini." Ujar Shafiya.

" Tidak , Aku tunggu lakukan apa yang akan kau lakukan." Jawab Alif sambil tersenyum lembut lalu pergi keserambi dan berbaring di sana.

Shafiya membaca musyafnya merdu sekali, sesekali masih terdengar isakanya di telinga Alif namun lama-lama suaranya tenang.

Alif menerawang dan membayangkan seandainya pemilik suara merdu itu mau bersabar dan berjuang meyakinkan Mamanya betapa bahagianya dirinya.

Namun tiba-tiba bayangan bosnya datang dan merebut Shafiya membuat gadisnya menangis membuat gigi-giginya beradu dan tangannya mengepal.

Terpopuler

Comments

Ari_nurin

Ari_nurin

klu bukan muhrim nya ga bs ya jamaah hanya berdua gt .. itu yg aku pahami sih

2024-12-14

0

Riyati Kasno

Riyati Kasno

huh....bos gila senang main paksa

2024-07-01

2

Rahmawati

Rahmawati

dasar boss arogan

2024-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!