3 Tidak Sesuai Rencana

 

Tidak ada suara selain gerakan bahu kecil ke arah atas setelah tawaran Abel untuk menemaninya, Auriga tetap lurus ke depan dan membiarkan Abel duduk di sebelahnya. Sesaat, Auriga memang mempersilakannya, namun sejujurnya dia tidak terlalu peduli dengan siapa yang duduk di sampingnya.

Semua keadaan di sana baginya terasa seperti sebuah ritual kosong acara sosial yang hanya dipenuhi basa-basi dan gemerlap yang tak ada artinya. Ia lebih suka menyendiri, menikmati minumannya tanpa ditemani siapa pun.

Auriga menghela napas pelan. Wanita di sebelahnya ini mungkin salah satu dari mereka wanita-wanita yang dipilih untuk menghibur dan melayani tamu pikirnya. Tapi dia tidak tertarik untuk terlibat dalam semua itu. Dia hanya di sini untuk menjaga relasi bisnis, menjaga penampilan di hadapan rekan-rekannya. Andai tidak ada keperluan bisnis, Auriga pasti sudah berada jauh dari tempat ini, menikmati kesendirian yang selalu dia sukai.

Abel, di sisi lain, masih berusaha menjaga sikapnya tetap tenang meski suasana canggung mulai terasa. Meski dia sudah mendapatkan tempat duduk di sebelah Auriga, ternyata hal itu tidak membuat semuanya berjalan mudah. Auriga, pria yang selama ini memenuhi pikirannya, tampak tak tertarik untuk berinteraksi. Bahkan sejak Abel duduk, pria itu tak lagi menoleh kepadanya, seolah kehadirannya sama sekali tak ada di sana.

“Ya Tuhan dingin sekali,” pikir Abel dalam hati. Meskipun sikap Auriga dingin, Abel tidak ingin menyerah begitu saja. Dia telah menunggu momen ini terlalu lama, dan tidak akan membiarkan semua usahanya sia-sia. Namun, semakin lama Auriga terdiam, semakin kuat perasaan bahwa pria itu tak ingin diganggu.

Auriga menyesap minumannya sekali lagi, matanya memandangi gelasnya, terkesan lebih tertarik pada cairan di dalamnya daripada wanita yang duduk di sampingnya. Abel mulai merasakan ketegangan menjalari tubuhnya, namun dia tahu bahwa harus ada cara untuk membuka percakapan, meski Auriga tampak tidak peduli.

 

“Anda tampak tidak terlalu menikmati acara ini,” Abel mencoba memulai percakapan lagi, kali ini suaranya lebih halus. “Sepertinya Anda lebih suka sendirian.”

 

Auriga menatapnya sekilas, lalu mengangguk pelan tanpa memberi jawaban lebih. Respons itu tidak memberi Abel banyak ruang untuk melanjutkan, namun dia berusaha untuk tetap tersenyum.

 

“Saya juga sering merasa lebih nyaman sendirian,” tambah Abel lagi, mencoba mencari kesamaan di antara mereka. Namun, sekali lagi, tidak ada respons berarti dari Auriga. Pria itu hanya meletakkan gelasnya di meja dan menatap kosong ke arah bar.

 

Bagi Auriga, keberadaan Abel di sampingnya terasa seperti sebuah gangguan kecil yang terpaksa harus dia toleransi. Dia memang tidak terbiasa mengusir orang dengan kasar, namun dia juga tidak merasa perlu terlibat dalam percakapan basa-basi. Pikiran Auriga sudah terlalu sibuk dengan urusan bisnis dan kepentingan yang lebih besar.

Malam ini, dia hanya ingin melewati acara ini dengan cepat, lalu kembali ke rumahnya yang sepi tanpa harus berurusan dengan wanita-wanita yang datang untuk memenuhi keinginan para pria tua yang haus akan hiburan.

Abel menatap Auriga sejenak, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Abel merasa frustrasi, tapi juga tertantang. Ini bukan seperti yang dia bayangkan tidak ada sambutan hangat atau percakapan menggoda. Auriga terlalu dingin, terlalu tertutup. Tetapi justru itulah yang membuat pria ini begitu menarik bagi Abel.

Saat Abel tengah bergulat dengan kekecewaannya satu sisi Auriga ingin malam ini berakhir. Tidak ada yang memikatnya di sini, persetan wanita-wanita cantik, tidak ada basa basi sampah yang berujung check-in bersama. Semua ini hanyalah bagian dari dunia yang harus dia hadapi untuk alasan yang tidak pernah sepenuhnya dia sukai.

***

Sudah hampir setengah jam Abel duduk di sebelah Auriga, namun tidak ada percakapan yang berarti terjadi. Auriga terus terdiam, fokus pada minumannya, seolah kehadiran Abel tak lebih dari bayangan.

Di kejauhan, Ode, yang mengawasi situasi, mulai merasa frustrasi. Melihat betapa tidak ada kemajuannya interaksi mereka, dia dengan cepat mengirim pesan pada Abel.

Ode: ”Action! Apa kek! Lo matung doang gimana mau ada hasil. Tumpahin minuman lo!”

 

Abel menatap pesan itu, merasa ragu. Tumpahkan minuman? Bagaimana jika Auriga marah atau bahkan pergi? Tapi tanpa ada pilihan lain dan ingin sesuatu terjadi.

Abel akhirnya menghela napas dalam, berusaha menguatkan dirinya. Dia mengangkat gelasnya dengan tangan yang sedikit gemetar, dan dengan satu gerakan cepat, “tak sengaja” menumpahkan isinya ke arah lengan Auriga.

 

Cairan dingin mengalir deras di sepanjang lengan jasnya, membuat Abel tersentak dan buru-buru bereaksi dengan kepanikan pura-pura. “Oh tidak! Maaf, maaf sekali!” serunya dengan suara cemas, matanya melebar seolah terkejut.

 

Auriga menoleh perlahan, menatap lengan jasnya yang basah sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Abel. Ekspresinya tetap dingin dan tenang, sama sekali tidak menunjukkan emosi yang Abel harapkan entah marah atau kaget.

 

Abel merasakan kegugupannya meningkat. “Saya benar-benar tidak sengaja… biar saya bantu,” katanya cepat, tangannya bergerak mengambil serbet di meja.

 

Namun, Auriga mengangkat tangannya sedikit, memberi isyarat bahwa dia tak perlu bantuan. “Tidak apa-apa,” ucapnya datar. “Saya saja.”

 

Abel menahan napas. Meski Auriga tidak terlihat marah, pria itu tetap menempatkan dirinya dalam jarak yang terasa dingin dan tidak terjangkau. Dia mengeringkan lengan jasnya dengan tenang menggunakan serbet, lalu kembali meneguk minumannya tanpa mengucapkan lebih banyak kata.

 

Sementara itu, Abel merasa semakin gugup, merasa rencananya tidak berjalan sesuai harapan. Ode jelas memintanya untuk bertindak, namun tidak ada yang berubah Auriga tetap dingin dan sulit didekati.

Tetapi sebelum rasa frustasi itu benar-benar menguasainya, Auriga tiba-tiba membuka mulut.

 “Jangan khawatir,” katanya tanpa melihat ke arah Abel. “Hal seperti ini biasa terjadi.”

 

Abel sedikit lega mendengar suaranya, meski nada Auriga masih tetap datar. Setidaknya dia bicara, pikir Abel. Tapi tetap saja, Abel merasakan bahwa jarak antara mereka masih begitu besar. Auriga tampaknya lebih tertarik dengan minumannya daripada percakapan atau interaksi apapun. Namun, Abel tahu dia tidak bisa menyerah sekarang.

Dia hanya butuh satu langkah lagi, satu momen yang tepat untuk benar-benar menarik perhatian Auriga.

***

Pranggg.....

Saat Abel masih asyik memikirkan cara menarik perhatian Auriga, tiba-tiba saja hiasan botol-botol yang biasanya tergantung di langit-langit bar terlepas.

"AAAAAAUH! SAKIT!" Teriak Abel kencang.

Botol itu jatuh dengan cepat belakang kepala Abel lalu jatuh menghantam meja bar membuat serpihan kacanya berderai mengenai tubuhnya, menyebabkan goresan kecil di beberapa bagian pundak Abel.

 

Auriga langsung bergegas bangkit menghampiri Abel. "Hey! Apa ini, anda baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir sambil memeriksa kondisi Abel. Melihat jelas benda itu mengenai kepala belakang Abel dan menyisakan goresan darah di pundaknya, wajah Auriga berubah serius.

 "Jatuh!" Panik beberapa orang di sekitar Bar.

"Tolong dia!"

Tidak hanya khawatir, Auriga langsung memarahi pihak lounge. "Bagaimana bisa ini terjadi? Seharusnya kalian memeriksa peralatan dan memastikan semua aman! Ini kelalaian, dan kalian bisa dituntut atas kejadian ini," ucapnya tegas, membuat manajer dan bartender yang berada di sekitar panik.

 

Keadaan di ruangan pun berubah menjadi kacau. Beberapa bartender dan staf lounge bergegas membersihkan serpihan kaca dan mencoba menenangkan suasana. Untungnya, Mahendra, ayah Abel, tidak berada di ruangan itu, sehingga situasi masih bisa terkendali tanpa perhatian yang lebih besar.

 

Auriga memastikan Abel mendapatkan perawatan sementara, menatap gadis itu dengan campuran rasa khawatir dan kesal atas kejadian yang tidak terduga ini. Namun, di balik itu semua, Abel merasakan kehangatan dalam perhatian yang Auriga tunjukkan, meskipun situasinya tidak sesuai dengan rencana awalnya, ini sakit sungguhan sial, kepala hingga pundaknya yang di hantam botol benar-benar pening sekali rasanya gelap.

Sial. Abel mengumpat dalam hati dia menahan rasa sakitnya demi semua rencana gila ini.

Saat Auriga sedang berbicara dengan manajer lounge, Abel tiba-tiba merasakan kepala terasa ringan. Dunia di sekelilingnya mulai berputar, dan kegelapan menyelimuti pandangannya. Sebelum ia bisa berbuat apa-apa, tubuhnya limbung dan ia jatuh ke lantai, kehilangan kesadaran.

"Ode... Ode....." Gumam Abel berpikir nyawanya di cabut dan mendadak dia sudah hilang kesadaran.

Terpopuler

Comments

mams dimas

mams dimas

Thor Mahendra anak siapa...atau dia tokoh baru yg ga ada dinovel sebelum nya

2024-12-29

0

yanti auliamom

yanti auliamom

Huhuhu, kena botol sampai pecah gimana ga pusing dan gelap pandangan.... hadeuh semoga yang gendong Auriga, jadi ga sia sia perjuangan nya

2024-12-07

1

Titik Goteng

Titik Goteng

akhir nya ada lanjutan novel Jullian&dilvina yg kutunggu2 kak tris☺ceritakan jg sazli dong kak, pasti seru kalo sazli ktemu ma Abel.

2024-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 1 ABEL OBSES
2 2 SATU LANGKAH
3 3 Tidak Sesuai Rencana
4 4 LANJUTKAN!
5 5 Kamu siapa?
6 6 RUMIT
7 7 Solusi Sementara
8 8 Calon Mantu?
9 9 Drama Telur
10 10 Jangan Baper!
11 11 Kesempatan
12 12 Jatuh Dari Angan
13 13 Di mana dia?
14 14 Membuat Masalah
15 15 Misi Berhasil?
16 16 Lebih dari Cukup
17 17 Lolipop Spesial
18 18 Buka Mata
19 19 Kalah?
20 20 Titik Kembali
21 21 Ke semula
22 22 Membingungkan
23 23 Arabella?
24 24 Wajah di Antara bayang
25 25 It's You,
26 26 Usaha Menangkap
27 27 HANTU!
28 28 Badai Depan Mata
29 29 Caught!
30 30 0 -1
31 31 Come Back
32 32 Sayang?
33 33 Pedas?
34 34 Carolina Reaper
35 35 Pelipur Lara
36 36 Enggak Butuh!
37 37 Keras Kepala
38 38 Serba salah
39 39 Memalukan.
40 40 Polisi!
41 41 Piatu
42 42 Mimpi?
43 43 Terlalu Sempurna
44 44 Tidak Sudi Terinjak.
45 45 Ide
46 46 Ambigu
47 47 SURPRISE
48 48 KAMU
49 49 Mari...
50 50 OM-OM?
51 51 LIMA PULUH SATU
52 52 LIMA PULUH DUA
53 53 LIMA PULUH TIGA
54 54 LIMA PULUH EMPAT
55 55 LIMA PULUH LIMA
56 56 LIMA PULUH ENAM
57 57 LIMA PULUH TUJUH
58 58 LIMA PULUH DELAPAN
59 59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 60 ENAM PULUH
61 61 ENAM PULUH SATU
62 62 ENAM PULUH DUA
63 63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN..
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 Extra Part 1
93 Extra Part 2
94 Extra Part 3
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1 ABEL OBSES
2
2 SATU LANGKAH
3
3 Tidak Sesuai Rencana
4
4 LANJUTKAN!
5
5 Kamu siapa?
6
6 RUMIT
7
7 Solusi Sementara
8
8 Calon Mantu?
9
9 Drama Telur
10
10 Jangan Baper!
11
11 Kesempatan
12
12 Jatuh Dari Angan
13
13 Di mana dia?
14
14 Membuat Masalah
15
15 Misi Berhasil?
16
16 Lebih dari Cukup
17
17 Lolipop Spesial
18
18 Buka Mata
19
19 Kalah?
20
20 Titik Kembali
21
21 Ke semula
22
22 Membingungkan
23
23 Arabella?
24
24 Wajah di Antara bayang
25
25 It's You,
26
26 Usaha Menangkap
27
27 HANTU!
28
28 Badai Depan Mata
29
29 Caught!
30
30 0 -1
31
31 Come Back
32
32 Sayang?
33
33 Pedas?
34
34 Carolina Reaper
35
35 Pelipur Lara
36
36 Enggak Butuh!
37
37 Keras Kepala
38
38 Serba salah
39
39 Memalukan.
40
40 Polisi!
41
41 Piatu
42
42 Mimpi?
43
43 Terlalu Sempurna
44
44 Tidak Sudi Terinjak.
45
45 Ide
46
46 Ambigu
47
47 SURPRISE
48
48 KAMU
49
49 Mari...
50
50 OM-OM?
51
51 LIMA PULUH SATU
52
52 LIMA PULUH DUA
53
53 LIMA PULUH TIGA
54
54 LIMA PULUH EMPAT
55
55 LIMA PULUH LIMA
56
56 LIMA PULUH ENAM
57
57 LIMA PULUH TUJUH
58
58 LIMA PULUH DELAPAN
59
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60
60 ENAM PULUH
61
61 ENAM PULUH SATU
62
62 ENAM PULUH DUA
63
63 ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN..
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
Extra Part 1
93
Extra Part 2
94
Extra Part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!