20 Titik Kembali

Ode mencampurkan obat tidur berdosis tinggi ke dalam minuman Auriga, yang sebelumnya sudah mengandung sedikit alkohol.

Kombinasi itu dipastikan membuat Auriga tertidur lelap selama 7 hingga 8 jam, bahkan sulit sekali untuk dibangunkan. Ode tahu pasti, Abel tidak akan sanggup melakukan apapun dalam situasi ini. Gadis itu terlalu polos, terlalu takut, dan hanya akan menghabiskan malam ini dengan duduk diam atau mungkin sekadar menangis di samping tubuh Auriga yang tak berdaya.

Kontrasepsi yang Ode lemparkan tadi hanyalah wujud kekesalannya. Sebuah sindiran tajam untuk Abel, yang terus-terusan bersikap keras kepala dan enggan melepaskan Auriga dari hidupnya.

"Ini yang lo mau, kan?" gumam Ode dalam hati, sinis. Dia tahu, Abel tak akan berani tentang hal-hal seperti itu. Gadis itu bahkan mungkin akan mengabaikan benda tersebut sepenuhnya.

Ode berjalan menjauh, kepalan tangannya menegang di dalam mobil. Baginya, ini adalah cara terakhir. Cara untuk membuat Abel sadar bahwa obsesinya pada Auriga hanya akan membawanya pada kehancuran tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk semua orang di sekitarnya.

Tapi apa yang Abel lakukan malam itu jauh dari apa yang Ode bayangkan. Namun, mungkin inilah yang sebenarnya Ode harapkan.

Abel tidak menghabiskan waktu di sana berlama-lama. Bukannya memanfaatkan situasi, ia justru memutuskan untuk pergi, meninggalkan Auriga begitu saja.

Amarah membuncah dalam dadanya saat mengetahui kenyataan bahwa Auriga masih berhubungan dengan Sahara mantan yang seharusnya menjadi masa lalu. Rasa sakit itu semakin dalam ketika ia menyadari bahwa Auriga peduli pada anak Sahara, bahkan bersedia memberikan bantuan finansial yang besar seolah bertanggung jawab atas mereka.

Hatinya hancur. Dalam sekejap, seluruh perasaan yang ia miliki untuk Auriga lenyap begitu saja, tergantikan oleh rasa benci yang tidak terelakkan. Abel menyeka air matanya, berusaha menghapus jejak kebodohannya. Ia merasa malu pada dirinya sendiri. Malu karena telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengejar cinta yang tidak berbalas. Malu karena telah mengecewakan dirinya dan papanya.

Tanpa berpikir panjang, Abel melambaikan tangan, memberhentikan sebuah taksi yang melintas. Ia masuk ke dalam, masih memegang kotak kontrasepsi yang tadi Ode lemparkan padanya.

Dengan penuh emosi, Abel meremas kotak itu hingga kusut, lalu meletakkannya di kursi taksi. Ia memutuskan, malam ini adalah akhir dari semuanya. Akhir dari dirinya dan Auriga.

Untungnya ponsel pribadinya, benda kecil itu tetap ia bawa tidak dia tinggal di rumah Oma. Gadis itu menatap keluar jendela di sepanjang jalanan, memandangi jalanan malam yang masih ramai dengan lampu dan kendaraan. Sekali lagi, ia mengumpati dirinya sendiri.

Kenapa harus jatuh cinta pada pria seperti Auriga pikirnya, pahit. Padahal hidupnya begitu indah. Pria seperti apa yang tidak bisa aku dapatkan.

Semua kenangan bersama Auriga senyum, tatapan, kebersamaan terasa hilang begitu saja. Hancur bersama sakit hati yang terus membengkak di dadanya. Abel menangis pelan, air mata mengalir tanpa bisa ia hentikan. Ia mengepalkan tangan, menghentak-hentakkannya ke paha, seolah ingin mengusir semua rasa benci yang memenuhi dirinya.

Di tengah isak tangisnya, Abel tahu satu hal pasti malam ini ia harus melangkah pergi. Dan kali ini, tidak akan ada jalan untuk kembali.

Di tempat lain, sesuai perkataannya, Ode kembali tepat dua jam setelah ia meninggalkan Abel dan Auriga. Namun, begitu tiba, pemandangan yang ia temukan di sana tidak seperti yang ia bayangkan. Abel sudah tidak ada.

Ode panik segera berusaha menghubungi Abel. Kali ini, nomor Abel sudah aktif. Namun, panggilan pertama tidak dijawab. Ode memaki frustrasi, pikirannya dipenuhi kemungkinan buruk. Apakah Abel mencari pertolongan untuk membawa Auriga? Jika iya, dia benar-benar berengs3k pikir Ode.

Setelah beberapa kali mencoba, panggilannya akhirnya terjawab.

“Gue di rumah.”

Hanya satu kalimat itu yang Abel katakan sebelum langsung memutuskan sambungan.

Ode terdiam sejenak, lalu mendesah lega. “Bagus,” gumamnya. Setidaknya, Abel sudah tidak ada di sana lagi.

Tatapan Ode beralih ke Auriga, yang masih terbaring di mobil tanpa daya. Ode berjalan mendekat, memeriksa denyut nadi dan napas pria itu. Semuanya normal tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Lo bakal baik-baik aja,” katanya, lebih kepada dirinya sendiri meyakinkan pria itu baik-baik aja tidak masalah di tinggal.

Dia tahu efek obat tidur yang ia berikan akan hilang dalam beberapa jam. Pagi nanti, Auriga akan terbangun dengan sedikit kebingungan, tapi tidak ada yang mencurigakan. Ode sengaja tidak meminta pertolongan medis. Baginya, lebih baik Auriga terbangun secara alami daripada membuat situasi ini menjadi kepanikan yang tidak perlu.

Sambil menyalakan rokok, Ode bersandar pada pintu mobil. “Lo pikir gue nggak tahu apa yang lo lakuin, lo bengong kan, takutkan?” gumamnya sambil memandang langit malam yang gelap. “Lo nggak berani ngapa-ngapain, gue tahu itu. Lo Cuma nyiksa diri lo sendiri nangis nggak jelas kan, Cil?”

Setelah memastikan semuanya terkendali, Ode melangkah pergi, meninggalkan Auriga di mobil. Di kepalanya, rencana berikutnya mulai tersusun. Abel mungkin sudah pulang ke rumah, tapi ini belum selesai. Abel harus segera pergi dari negara ini

***

Keesokan harinya, suara ponsel yang berdering keras membangunkan Auriga dari tidurnya yang terasa berat. Dengan kepala masih sedikit pusing, ia meraba-raba meja samping tempat tidur dan mengangkat telepon.

“Ya?” suaranya parau. Seperti baru bangun.

“Ga. Ingat, hari ini kita akan melihat villa yang akan saya jual. Sebelum ke sana, mampirlah ke rumah saya. Ada sertifikat dan beberapa gambar yang perlu kamu lihat dulu,” ujar Mahendra di ujung telepon.

Auriga mengusap wajahnya, mencoba sepenuhnya tersadar kenapa dia ada di sana. “Ah iya hari ini, Pak Mahen. Saya akan ke sana.”

Sementara itu, di rumah Mahendra, pria tua itu tengah duduk di ruang kerjanya sambil menelepon mempersiapkan dokumen yang akan ia tunjukkan pada Auriga. Ia tidak menyadari bahwa putrinya, Arabella, sudah ada di rumah pagi itu.

Mahendra terbatuk-batuk pelan saat suara gaduh tiba-tiba terdengar dari arah belakang rumah, dekat kamar Arabella. Dua ekor kucing, Poppy dan Lussy, berlarian melewati ruang tamu, menuju ke arah asal suara tersebut.

“Poppy! Lussy! Aaa, Mommy kangen...!”

Mahendra menghentikan pekerjaannya, tubuhnya menegang. Suara itu... Suara yang sangat ia kenal.

Dengan perlahan, Mahendra meletakkan ponselnya di meja dan berdiri. Ia menoleh ke arah asal suara, hatinya berdegup kencang. “Arabella?” bisiknya penuh keraguan dan harapan.

Langkahnya segera menuju ke belakang rumah, menuju kamar putrinya. Suara itu menggetarkan hatinya, Arabella benar-benar ada di sini? Dia sudah pulang?

Mahendra berhenti di depan pintu kamar, tangannya ragu mengetuk. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak di hatinya. “Arabella, itu kamu?” tanyanya, suaranya bergetar.

Terdengar suara berisik dari dalam, seolah seseorang sedang membereskan sesuatu. Kemudian pintu kamar terbuka perlahan, dan di sana berdiri Arabella, wajahnya terkejut melihat ayahnya berdiri di depan pintu.

“Papa!” teriak Abel dengan tawa ceria yang meluncur dari bibirnya. Tanpa ragu, ia berhambur ke arah Mahendra seperti seorang anak kecil yang sudah lama tidak bertemu orang tuanya.

“Gendong Abel, Pa! Abel mau digendong!” pintanya dengan manja, seolah lupa bahwa dirinya bukan lagi seorang gadis kecil.

Mahendra terkekeh kecil, meski tubuhnya tidak lagi muda, ia dengan penuh kasih mengangkat “bayi besar” itu ke dalam pelukannya. “Duh, berat banget bayi Papa sekarang!” katanya sambil tertawa, namun pelukan hangat itu menguatkan keduanya.

“Lama banget liburannya, Papa ngga ada temen di rumah,” ujar Mahendra dengan nada pura-pura kesal, namun matanya menyiratkan kebahagiaan.

Abel menyandarkan kepalanya di bahu ayahnya, air matanya perlahan mengalir tanpa suara. Ia terisak kecil, tapi Mahendra tidak menyadarinya. Dalam hati Abel, hanya ada satu pria yang benar-benar layak ia beri hati, satu-satunya pria yang tulus mencintai dan melindunginya yaitu ayahnya sendiri.

“Maafin Abel ya, Pa... Maafin Abel udah bikin Papa kesepian,” bisiknya pelan, suaranya bergetar penuh rasa bersalah.

Mahendra mengelus rambut putrinya, merasa ada sesuatu yang berat di hati anaknya. “Apa yang kamu bicarakan? Papa nggak pernah merasa kesepian kalau tahu kamu bahagia,” jawabnya lembut.

Abel mengeratkan pelukannya, tangisnya semakin deras. “Papa adalah segalanya buat Aku. Aku nggak butuh siapa-siapa lagi. Papa cukup...” katanya dalam hati.

Terpopuler

Comments

SasSya

SasSya

Jangan dulu mikir cinta2an belll
kejar cita2 mu , jadilah kebanggaan papamu, perbaiki ,perlebar value-mu
klo jodoh gak akan kemana
dgn Kamu melihat keburukan auri jadikan kamu benci, setidaknya beranjak dr hal konyol yg Kamu lakukan

2024-12-22

2

yanti auliamom

yanti auliamom

maksud Ode kasih waktu buat bobo... malah Abel nemuin chat dr Sahara yang mengucapkan terimakasih karena di transfer uang. Bagus sih Abel jadi bisa jauhin Auriga.
kalau memang jodoh nanti kan ada cara ketemu dan tau bagaimana Auriga dan kenapa bantuin Sahara.

2024-12-21

1

likerain_1308

likerain_1308

kejar cita2mu Abell, pantaskan dirimu, ikuti kemauan pa2 mahendra, suatu saat gantian bikin Auriga yg klepek2 sm kamu Abell 🤭🤭....makasih up nya mb tris, gercep nnt mlm kasih lanjutannya boleh lah 😄😍

2024-12-21

0

lihat semua
Episodes
1 1 ABEL OBSES
2 2 SATU LANGKAH
3 3 Tidak Sesuai Rencana
4 4 LANJUTKAN!
5 5 Kamu siapa?
6 6 RUMIT
7 7 Solusi Sementara
8 8 Calon Mantu?
9 9 Drama Telur
10 10 Jangan Baper!
11 11 Kesempatan
12 12 Jatuh Dari Angan
13 13 Di mana dia?
14 14 Membuat Masalah
15 15 Misi Berhasil?
16 16 Lebih dari Cukup
17 17 Lolipop Spesial
18 18 Buka Mata
19 19 Kalah?
20 20 Titik Kembali
21 21 Ke semula
22 22 Membingungkan
23 23 Arabella?
24 24 Wajah di Antara bayang
25 25 It's You,
26 26 Usaha Menangkap
27 27 HANTU!
28 28 Badai Depan Mata
29 29 Caught!
30 30 0 -1
31 31 Come Back
32 32 Sayang?
33 33 Pedas?
34 34 Carolina Reaper
35 35 Pelipur Lara
36 36 Enggak Butuh!
37 37 Keras Kepala
38 38 Serba salah
39 39 Memalukan.
40 40 Polisi!
41 41 Piatu
42 42 Mimpi?
43 43 Terlalu Sempurna
44 44 Tidak Sudi Terinjak.
45 45 Ide
46 46 Ambigu
47 47 SURPRISE
48 48 KAMU
49 49 Mari...
50 50 OM-OM?
51 51 LIMA PULUH SATU
52 52 LIMA PULUH DUA
53 53 LIMA PULUH TIGA
54 54 LIMA PULUH EMPAT
55 55 LIMA PULUH LIMA
56 56 LIMA PULUH ENAM
57 57 LIMA PULUH TUJUH
58 58 LIMA PULUH DELAPAN
59 59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 60 ENAM PULUH
61 61 ENAM PULUH SATU
62 62 ENAM PULUH DUA
63 63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN..
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 Extra Part 1
93 Extra Part 2
94 Extra Part 3
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1 ABEL OBSES
2
2 SATU LANGKAH
3
3 Tidak Sesuai Rencana
4
4 LANJUTKAN!
5
5 Kamu siapa?
6
6 RUMIT
7
7 Solusi Sementara
8
8 Calon Mantu?
9
9 Drama Telur
10
10 Jangan Baper!
11
11 Kesempatan
12
12 Jatuh Dari Angan
13
13 Di mana dia?
14
14 Membuat Masalah
15
15 Misi Berhasil?
16
16 Lebih dari Cukup
17
17 Lolipop Spesial
18
18 Buka Mata
19
19 Kalah?
20
20 Titik Kembali
21
21 Ke semula
22
22 Membingungkan
23
23 Arabella?
24
24 Wajah di Antara bayang
25
25 It's You,
26
26 Usaha Menangkap
27
27 HANTU!
28
28 Badai Depan Mata
29
29 Caught!
30
30 0 -1
31
31 Come Back
32
32 Sayang?
33
33 Pedas?
34
34 Carolina Reaper
35
35 Pelipur Lara
36
36 Enggak Butuh!
37
37 Keras Kepala
38
38 Serba salah
39
39 Memalukan.
40
40 Polisi!
41
41 Piatu
42
42 Mimpi?
43
43 Terlalu Sempurna
44
44 Tidak Sudi Terinjak.
45
45 Ide
46
46 Ambigu
47
47 SURPRISE
48
48 KAMU
49
49 Mari...
50
50 OM-OM?
51
51 LIMA PULUH SATU
52
52 LIMA PULUH DUA
53
53 LIMA PULUH TIGA
54
54 LIMA PULUH EMPAT
55
55 LIMA PULUH LIMA
56
56 LIMA PULUH ENAM
57
57 LIMA PULUH TUJUH
58
58 LIMA PULUH DELAPAN
59
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60
60 ENAM PULUH
61
61 ENAM PULUH SATU
62
62 ENAM PULUH DUA
63
63 ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN..
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
Extra Part 1
93
Extra Part 2
94
Extra Part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!