7 Solusi Sementara

Pagi hari di kediaman Mahendra, kali ini suasana terasa berbeda. Biasanya pagi-pagi rumah sudah dipenuhi suara berisik putri semata wayangnya, Arabela, yang entah sibuk bermain dengan kucingnya, mengganggu para pembantu atau berolahraga di halaman. Namun, pagi ini semuanya terasa sunyi.

 

“Mana Arabela? Eni?” tanya Mahendra Pada pembantu yang mengantarkan dia secangkir minuman hangatnya. Dia selalu memanggil putrinya dengan nama lengkap, merasa nama itu terdengar manis dan mencerminkan putri kecilnya yang baik hati. Namun, kali ini, tidak ada jawaban.

 

Pembantunya tampak bingung karena dari semalam dia tidak mendengar suara Abel atau melihat Abel di rumah, tapi sebelum dia sempat menjawab, Ode muncul di pintu, membawa pakaian kerja Mahendra yang masih terbungkus rapi dalam plastik. “Abel ke Surabaya kemarin, Pak,” jawab Ode dengan tenang sambil meletakkan pakaian itu ke kursi. “Katanya, masih tentang nggak terima sama kelulusan di kampus yang kita pilih itu.”

 

Mahendra mengernyit. “Ke Surabaya? Tempat Claudia?”

 

“Betul, Pak. Menurut saya, izinkan saja dia di sana. Biar puas-puasin main dulu sebelum dia berangkat ke Aussie. Lagian masih dalam pengawasan kok,” jawab Ode, suaranya terdengar yakin, seperti sudah menyiapkan semua jawaban dengan baik.

 

Mahendra mendengus pelan, lalu mengangguk. “Ambilkan ponsel saya. Saya mau dengar suaranya.”

 

Ode, yang sudah memperkirakan semuanya ini, dengan cepat menyerahkan ponsel Mahendra. “Barusan saya telepon, Pak,” katanya sambil menahan senyum kecil. “Katanya Abel dia baru mau sarapan. Tapi ya, Abel bilang nggak mau bicara sama Papa, lagi nggak mood, katanya. Ya, taulah Abel kalau merajuk gimana.”

 

Mahendra terdiam sejenak, menatap Ode dengan pandangan penuh arti. Dia tahu putrinya punya sifat keras kepala, tapi tetap saja, hati kecilnya sedikit sedih mendengar jawaban itu. “Hmmm, oke, Papa terima,” katanya akhirnya, mencoba terlihat tenang meski di dalam hatinya ada rasa sedih yang tidak dia ungkap.

 

Dia perlahan mengambil cangkir tehnya, menyesap dengan anggun. Pikiran-pikirannya melayang pada Arabela, putri kecil yang telah menemaninya sejak lahir. Dari bayi hingga sekarang, dia selalu membawa Abel ke mana pun, bahkan saat tugas kerja membawanya berpindah-pindah. Namun kini, semuanya berubah. Arabela telah dewasa, dan Mahendra tahu saatnya sudah tiba untuk membiarkan putrinya melangkah sendiri, membiarkan dia melangkah dengan kakinya sendiri.

 

“Pastikan Arabela baik-baik saja, selalu awasi dia,” ujar Mahendra pelan, menyerahkan kembali ponselnya pada Ode. Tapi saat akan melanjutkan tehnya, pikirannya terhenti oleh sesuatu yang telah lama terlintas di benaknya.

 

“Sebentar, Ode,” kata Mahendra, menatap pria feminin namun tetap berpakaian seperti pria tulen yang sudah berusia 38 tahun itu dengan sorot mata serius. “Ada yang ingin saya tanyakan.”

 

Ode, yang sudah bekerja dengan Mahendra sejak dia berusia 21 tahun saat Abel bahkan baru berusia satu tahun hanya mengangguk pelan, menunggu pertanyaan bosnya.

 

“Menurutmu,” Mahendra memulai dengan hati-hati, “Apakah Arabela... sudah mulai dekat dengan pria?”

 

Ode menahan napas sejenak, mencoba membaca maksud dari pertanyaan itu. Mahendra melanjutkan, “Kencan maksudnya?”

Anak anda pak, bukan di dekatin bukan kencan, noh! Dia lagi ngejar lakik. Duh pusing tau!

“Ya.”Jawab Mahendra lagi.

Ode tersenyum menatap Mahendra untuk memberikan jawab, “Seperti yang kita tau dia bukan tipe yang suka bergaul. Dia hanya dekat dengan segelintir orang. Tapi... Ya kita nggak tahu segalanya. Mungkin ada sesuatu yang kita lewatkan, sepengetahuan saya sih Abel hanya dekat-dekat biasa sama teman-teman cowoknya. Kalau kencan sih belum ada.”

“Hemmmm selalu awasi dia... “ Mahendra merasa seakan tidak siap saat putri kecilnya beranjak ke arah sana lalu meninggalkan dia, Ya itu memang akan terjadi tapi dia berharap tidak dengan orang yang salah.

 

“Pak Mahen tenang aja, saya akan selalu awasi dia. Kalau ada sesuatu, saya pastikan Pak Mahen jadi orang pertama yang tahu.”

 

Mahendra mengangguk pelan, mencoba mempercayai kata-kata Ode. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan gelisah yang sulit dia abaikan. Sebagai seorang ayah, Mahendra merasa dia mengenal putrinya. Tapi semakin dewasa Arabela, semakin banyak hal yang tampaknya mulai menjauh dari kendalinya.

***

Pagi menjelang siang, suasana di rumah sakit mulai terasa lebih hidup. Suara langkah kaki terdengar di sepanjang lorong, bercampur dengan dering telepon dari meja resepsionis dan obrolan pelan para pengunjung yang mulai berdatangan. Pintu-pintu kamar pasien sesekali terbuka dan tertutup, menampilkan kesibukan para perawat yang berlalu-lalang membawa peralatan medis atau petugas rumah sakit yang mengantar makanan.

Kondisi Abel akhirnya dinyatakan baik-baik saja. Darah yang semalam berserakan di lantai ternyata hanya akibat jarum infus yang sengaja dia lepas. Itu semua adalah bagian dari manipulasi Abel, cara liciknya untuk memperkeruh keadaan dan memastikan Auriga tidak meninggalkannya begitu saja. “Kalau nggak seperti ini, mana mungkin dia tetap di sini?” pikir Abel, puas dengan rencananya.

 

Siang hari, keadaan Abel sudah membaik. Dokter bahkan memberikan izin untuk memulangkannya, meskipun tetap menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. Hal itu justru membuat Auriga semakin frustrasi.

“Ya pulang saja, apa urusan saya.”

“Dia sudah bisa pulang,” ujar dokter dengan tenang. “Tapi... kondisinya masih perlu dipantau. Sampai sekarang, dia masih belum mengenali apa pun, dan itu cukup membingungkan mengingat tidak ada cedera serius di kepala akibat jatuhnya botol itu. Benturannya kuat, tapi tidak menimbulkan kerusakan yang signifikan. Bisa jadi, kondisinya ini bukan akibat insiden kemarin, melainkan memang sudah ada sebelumnya.”

 

Auriga mendengarkan penjelasan itu dengan alis bertaut, otaknya berusaha mencerna informasi tersebut. “Jadi dia memang... begini?” pikirnya sambil memijat pelipis. “Atau dia mengalami kerusakan saraf?”

“Nah itu, itu yang di takutkan. Untuk pemeriksaan itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, sebaiknya cari keluarganya, ini di sinyalir dia bukan sakit baru, seperti mungkin ada kelainan dari sebuah tekanan mental membuat kemampuan mengingatnya melemah atau hilang.”

Auriga semakin frustrasi memikirkan mencari keluarganya di mana, tapi sebelum dia sempat memutuskan apa yang harus dilakukan, ponselnya bergetar di saku. Dia meraih ponsel itu dan melihat nama yang terpampang di layar Oma.

 

Auriga menghela napas pelan sebelum menjawab panggilan itu. Suara berisik neneknya langsung terdengar di ujung telepon.

 "Oma?"

“Kamu di mana, Ga? Katanya mau pulang ke Oma semalam. Kok sampai sekarang nggak muncul juga?” suara sang Oma penuh kekhawatiran, tapi tetap hangat seperti biasanya.

 

Auriga terdiam sejenak, mencoba mencari alasan. Dia menegakkan tubuhnya, berusaha membuat nadanya terdengar tenang. “Ya, Oma, ini lagi di jalan. Ada pekerjaan mendadak semalam, jadi nggak sempat pulang.”

 

“Pekerjaan apa lagi sampai tengah malam? Kamu masih di Jakarta, kan? Oma nungguin kamu sampai ketiduran!”

 

Auriga tersenyum tipis, “Oma tenang saja. Sebentar lagi saya pulang. Oma lagi di mana sekarang?” Dia mencoba mengalihkan pembicaraan dengan nada santai.

“Tenang-tenang, Oma lagi mau pergi ke tempat pencarian pembantu,” jawab sang nenek. “Mbak yang biasa kerja di rumah kan pulang kampung buat nikah. Jadi Oma mau cari yang bisa bantu, biar si Narsih sama Wiwid nggak terlalu repot. Sekalian yang bisa temani Oma ke mana-mana.”

 

“Mbak baru?” Auriga mengulang, matanya tiba-tiba berbinar sejenak, seperti teringat sesuatu. “Oma butuh yang muda? Kayak yang kemarin?”

 

“Iya, biar bisa temani Oma. Oma kan nggak bisa sendiri terus,” jawab neneknya sambil tertawa kecil. “Kamu tahu kan, Oma maunya ada yang enerjik. Kalau Narsih dan Wiwid aja, kasihan. Mereka kan udah tua.”

 

Auriga terdiam sejenak, pikirannya mulai bergerak liar. Wanita di ruangan perawatan itu muncul di benaknya. Wajahnya yang polos, kondisi fisiknya yang normal hanya saja, linglung. Dia bisa menjawab semua pertanyaan dokter dengan baik, tapi tidak tahu siapa dirinya, di mana dia tinggal, atau apa yang terjadi sebelumnya. Satu-satunya hal yang terus dia ulang adalah panggilan “Mas,” sesuatu yang membuat Auriga merinding sekaligus bingung. “Mas? Apa maksudnya? Siapa yang dia cari?”

 

Sambil menahan napas, Auriga mulai mempertimbangkan sebuah ide. “Kalau dia nggak tahu siapa dirinya, nggak punya tempat untuk pulang, mungkin... dia bisa tinggal sama Oma. Dia kan butuh tempat pulang dan Oma butuh seseorang.” Pikiran itu terus berputar di kepalanya, meski dia sendiri belum yakin apakah ini ide yang brilian atau justru bencana.

 

“Oma,” katanya perlahan, mencoba mengukur respons neneknya. “Kalau ada yang... ‘mungkin' nggak punya pengalaman tapi kelihatannya baik, bisa kerja untuk Oma, gimana?”

 

Neneknya terdengar sedikit bingung di ujung telepon. “Maksud kamu apa, Auriga? Kamu kenal seseorang?”

 

“Hmm, mungkin. Tapi aku belum yakin,” jawab Auriga, berusaha terdengar santai. “Nanti aku lihat dulu. Kalau memang cocok, bisa kenalkan ke Oma.”

 

“Oke, tapi cepat ya. Oma butuh sekarang, Oma kan mau pergi ke acara besok.” ujar sang nenek.

“Iya Oma, segera.”

Setelah menutup telepon, Auriga berdiri diam di lorong rumah sakit, menatap pintu ruangan wanita itu. Ide yang tadi sempat terlintas mulai terasa lebih masuk akal, meski dia tahu ada risiko di baliknya.

Membawa wanita tanpa identitas untuk tinggal bersama neneknya bukanlah keputusan masuk akal. Tapi di satu sisi, dia dia bingung akan di apakah wanita ini, dia di buat bertanggung jawab atas kondisi wanita itu, sial, Lempar ke dinas sosial gimana?

 

Auriga yang bimbang pun menyampaikan rencananya kepada dokter yang menangani wanita itu dan tahu semuanya. Dengan hati-hati, dia menjelaskan bahwa dia berencana membawa wanita tersebut ke rumah neneknya untuk sementara waktu, sambil memastikan kondisinya tetap diawasi. Dokter mendengarkan dengan serius, kemudian memberikan saran yang cukup masuk akal.

 

“Jika Anda memang bersedia membawanya, itu sebenarnya langkah yang baik,” kata dokter dengan nada yakin. “Kasihan jika dia langsung dibawa ke panti sosial. Di sana terlalu banyak orang, dan mungkin pengobatannya tidak akan terawasi dengan baik. Namun, jika nanti Anda merasa kewalahan atau dia menunjukkan perilaku yang membahayakan, seperti memukul atau bertindak kasar, maka kita bisa mempertimbangkan alternatif lain, seperti rumah sakit jiwa atau panti sosial yang memang menangani kasus seperti ini, itu tidak akan jadi masalah jika memang benar anda tidak kenal dia.” Dokter masih saja tidak yakin Auriga tidak kenal wanita itu sebab wanita itu tampak terus memanggil dia dengan mas dan mas.

Sial, aku benar  tidak kenal dia! Kenapa semua orang tidak percaya!

 

Auriga mengangguk, “Jadi, menurut Anda, membawa dia untuk sementara waktu adalah langkah yang tepat?”

 

Dokter mengangguk. “Paling tidak, cobalah beberapa hari atau minggu ke depan. Jika dia menunjukkan tanda-tanda pemulihan atau tidak merepotkan, itu akan jauh lebih baik untuknya dibanding langsung dimasukkan ke institusi. Tapi ingat jika kondisinya memburuk atau Anda merasa tidak sanggup lagi, jangan ragu untuk meminta bantuan kami atau  bantuan pihak khusus untuk kasus seperti itu.”

 

Auriga menghela napas panjang. Saran dokter itu masuk akal, tapi tetap saja ini adalah keputusan besar. Membawa seseorang tanpa identitas dan dengan kondisi mental yang tidak stabil bukanlah sesuatu yang biasa. Tapi di satu sisi, dia merasa tidak bisa meninggalkan wanita itu begitu saja.

 

“Baiklah,” kata Auriga akhirnya. “Saya akan coba beberapa waktu ke depan."

 

Dokter tersenyum kecil, mengangguk. “Langkah yang Bagus, Pak Riga. Semoga ini menjadi keputusan yang baik untuk semuanya.”

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

yanti auliamom

yanti auliamom

Nah loh Wkwkwk.
Jadi "temen" Oma Mas Riga tuh Bel... ya gapapa, sementara nanti cari cara buat makin Deket. Untung Oma bukan cari pembantu yang job desk nya seperti art kebanyakan, emang yang khusus nemenin Oma... gaslah Bel 😁🤣

2024-12-10

2

SasSya

SasSya

hallllaaaaaaahhhhhhh
lain di mulut lain kenyataan deeee odee
klo terjadi apa2 sama anak bos
habis kau!!

"mas"
masalah buanget za ga
bikin gak bisa lari
berasa harus tangung jawab 😂🙆🏻‍♀️🤭

2024-12-21

1

Nastiti Titi

Nastiti Titi

ya ampuun Abel,kamu udah terlalu jauh melangkah sampe dikira km ga punya keluarga mo dijadikan ART Omanya Riga,lucu...,lanjut Kak Tris .. Ode jg gitu mlh ngedukung Abel...😄

2024-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 1 ABEL OBSES
2 2 SATU LANGKAH
3 3 Tidak Sesuai Rencana
4 4 LANJUTKAN!
5 5 Kamu siapa?
6 6 RUMIT
7 7 Solusi Sementara
8 8 Calon Mantu?
9 9 Drama Telur
10 10 Jangan Baper!
11 11 Kesempatan
12 12 Jatuh Dari Angan
13 13 Di mana dia?
14 14 Membuat Masalah
15 15 Misi Berhasil?
16 16 Lebih dari Cukup
17 17 Lolipop Spesial
18 18 Buka Mata
19 19 Kalah?
20 20 Titik Kembali
21 21 Ke semula
22 22 Membingungkan
23 23 Arabella?
24 24 Wajah di Antara bayang
25 25 It's You,
26 26 Usaha Menangkap
27 27 HANTU!
28 28 Badai Depan Mata
29 29 Caught!
30 30 0 -1
31 31 Come Back
32 32 Sayang?
33 33 Pedas?
34 34 Carolina Reaper
35 35 Pelipur Lara
36 36 Enggak Butuh!
37 37 Keras Kepala
38 38 Serba salah
39 39 Memalukan.
40 40 Polisi!
41 41 Piatu
42 42 Mimpi?
43 43 Terlalu Sempurna
44 44 Tidak Sudi Terinjak.
45 45 Ide
46 46 Ambigu
47 47 SURPRISE
48 48 KAMU
49 49 Mari...
50 50 OM-OM?
51 51 LIMA PULUH SATU
52 52 LIMA PULUH DUA
53 53 LIMA PULUH TIGA
54 54 LIMA PULUH EMPAT
55 55 LIMA PULUH LIMA
56 56 LIMA PULUH ENAM
57 57 LIMA PULUH TUJUH
58 58 LIMA PULUH DELAPAN
59 59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 60 ENAM PULUH
61 61 ENAM PULUH SATU
62 62 ENAM PULUH DUA
63 63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN..
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 Extra Part 1
93 Extra Part 2
94 Extra Part 3
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1 ABEL OBSES
2
2 SATU LANGKAH
3
3 Tidak Sesuai Rencana
4
4 LANJUTKAN!
5
5 Kamu siapa?
6
6 RUMIT
7
7 Solusi Sementara
8
8 Calon Mantu?
9
9 Drama Telur
10
10 Jangan Baper!
11
11 Kesempatan
12
12 Jatuh Dari Angan
13
13 Di mana dia?
14
14 Membuat Masalah
15
15 Misi Berhasil?
16
16 Lebih dari Cukup
17
17 Lolipop Spesial
18
18 Buka Mata
19
19 Kalah?
20
20 Titik Kembali
21
21 Ke semula
22
22 Membingungkan
23
23 Arabella?
24
24 Wajah di Antara bayang
25
25 It's You,
26
26 Usaha Menangkap
27
27 HANTU!
28
28 Badai Depan Mata
29
29 Caught!
30
30 0 -1
31
31 Come Back
32
32 Sayang?
33
33 Pedas?
34
34 Carolina Reaper
35
35 Pelipur Lara
36
36 Enggak Butuh!
37
37 Keras Kepala
38
38 Serba salah
39
39 Memalukan.
40
40 Polisi!
41
41 Piatu
42
42 Mimpi?
43
43 Terlalu Sempurna
44
44 Tidak Sudi Terinjak.
45
45 Ide
46
46 Ambigu
47
47 SURPRISE
48
48 KAMU
49
49 Mari...
50
50 OM-OM?
51
51 LIMA PULUH SATU
52
52 LIMA PULUH DUA
53
53 LIMA PULUH TIGA
54
54 LIMA PULUH EMPAT
55
55 LIMA PULUH LIMA
56
56 LIMA PULUH ENAM
57
57 LIMA PULUH TUJUH
58
58 LIMA PULUH DELAPAN
59
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60
60 ENAM PULUH
61
61 ENAM PULUH SATU
62
62 ENAM PULUH DUA
63
63 ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN..
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
Extra Part 1
93
Extra Part 2
94
Extra Part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!