14 Membuat Masalah

Setelah dua jam menghilang, Abel akhirnya muncul dari pintu lobby rumah sakit dengan santainya seakan tidak membuat hal apapun.

Tangan kirinya menenteng bungkusan makanan, sementara tangan kanannya memegang tangkai permen lolipop yang masih dia masukan ke dalam mulut.

Langkahnya santai sekali seperti anak kecil yang baru selesai bermain dan pulang membawa jajanan. Permen lolipop memang salah satu kesukaannya, meskipun dulu saat kecil sang papa melarang karena giginya pernah rusak akibat terlalu banyak memakan permen. Kini, meskipun jarang, ia pasti menikmatinya di saat-saat ia merasa galau atau banyak pikiran.

"Itu dia! Itu Ana!" Teriak Cecil tiba-tiba, menunjuk ke arah Abel.

Auriga yang berdiri tidak jauh dari area pintu gerbang segera menoleh, matanya membelalak lega sekaligus marah. Napasnya berat, seperti seseorang yang baru saja melewati ujian panjang. Gadis itu akhirnya muncul, setelah dua jam Auriga sudah lelah mencarinya ke segala penjuru.

Namun, Abel sama sekali tidak menyadari situasi tersebut. Dengan tatapan kosong, ia terus berjalan menuju mobil, sesekali mengulum lolipopnya tanpa memperhatikan sekeliling. Baru beberapa langkah, Auriga berjalan cepat menghampirinya, tangannya langsung mencengkeram lengan Abel dengan kuat, membuat langkah gadis itu terhenti mendadak.

"Darimana saja, kamu?!" Auriga bertanya tajam. Tatapannya dingin, penuh kemarahan yang terpendam.

Abel tersentak. Permennya jatuh ke lantai, dan ia hanya bisa menatap Auriga dengan ekspresi bingung bercampur takut. "A-a..." gumamnya, tak mampu menjawab.

"Dari mana saja?!" ulang Auriga dengan nada lebih tinggi. "Semua orang di sini sibuk mencarimu! Apa kamu tahu betapa paniknya mereka betapa paniknya saya!"

Abel akhirnya menundukkan kepala, merasa kecil di bawah tatapan tajam pria itu. Dengan suara pelan, ia menjawab, "Dari toilet."

Auriga mengerutkan dahi, tidak puas dengan jawaban itu. "Toilet? Semua toilet sudah diperiksa! Jangan bohong!"

"Ya, dari toilet," balas Abel datar. Matanya sedikit menyipit, mengintip ke arah Auriga.

"Untuk apa berbohong? Kenapa m berharap aku di tempat lain ya... atau mungkin menghilang saja?"

Kalimat itu seperti sindiran. Auriga terdiam sesaat, lalu rahangnya mengeras. Nada Abel yang dingin dan penuh sindiran itu benar-benar menusuk, seolah menuduhnya berharap Abel tidak kembali.

"Ya, menghilang! Menghilanglah terserah!" bentak Auriga dengan nada tajam. "Tapi jangan saat kamu bersama saya, dan jangan saat kamu menjadi tanggung jawab di keluargaku!"

Abel hanya menatapnya sekilas, matanya mulai terlihat lelah. "Okay segera." jawabnya singkat, udah lelah, sebelum melepaskan cengkeraman Auriga dari lengannya dan berjalan pergi begitu saja meninggalkan pria yang masih marah itu.

Namun Auriga tidak membiarkannya begitu saja. Langkahnya segera mengejar Abel, tangannya terulur, memegang bahu gadis itu untuk menghentikannya. "Tunggu!" katanya, suaranya lebih tenang tapi tetap penuh tekanan.

Abel berbalik dengan malas, tatapannya kosong.

"Lihat sekelilingmu," kata Auriga, menunjuk ke arah para satpam, perawat, dan beberapa orang lain yang akhirnya lega melihat Ana kembali. "Semua orang di sini membantu mencarimu. Ini bukan tempat yang kamu kenal, ini kota asing. Apa kamu pikir orang lain bisa tenang kamu hilang gitu aja?”

Abel menatap Auriga, matanya berkaca-kaca. Namun, ia hanya mengangguk kecil, tidak mengatakan sepatah kata pun. Ada sesuatu dalam suara Auriga yang membuatnya merasa bersalah, tapi juga terlalu lelah untuk melawan.

Auriga menarik napas panjang, menatap gadis itu sekali lagi sebelum akhirnya melepas tangannya dari bahu Abel. "Jangan lakukan itu lagi," ucapnya pelan.

Abel hanya mengangguk sekali lagi, lalu berjalan menuju mobil tanpa sepatah kata. Tapi kali ini, ia merasakan sesuatu yang berbeda sesuatu yang hangat namun juga menusuk, menyadarkannya bahwa di balik sikap Auriga, ada kekhawatiran yang dia rasakan.

Abel benar-benar membuat Cecil muak dan kesal. Setelah drama menghilangnya Abel yang menyebabkan kepanikan besar di rumah sakit, Cecil harus menghadapi kemarahan Auriga, yang meluapkan frustrasinya pada semua orang, termasuk dirinya.

Kini,Auriga, tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan semua rencana perjalanan kerja mereka di kota itu. Hotel mewah yang sudah Cecil pesan, restoran-restoran terbaik yang ia siapkan untuk menjamu bos-bos besar, dan kunjungan penting semuanya dibatalkan. Auriga memutuskan untuk melanjutkan semua urusan di Jakarta saja.

Cecil yang awalnya berharap bisa menikmati sedikit waktu bersantai sambil memanfaatkan fasilitas mewah perjalanan kerja, kini hanya bisa merutuki Abel. Saking kesalnya, Cecil memutuskan untuk “menghukum” gadis itu secara diam-diam.

Saat mereka tiba di bandara, Cecil mengatur jadwal penerbangan mereka berbeda. Ia dan Auriga akan berangkat pukul lima sore sesuai rencana awal, sementara Abel, dengan alasan “kesalahan pemesanan tiket,” dibuatkan jadwal penerbangan terakhir malam itu.

Auriga, yang sibuk dengan ponselnya untuk mengurus pekerjaan, sama sekali tidak menyadari apa yang dilakukan Cecil.

Sepanjang waktu di bandara, pria itu hanya fokus pada email dan panggilan telepon, bahkan tidak memerhatikan bahwa jadwal Abel berbeda.

Cecil mendekati Abel di terminal keberangkatan dengan wajah dibuat-buat, menampilkan ekspresi menyesal. “Ana, maaf ya,” katanya dengan nada yang terdengar lembut. “Tadi ada kesalahan pas booking tiket. Tiket kamu jadinya di penerbangan terakhir malam ini. Aku nggak bisa apa-apa, sistemnya error.”

Abel, yang sejak tadi hanya duduk diam, menatap Cecil sejenak, lalu mengangguk kecil. “Nggak apa-apa, Mbak. Saya tunggu saja.”

Cecil tersenyum tipis, puas dengan respons Abel yang tidak banyak tanya. Dalam hatinya, ia merasa puas karena berhasil memberikan “pelajaran kecil” pada gadis itu tanpa terlihat terlalu mencolok.

Kini, Abel duduk sendirian di terminal keberangkatan yang mulai lengang. Ia memandangi layar informasi penerbangan sambil memegang tiketnya dengan pasrah.

Sesaat, ia berpikir bahwa mungkin Cecil benar-benar tidak sengaja membuat kesalahan. Namun, jauh di dalam hatinya, ia merasa ada sesuatu yang janggal. Tetap saja, ia memilih untuk diam, tidak ingin memperpanjang masalah yang sudah cukup melelahkan.

Sementara itu, Cecil berjalan kembali ke ruang tunggu tempat Auriga berada, dengan ekspresi lega. Ia tahu Abel akan diam dan menerima apa pun tanpa protes, dan itu membuat rencananya berjalan lancar. Tetapi, Cecil tidak tahu bahwa Abel, meskipun terlihat pasrah, diam-diam mencatat setiap perlakuan yang ia terima sebuah catatan dalam ingatan yang mungkin akan terungkap di waktu yang tepat atau dia balas.

Saat pesawat mulai bersiap untuk lepas landas, Auriga yang duduk di kelas bisnis berdampingan dengan Cecil akhirnya menyelesaikan pekerjaannya. Ia menutup laptopnya, melepas kacamata, lalu menoleh ke arah Cecil.

“Duduk di mana Ana?” tanyanya sambil meluruskan punggungnya.

Cecil menoleh pelan, lalu memasang ekspresi yang dibuat-buat seperti seseorang yang baru teringat sesuatu. “Loh, Ana nggak bilang ya, Pak? Tadi dia tanya ke saya soal penerbangan sore ini. Katanya kalau penerbangannya ramai, dia sebaiknya terbang yang berikutnya aja karena takut naik pesawat kalau terlalu banyak orang. Jadi, ya, saya bilang nggak masalah asal izin ke Bapak. Dan... katanya Bapak setuju,” ujar Cecil dengan nada tenang, seperti menyampaikan sesuatu yang sepele.

Auriga menatap Cecil dengan pandangan tak percaya,“Kamu bercanda, Cecil?” Suaranya tegas, membuat Cecil sedikit terperanjat.

“Pak, tadi dia—“

Auriga sudah tidak mendengarkan. Dia bangkit dengan cepat dari kursinya, membuat Cecil terdiam. “Saya berusaha selesaikan masalah ini, kamu malah nambah-nambahin masalah. Membiarkan dia terbang sendiri? Are you okay?” katanya dengan nada penuh frustrasi.

“Pak, tapi dia sendiri yang bilang—“

Auriga berjalan cepat di sepanjang lorong pesawat, langkahnya terburu-buru. Para pramugari yang tengah bersiap untuk menutup pintu menatapnya dengan shock. Salah satu dari mereka segera menghampiri, mencoba menghentikannya.

“Maaf, Pak, Anda tidak bisa keluar sekarang. Pintu akan segera ditutup, dan kami harus terbang tepat waktu. Ini sudah aturannya,” ujar pramugari dengan nada sopan namun tegas.

Auriga menatapnya sekilas, menarik napas panjang untuk menahan emosinya. “Ya, saya tahu,” jawabnya sambil melanjutkan langkah.

“Pak, jika Anda turun, kami harus mengurus dokumen ulang. Ini akan menyebabkan delay, dan—“

“Saya akan tanggung semuanya,” potong Auriga tegas, lalu menggenggam erat ponselnya. “Atau tinggal saja saya. Saya terbang dengan yang berikutnya.”

Para pramugari saling pandang, bingung dan sedikit panik. Seorang supervisor kabin dengan cepat menghampiri, mencoba menangani situasi. “Pak, ini akan memakan waktu—“

Auriga tidak menjawab lagi. Ia melangkah keluar dari pesawat sampai berlarian kecil meninggalkan pramugari yang mulai panik dengan situasi penumpang yang memutuskan turun di menit terakhir.

Sementara itu, Cecil duduk diam di kursinya, ekspresinya bingung. Dia memaki dalam hati, “Ana sialan!” ia kesal sekali dan semakin muak sekali dengan Ana, semuanya tidak sesuai rencananya.

Auriga berjalan jauh, langkahnya tergesa-gesa menyusuri setiap sudut bandara mencari keberadaan Ana. Wajahnya penuh kecemasan, matanya terus mengamati kerumunan, berharap menemukan sosok yang dicarinya.

Di benaknya, bayangan Ana tidak mau pergi. Tatapan kosong, tubuh lemah tak berdaya, dan ekspresi penuh kelelahan itu seakan terpatri di pikirannya. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan bersalah yang semakin menghantui.

Auriga berhenti sejenak, menghela napas panjang sambil menyapu pandangannya ke seluruh area terminal. Namun, tak ada tanda-tanda gadis itu. Rasa frustrasi mulai menghampiri, tapi ia menolak menyerah.

Dia terus melanjutkan pencariannya, bertanya pada petugas keamanan, staf bandara, bahkan penumpang yang lewat, “Apakah Anda melihat seorang gadis muda, rambut sebahu, membawa tas kecil?”

“Banyak orang di sini, bagaimana bisa tau itu yang anda cari.”

Namun, jawaban yang ia terima hanya gelengan kepala atau jawaban samar. Auriga mengusap wajahnya, “Tidak bisakah sekali saja tidak membuat masalah.” Katanya kesal namun masih penuh kekhawatiran.

Terpopuler

Comments

🔥🔥🔥

🔥🔥🔥

lagian kamu bikin rencana gak mikir dulu tadi saja abel hilang di toilet Riga paniknya begitu apalagi ini kamu tinggal di bandara

2024-12-17

2

Nastiti Titi

Nastiti Titi

ya ampun Abel kamu merepotkan orang,lama2 kasihan jg sama Auriga..
awas ya Cil,klo ketahuan km yg membuat kekacauan br tau rasa..,😁

2024-12-16

1

likerain_1308

likerain_1308

cecil mmg hrs di ksh efek jera nii, Abell kemana sebenernya....makasih mb tris up nya...di bkn gantung nii, penasaran bgt kelanjutannya...

2024-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 1 ABEL OBSES
2 2 SATU LANGKAH
3 3 Tidak Sesuai Rencana
4 4 LANJUTKAN!
5 5 Kamu siapa?
6 6 RUMIT
7 7 Solusi Sementara
8 8 Calon Mantu?
9 9 Drama Telur
10 10 Jangan Baper!
11 11 Kesempatan
12 12 Jatuh Dari Angan
13 13 Di mana dia?
14 14 Membuat Masalah
15 15 Misi Berhasil?
16 16 Lebih dari Cukup
17 17 Lolipop Spesial
18 18 Buka Mata
19 19 Kalah?
20 20 Titik Kembali
21 21 Ke semula
22 22 Membingungkan
23 23 Arabella?
24 24 Wajah di Antara bayang
25 25 It's You,
26 26 Usaha Menangkap
27 27 HANTU!
28 28 Badai Depan Mata
29 29 Caught!
30 30 0 -1
31 31 Come Back
32 32 Sayang?
33 33 Pedas?
34 34 Carolina Reaper
35 35 Pelipur Lara
36 36 Enggak Butuh!
37 37 Keras Kepala
38 38 Serba salah
39 39 Memalukan.
40 40 Polisi!
41 41 Piatu
42 42 Mimpi?
43 43 Terlalu Sempurna
44 44 Tidak Sudi Terinjak.
45 45 Ide
46 46 Ambigu
47 47 SURPRISE
48 48 KAMU
49 49 Mari...
50 50 OM-OM?
51 51 LIMA PULUH SATU
52 52 LIMA PULUH DUA
53 53 LIMA PULUH TIGA
54 54 LIMA PULUH EMPAT
55 55 LIMA PULUH LIMA
56 56 LIMA PULUH ENAM
57 57 LIMA PULUH TUJUH
58 58 LIMA PULUH DELAPAN
59 59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 60 ENAM PULUH
61 61 ENAM PULUH SATU
62 62 ENAM PULUH DUA
63 63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN..
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 Extra Part 1
93 Extra Part 2
94 Extra Part 3
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1 ABEL OBSES
2
2 SATU LANGKAH
3
3 Tidak Sesuai Rencana
4
4 LANJUTKAN!
5
5 Kamu siapa?
6
6 RUMIT
7
7 Solusi Sementara
8
8 Calon Mantu?
9
9 Drama Telur
10
10 Jangan Baper!
11
11 Kesempatan
12
12 Jatuh Dari Angan
13
13 Di mana dia?
14
14 Membuat Masalah
15
15 Misi Berhasil?
16
16 Lebih dari Cukup
17
17 Lolipop Spesial
18
18 Buka Mata
19
19 Kalah?
20
20 Titik Kembali
21
21 Ke semula
22
22 Membingungkan
23
23 Arabella?
24
24 Wajah di Antara bayang
25
25 It's You,
26
26 Usaha Menangkap
27
27 HANTU!
28
28 Badai Depan Mata
29
29 Caught!
30
30 0 -1
31
31 Come Back
32
32 Sayang?
33
33 Pedas?
34
34 Carolina Reaper
35
35 Pelipur Lara
36
36 Enggak Butuh!
37
37 Keras Kepala
38
38 Serba salah
39
39 Memalukan.
40
40 Polisi!
41
41 Piatu
42
42 Mimpi?
43
43 Terlalu Sempurna
44
44 Tidak Sudi Terinjak.
45
45 Ide
46
46 Ambigu
47
47 SURPRISE
48
48 KAMU
49
49 Mari...
50
50 OM-OM?
51
51 LIMA PULUH SATU
52
52 LIMA PULUH DUA
53
53 LIMA PULUH TIGA
54
54 LIMA PULUH EMPAT
55
55 LIMA PULUH LIMA
56
56 LIMA PULUH ENAM
57
57 LIMA PULUH TUJUH
58
58 LIMA PULUH DELAPAN
59
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60
60 ENAM PULUH
61
61 ENAM PULUH SATU
62
62 ENAM PULUH DUA
63
63 ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN..
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
Extra Part 1
93
Extra Part 2
94
Extra Part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!