8 Calon Mantu?

Di dalam sebuah mobil, Auriga duduk sambil menunggu Cecil, sekretarisnya, yang sedang menemani wanita asing seorang tanpa identitas jelas mencari pakaian di sebuah toko. Bersama Auriga, ada seorang sopir dari cabang perusahaan mereka di Jakarta. Hari ini seharusnya Auriga bekerja di kantor cabang mereka di kawasan elite Jakarta itu, sesuai jadwalnya selama seminggu ke depan.

Namun, karena kejadian tak terduga ini, ia memutuskan untuk menyelesaikan "urusan" dengan wanita itu terlebih dahulu, mengantarkannya ke tempat sang nenek. Sesuai rencananya, wanita itu akan membantu neneknya sebagai asisten, meski Auriga sendiri masih meragukan keputusan tersebut.

Sepanjang perjalanan dari rumah sakit, wanita itu hanya diam. Sangat diam, seperti seseorang yang kehilangan arah. Dia menurut saja apa yang Auriga katakan, ke mana pun dibawa, tanpa protes. Sumpah, demi apa pun, dia tidak seperti ini saat pertama kali bertemu. Wanita itu bertanya banyak hal, padahal jelas kehadirannya jelas tidak diinginkan oleh Auriga malam itu.

Sakit leher gue! nunduk mulu sebenarnya!

 

Auriga menghela napas panjang, merasa lelah dengan situasi yang tidak masuk akal ini. Bisa-bisanya dia terjebak dalam urusan dengan orang asing yang kondisi mentalnya tampak tidak stabil. Pandangannya tertuju pada toko pakaian di mana Cecil sedang membantu wanita itu memilih baju. Auriga memperhatikan mereka dari dalam mobil, sampai kemudian dia turun.

 

“Pak, mau ke mana?” tanya sopir dengan sopan.

 

Auriga mengangkat tangannya, meminta sopir itu diam. Dia berjalan menjauh dari mobil, merogoh ponselnya, dan menghubungi seseorang yang merupakan rekannya tidak lain adalah Mahendra.

“Hallo, Pak Mahen?” suara Auriga terdengar sedikit lelah saat telepon tersambung.

 

“Oh, hai, Ga. Gimana? Sudah ketemu Pak Rusdi?” tanya Mahendra di ujung telepon.

 

“Belum, rencananya nanti siang. Bapak di mana sekarang?”

 

“Saya lagi jalan ke bandara. Jadi, saya berangkat ke Vietnam hari ini.”

 

“Oh, jadi ya? Baiklah.”

 

“Kenapa? Ada yang mau kamu bicarakan?” nada Mahendra terdengar penasaran.

 

“Yang semalam, perempuan yang pingsan karena kejatuhan lampu itu...” Auriga ragu-ragu sejenak.

 

“Iya? Kamu kenal? Asisten saya bilang katanya dia orang asing yang menyelinap masuk. Bukan dari bagian manajemen model yang kami pakai untuk acara.” Mahendra terdengar heran.

 

Auriga menarik napas panjang, mencoba menyusun kata-kata. “Sebenarnya saya—”

 

Namun, sebelum dia sempat menjelaskan lebih jauh, pandangannya tertuju ke arah Cecil yang sedang berjalan kembali ke mobil bersama wanita asing itu. Wanita itu berjalan dengan kepala tertunduk, tampak tenang, sementara Cecil sibuk membawa beberapa tas belanjaan. Auriga menghela napas berat.

 

“Pak Mahen, maaf, Cecil sudah kembali. Nanti saya lanjutkan lagi. Safe flight, Pak,” katanya buru-buru, lalu mengakhiri panggilan sebelum Mahendra sempat menanggapi.

 

Auriga menyandarkan punggungnya ke kursi mobil, menghembuskan napas panjang. Semua orang cuci tangan. Tidak ada yang mau bertanggung jawab. Pihak hotel mengelak, rumah sakit pun menolak terlibat lebih jauh, bahkan Mahendra hanya mendengar laporan sepintas dari asistennya.

 

Kini, entah bagaimana, semua masalah itu jatuh ke pundaknya. Auriga bahkan dituduh oleh beberapa staf hotel dan rumah sakit memiliki hubungan dengan wanita asing itu.

 

“Sial,” gumamnya pelan. Seharusnya tadi malam aku langsung lari saja. Atau mungkin lebih baik aku bawa dia langsung ke rumah sakit jiwa daripada terjebak begini. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa dia tidak akan tega melakukan itu. Meski kesal, ada sisi dalam dirinya yang merasa bertanggung jawab, walaupun tanpa alasan yang jelas.

 

Ketika pintu mobil terbuka, Cecil melirik Auriga dengan ekspresi bertanya. “Pak, semua sudah selesai. Kita langsung jalan?”

 

Auriga mengangguk pelan. “Ayo.” Pandangannya beralih pada wanita asing itu yang tetap bungkam.

 

 

Cecil membantu wanita asing itu masuk ke mobil, duduk di kursi belakang bersama Auriga, sementara ia sendiri mengambil tempat di depan, di samping sopir.

 

“Pak, maaf, saya terpaksa memilihkan pakaiannya tadi. Soalnya, Mbaknya diam saja, nggak ada reaksi sama sekali,” kata Cecil dengan nada agak ragu.

Tadinya mau milih crop top sama hot pants sih, tapi kan mau dekatin kamu, Mas. Ya minimal insyaf dulu. Abel bicara dalam hati.

Auriga menghela napas, sedikit malas menanggapi. “Ya, terserah. Dia memang tidak bisa banyak bicara,” ujarnya sambil melirik wanita itu sekilas. Entahlah, Auriga sendiri sebenarnya tidak yakin. Hanya saja, dokter mengatakan seperti itu.

Bisa kok, Balas ucapan kamu, I love you too mas. I love you more juga boleh. Abel terus berbicara tanpa suara.

“Dia sakit, ya, Pak?” tanya Cecil, melirik ke belakang dengan tatapan ingin tahu.

 Sakit.. ya rela sakit karena kamu, kurang effort apa lagi

“Hmm...,” Auriga mendengus singkat. “Saya harap kamu bisa bantu-bantu dia nanti, Cecil.” Kemudian, dengan suara tegas, ia memberi perintah kepada sopir. “Ayo, jalan.”

 

Sementara mobil melaju perlahan meninggalkan area parkir, Cecil diam-diam menyimpan banyak pertanyaan di benaknya. Siapa sebenarnya perempuan ini? Kenapa bosnya membawanya keluar dari rumah sakit? Dan kenapa dia harus disuruh memilihkan pakaian dan mencarikan kebutuhannya? Semua ini terasa begitu aneh bagi Cecil, tapi dia tahu lebih baik menahan diri daripada banyak bertanya.

 

Di kursi belakang, wanita asing itu, Abel, melirik Auriga dari sudut matanya. Wajah pria itu tampak lelah, jelas terlihat frustrasi dengan situasi ini. Ya ampun, haruskah aku merasa bersalah karena menyusahkan dia seperti ini? Pikirnya. Namun, secepat itu pula ia menghapus perasaan bersalah tersebut. Tidak, tidak perlu merasa bersalah. Toh, semua ini sudah terjadi. Sudah separuh jalan. Kalau mundur sekarang, apa gunanya?

 

Tapi, perlahan, sesuatu tentang Auriga menarik perhatiannya. Abel memperhatikan caranya berbicara dengan Cecil, tegas tapi tetap pengertian memberi izin Cecil bisa ikut berbelanja juga untuk dirinya sendiri. Abel juga memperhatikan bagaimana Auriga memperlakukan sopirnya tadi memberi uang tambahan hanya karena rencana mereka berubah dan tidak langsung menuju kantor. Bahkan, Abel ingat bagaimana Auriga memperingatkan sopir itu untuk tidak merokok, dengan alasan menjaga kesehatannya.

 

“Bapak punya keluarga yang menunggu di rumah. Jangan bikin mereka khawatir karena tiba-tiba bapak sakit,” ujar Auriga dengan nada tenang, tapi penuh makna.

 

Astaga, pria ini seperti apa sih? Kenapa dia baik banget? Pikir Abel sambil menatap ke luar jendela, mencoba mencerna situasi yang aneh tapi entah kenapa mulai terasa hangat ini. Di tengah kekacauan yang ia buat, ada sesuatu tentang Auriga yang membuatnya merasa sedikit lebih nyaman dia adalah pria yang bertanggungjawab.

 

Baru saja Abel memuji Auriga dalam hatinya, kini ia mendadak ingin mengumpat pria itu. Semua karena teringat ucapan Auriga sebelum mereka meninggalkan rumah sakit.

 

“Kamu, entah siapa pun kamu, tolong kerja samanya. Saya bantu kamu, jadi tolong bantu saya agar tidak membuat kekacauan. Entah bagaimana, tapi pada akhirnya saya yang kena masalah dan harus bertanggung jawab atas hal yang tidak masuk akal ini. Sebenarnya, saya mau bawa kamu ke panti sosial,” ujar Auriga sambil melirik tajam. “Ya, semua orang tidak kenal kamu. Kamu tanpa identitas, tanpa keluarga yang mencari. Tapi, saya ubah rencana. Saya akan bawa kamu ke tempat nenek saya. Dia butuh seseorang untuk bantu-bantu, jadi teman dia ke mana-mana. Ya, mungkin lebih seperti asisten pribadi, bukan pembantu rumah tangga biasa.”

 

“Asisten pribadi?” Abel akhirnya bersuara, suaranya terdengar ragu. “Saya tidak tahu… apakah saya bisa.”

 

Auriga mendesah, jelas-jelas kesal. “Kamu bantu-bantu saja. Apa pun yang diminta, lakukan. Paham?” Nada bicaranya tegas, nyaris tanpa kompromi. “Pokoknya, nanti nenek saya yang akan kasih perintah. Kamu ikuti saja. Jangan buat masalah.”

 

Abel hanya bisa mengangguk pelan, tidak punya pilihan lain.

 

“Kamu sakit? Masih terasa sakit? Atau mungkin kamu ingat sesuatu? Ada bayangan apa pun, sekecil apa pun?”

 

“Tidak,” jawab Abel singkat, suaranya lirih.

 

Auriga menghela napas panjang, tampak semakin lelah. “Baiklah. Kalau begitu, ikuti kata saya. Tapi, ingat, kalau kamu macam-macam, saya terpaksa bawa kamu ke tempat yang seharusnya.” Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, “Oh ya, satu hal lagi. Mulai hari ini, nama kamu Ana, sampai kamu ingat siapa diri kamu sebenarnya. Minimal, nama kamu.”

 

“Ana?” Abel mengulang, seakan ingin memastikan ia mendengar dengan benar.

 

“Ya. Ana. Mulai sekarang.”

Ciee punya feeling ya, Ana kan juga bagian dari nama aku Arabella Anais Anderson uhuk uhuk!

 ***

 

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya mobil yang ditumpangi Auriga, Abel, dan Cecil tiba di sebuah rumah besar. Di sana, sosok seorang wanita tua nenek Auriga sudah menunggu di halaman.

 

Abel tersadar dari lamunannya saat melihat bangunan itu. Ia kembali teringat bagaimana sikap Auriga tadi di rumah sakit, menyebalkan, penuh intimidasi tapi… entahlah dia sangat bertanggung jawab. Abel menunduk, mencoba memahami situasi yang rasanya membuat dia takut sekali karena bermain-main seperti ini

 

Oma dari jauh menatap mobil yang baru saja berhenti di depan rumah. Perlahan, ia berjalan mendekati Auriga yang turun terlebih dahulu, diikuti oleh Cecil, sekretarisnya, dan seorang wanita muda yang cantik. Wanita itu berpakaian sederhana, namun kecantikannya tetap memancarkan pesona yang alami. Ia tampak begitu muda, jauh dari bayangan Oma tentang siapa yang akan dibawa Auriga.

 

Dalam pikirannya, Oma membayangkan Auriga akan membawa seorang wanita paruh baya atau setidaknya ibu-ibu berusia matang yang cocok menjadi asisten pribadinya. Namun, yang muncul di hadapannya sekarang justru seorang wanita muda, seperti… calon istri, bukan seorang pekerja.

 

“Oma!” sapa Auriga dengan nada ceria, berusaha memecah perhatian neneknya.

 

Biasanya, Oma akan langsung menyambut Auriga dengan penuh antusias. Namun kali ini, sorot matanya tak lepas dari wanita muda itu. Ada raut penasaran yang tak bisa disembunyikan dari wajahnya. Tanpa berkata apa-apa, Oma menarik lengan Auriga, membawanya menjauh dari Cecil dan wanita itu.

 

“Ini beneran calon mbak?” bisiknya penuh selidik. “Kamu nemu di mana dia?”

 

Auriga langsung mengerutkan kening, “Kenapa? Apakah calonnya harus tua dan lansia?”

“Nemu dimana? Maksudnya kamu bawa dari mana?”

“Namanya Ana, sodara jauh teman aku. Lagi butuh kerjaan dan tempat tinggal ibu kota keras. Aku pastikan dia bisa bantu oma, apapun keluhan oma jika tidak suka atau dia melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, aku akan atasi.”

 

Abel mengumpat dalam hati mendengar pelan ucapan Auriga. Sial, dia benar-benar jadi pembantu, pikirnya. Tapi, tidak apa-apa, asal Auriga juga ada di sini.

 

Sementara itu, Oma masih sibuk berbicara dengan cucunya. “Ini mah cocok jadi calon mantu. Ya Tuhan ada ada saja.bJadi, kamu akan tinggal di Oma, kan, beberapa hari ke depan? Apartemen kamu kan masih disewakan, ya?”

 Calon mantu jalur kesialan?

Auriga menggaruk rambutnya, merasa sedikit bingung dengan keadaan yang semakin rumit. “Ya, hanya hari ini,” jawabnya, berusaha terlihat tenang.

 

“Di sini, pokoknya kamu di sini sampai pulang,” kata Oma, menegaskan.

 

Oma kembali melanjutkan, “Kalau gitu, Oma nggak bisa bantu teman kamu, Oma cari yang lain.”

 

Auriga menghela napas panjang, merasa kasihan pada Abel. “Astaga, Oma, kasihan dia,” ujar Auriga, sedikit kesal. “Baiklah, iya. Aku di sini beberapa hari, sampai minggu nanti.”

 

 

 

Terpopuler

Comments

Vike Kusumaningrum 💜

Vike Kusumaningrum 💜

Wah, perlu diacungi 3 jempol usaha Abel. 🤣🤣🤣

k Tris, jgn buat Auriga ngejar mantannya , mohon banget. masa lalu yang aku suka hanya Nadi untuk Atha 🤣🤣🤣🤣

sehat selalu kak Tris, lancar urusan dunia nyata dan dunia mayanya 😇😇🤲🏻🤲🏻

2024-12-11

3

likerain_1308

likerain_1308

🤣🤣....abel abel...sdh separuh jalan misinya tp mlh jadi pembantu demi ndeketin si om Riga....oma feelingnya kuat, cocoknya jadi calon mantu...makasih up nya mb tris....di tunggu part berikutnya, minim 2x sehari lah 😄😄🙏

2024-12-11

1

Imas Kartini

Imas Kartini

jangan sampe nyerah Abel kamu udah setengah jalan gp2 jadi asisten dulu,deketin dulu Oma nya ambil hati nya siapa tau mau jodohin kamu SMA auriga

2024-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 1 ABEL OBSES
2 2 SATU LANGKAH
3 3 Tidak Sesuai Rencana
4 4 LANJUTKAN!
5 5 Kamu siapa?
6 6 RUMIT
7 7 Solusi Sementara
8 8 Calon Mantu?
9 9 Drama Telur
10 10 Jangan Baper!
11 11 Kesempatan
12 12 Jatuh Dari Angan
13 13 Di mana dia?
14 14 Membuat Masalah
15 15 Misi Berhasil?
16 16 Lebih dari Cukup
17 17 Lolipop Spesial
18 18 Buka Mata
19 19 Kalah?
20 20 Titik Kembali
21 21 Ke semula
22 22 Membingungkan
23 23 Arabella?
24 24 Wajah di Antara bayang
25 25 It's You,
26 26 Usaha Menangkap
27 27 HANTU!
28 28 Badai Depan Mata
29 29 Caught!
30 30 0 -1
31 31 Come Back
32 32 Sayang?
33 33 Pedas?
34 34 Carolina Reaper
35 35 Pelipur Lara
36 36 Enggak Butuh!
37 37 Keras Kepala
38 38 Serba salah
39 39 Memalukan.
40 40 Polisi!
41 41 Piatu
42 42 Mimpi?
43 43 Terlalu Sempurna
44 44 Tidak Sudi Terinjak.
45 45 Ide
46 46 Ambigu
47 47 SURPRISE
48 48 KAMU
49 49 Mari...
50 50 OM-OM?
51 51 LIMA PULUH SATU
52 52 LIMA PULUH DUA
53 53 LIMA PULUH TIGA
54 54 LIMA PULUH EMPAT
55 55 LIMA PULUH LIMA
56 56 LIMA PULUH ENAM
57 57 LIMA PULUH TUJUH
58 58 LIMA PULUH DELAPAN
59 59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 60 ENAM PULUH
61 61 ENAM PULUH SATU
62 62 ENAM PULUH DUA
63 63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN..
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 Extra Part 1
93 Extra Part 2
94 Extra Part 3
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1 ABEL OBSES
2
2 SATU LANGKAH
3
3 Tidak Sesuai Rencana
4
4 LANJUTKAN!
5
5 Kamu siapa?
6
6 RUMIT
7
7 Solusi Sementara
8
8 Calon Mantu?
9
9 Drama Telur
10
10 Jangan Baper!
11
11 Kesempatan
12
12 Jatuh Dari Angan
13
13 Di mana dia?
14
14 Membuat Masalah
15
15 Misi Berhasil?
16
16 Lebih dari Cukup
17
17 Lolipop Spesial
18
18 Buka Mata
19
19 Kalah?
20
20 Titik Kembali
21
21 Ke semula
22
22 Membingungkan
23
23 Arabella?
24
24 Wajah di Antara bayang
25
25 It's You,
26
26 Usaha Menangkap
27
27 HANTU!
28
28 Badai Depan Mata
29
29 Caught!
30
30 0 -1
31
31 Come Back
32
32 Sayang?
33
33 Pedas?
34
34 Carolina Reaper
35
35 Pelipur Lara
36
36 Enggak Butuh!
37
37 Keras Kepala
38
38 Serba salah
39
39 Memalukan.
40
40 Polisi!
41
41 Piatu
42
42 Mimpi?
43
43 Terlalu Sempurna
44
44 Tidak Sudi Terinjak.
45
45 Ide
46
46 Ambigu
47
47 SURPRISE
48
48 KAMU
49
49 Mari...
50
50 OM-OM?
51
51 LIMA PULUH SATU
52
52 LIMA PULUH DUA
53
53 LIMA PULUH TIGA
54
54 LIMA PULUH EMPAT
55
55 LIMA PULUH LIMA
56
56 LIMA PULUH ENAM
57
57 LIMA PULUH TUJUH
58
58 LIMA PULUH DELAPAN
59
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60
60 ENAM PULUH
61
61 ENAM PULUH SATU
62
62 ENAM PULUH DUA
63
63 ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN..
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
Extra Part 1
93
Extra Part 2
94
Extra Part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!