11 Kesempatan

Pagi-pagi sekali, Abel dan Oma sudah berangkat ke luar kota menggunakan mobil. Di kursi belakang, beberapa gaun tradisional dengan detail bordir indah tertata rapi dalam kotak-kotak pelindung. Gaun-gaun itu adalah hasil karya butik Oma, yang akan digunakan untuk acara penting seorang pejabat daerah.

Sepanjang perjalanan, Oma tak berhenti berbicara. Mulai dari cerita tentang butik, anak-anaknya, hingga cucu-cucunya, termasuk Auriga dan kembarannya. Suaranya penuh semangat, membuat perjalanan terasa hidup. Abel hanya mendengarkan sambil sesekali tersenyum, berusaha menanggapi. Di tangannya, ponsel baru pemberian Auriga masih terasa asing.

Ini ponsel keluaran terbaru dengan desain modern, jenis yang sedang hype di kalangan anak muda. Dalam hati, Abel tak bisa menahan diri untuk tidak memuji, Ternyata Auriga tidak pelit. Tapi sikap dinginnya ya masih selalu membuat Abel takut.

Di tengah-tengah cerita Oma, tiba-tiba beliau bertanya, “Ana, kamu asalnya dari desa mana?”

Pertanyaan itu membuat Abel tegang seketika. Desa? Dari desa mana? Auriga tidak pernah mempersiapkan untuk pertanyaan ini, dia harus jawab apa takut jawabannya berbeda sama Auriga nanti, Oma bisa curiga.

“Hmm... Ana dari Medan, Oma. Dari sebuah desa kecil di sana. ” jawab Abel akhirnya. Ia mencoba tenang. Dalam ingatannya, ia memang pernah tinggal di Medan bersama ayahnya waktu SMP. Jadi, kalau Oma bertanya lebih jauh, ia masih bisa menjawab sedikit.

“Oh, dari Medan ya? Banyak teman Oma yang dari sana juga,” kata Oma, tersenyum ramah.

Abel hanya mengangguk kecil. Ia merasa lega karena jawabannya tidak memicu banyak pertanyaan lagi.

Tak lama, suara ponsel Oma berdering dari dalam tas yang Abel bawa. Dengan cepat, ia merogoh tas itu, mengambil ponsel, dan melihat nama yang tertera di layar. Mas Auriga.

“Oma, Mas Auriga telepon,” kata Abel, sedikit ragu.

“Angkat saja, Ana. Tanya kenapa,” ujar Oma tanpa berhenti melihat ke depan.

Dengan gugup, Abel menekan tombol jawab. “H-halo, Mas...”

“Mana Oma?” tanya suara berat di ujung sana, terdengar tegas.

“K-kata Oma kenapa, Mas?” Abel berusaha terdengar biasa saja.

“Mana Oma!” ulang Auriga, lebih tegas. Suaranya membuat Abel langsung menyerahkan ponsel itu kepada Oma.

Abel pun memaki dalam hati, kejam banget, lihat aja nanti suatu saat suara aku bakalan jadi sesuatu yang kamu rindukan... Uhuk! Bathin Abel percaya diri sekali namun sambil menahan senyumannya geli sendiri

“Oma, Mas Riga mau bicara,” katanya cepat.

Oma mengambil ponsel itu dengan santai. “Ya, Ga. Kenapa?”

“Kenapa Oma naik mobil? Perjalanannya jauh. Itu bisa 10 jam perjalanan darat!” suara Auriga terdengar seperti omelan yang sudah dipendam sejak lama.

“Kamu mulai deh bawel,” jawab Oma santai. “Oma nggak apa-apa. Lagian, ini bawaannya banyak. Kalau naik pesawat ribet.”

“Tapi kan Oma harus duduk terus di perjalanan cukup lama, apalagi sekarang lagi musim hujan!” lanjut Auriga dengan nada khawatir.

Abel diam di tempat, mendengarkan percakapan itu sambil menatap jalanan yang basah oleh gerimis. Dalam hati, Abel tahu, mungkin sebenarnya lelaki itu juga khawatir dirinya akan membuat kesalahan jika terlalu lama di perjalanan seperti ini.

Benar saja itu yang Auriga rasakan sebab semalam Auriga melihat Ana menangis takut Ana bertingkah aneh itu alasannya dia lebih banyak mengawasi sekarang.

Abel menghela napas pelan, berusaha fokus mendengarkan suara Oma yang tetap tenang.“Udah, nggak usah khawatir. Oma baik-baik saja,” jawab Oma, menutup pembicaraan dengan Riga, sambil berusaha menenangkannya walaupun sebenarnya Auriga masih tidak tenang dan merasa sedikit menyesal membuat orang asing berada di rumah sang oma.

Acara di tempat Oma dan Abel berada berlangsung malam hari, dan Oma tiba di kota tujuan tepat pukul 03.00 sore. Begitu sampai, suasana langsung menjadi sibuk. Oma dan Abel tidak hanya berdua ada sopir yang mengantar mereka, serta seorang karyawan dari butik yang ikut membantu membawa barang-barang. Namun, tidak lama setelah sampai, karyawan butik itu mendapat kabar bahwa anaknya sakit mendadak dan harus segera kembali ke Jakarta.

Mau tidak mau, Abel yang harus mengambil alih tugas sebagai asisten butik oma. Hal ini membuatnya panik, karena sama sekali tidak punya pengalaman dalam hal seperti ini. Selama ini, Abel hanya tahu bagaimana menjadi si manja, gadis yang selalu dilayani. Dan sekarang, dia mendapati dirinya harus membantu klien Oma mengenakan gaun, mencocokkan aksesoris, bahkan menyesuaikan tatanan rambut.

“Aduh, ini bukan aku banget!” batin Abel, hampir menyerah di tengah kesibukan. Namun, Oma dengan sabar mengajarinya satu per satu.

“Dengar, Ana. Untuk pakaian seperti ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,” ujar Oma sambil memasang sebuah kebaya bordir ke tubuh manekin yang terpasang gaun. “Pertama, pastikan gaun terlihat pas di badan nanti. Kalau terlalu longgar, kita bisa menggunakan tali serut atau peniti kecil di bagian dalam untuk membuatnya lebih ramping. Tapi jangan sampai kelihatan, ya.”

Abel mengangguk sambil mencoba mengingat setiap langkah yang diajarkan Oma.

“Kedua, padu padankan gaun dengan riasan dan tatanan rambut,” lanjut Oma sambil menunjukkan beberapa foto referensi. “Kalau bajunya ramai dengan detail seperti bordir dan payet, riasannya cukup natural aja, dan rambut jangan terlalu heboh. Tapi kalau gaunnya simpel, kamu bisa bermain lebih banyak dengan make-up dan aksesoris rambut.”

Oma kemudian menunjukkan cara memasang aksesori seperti bros atau selendang agar tidak mudah lepas. “Selendang ini, misalnya, harus dipasang dengan benar. Gunakan jarum pentul kecil di bagian bahu, dan tambahkan bros di dada supaya lebih elegan.”

Abel mencoba mempraktikkan semua yang diajarkan Oma. Tangan gemetar, tapi dia berhasil memasang bros di tempat yang tepat.

“Bagus! Kamu belajar cepat,” puji Oma.

Tidak berhenti di situ, Oma juga mengajarkan cara memperhatikan detail kecil, seperti memastikan lipatan kain tidak kusut, dan memilih alas kaki yang sesuai dengan tema acara. “Ingat, penampilan itu harus harmonis dari ujung kepala sampai ujung kaki.”

Meski awalnya Abel merasa kewalahan, perlahan-lahan dia mulai terbiasa dengan semuanya. Namun, tetap saja, tubuhnya terasa lelah luar biasa. Setelah beberapa jam membantu Oma mempersiapkan klien, Abel duduk di pojok ruangan sambil memijat kakinya yang pegal.

“Ana? Capek?” tanya Oma, tersenyum.

“Tidak terlalu, Oma. Tapi pastinya aku belajar banyak hari ini,” jawab Abel jujur. Dia tak pernah membayangkan akan melakukan hal-hal seperti ini, tapi dalam hati kecilnya, ada rasa bangga karena berhasil membantu.

Papa putrimu? Putrimu bisa di handal kan ternyata....

Oma tersenyum penuh arti. “Kadang kita perlu keluar dari zona nyaman untuk belajar sesuatu yang baru, Ana. Kamu hebat hari ini.”

Kata-kata itu membuat Abel tersenyum kecil. Mungkin, ini adalah pengalaman pertama Abel belajar tentang kerja keras dan meski sangat sulit, dia yakin dirinya bisa melakukannya. Apa yang tidak bisa? Sampai di sini berada di antara keluarga Auriga saja dia bisa.

Abel tertawa kecil pada dirinya sendiri sebenarnya, “Arabella Anais Mahendra Misi : Menaklukkan Hati Auriga bukan mencari pengalaman kerja.”

Saking capeknya, Abel bahkan tidak punya keinginan untuk makan atau minum. Dia langsung masuk ke mobil ketika Oma memberi tahu bahwa mereka harus segera menuju kota lain untuk mengantarkan barang. Baru setelah duduk, Abel teringat botol vitamin di dalam tasnya. Dengan malas, dia mengambil satu butir dan menenggaknya.

***

Keesokan harinya

Dalam keheningan, Abel merasakan tubuhnya digerak-gerakkan. Ada suara samar yang memanggil namanya. “Ana? Hey, Ana?”

Dia mendengar suara itu seperti dari kejauhan, semakin jelas, dan perlahan dia mulai sadar. “Ana, bangun!”

Ternyata itu suara Oma, terdengar panik. Di sampingnya, ada sosok Auriga yang memandangnya serius. “Oma nggak tahu, semuanya tiba-tiba aja! Setelah selesai acara, kamu masuk mobil dan tidur. Oma pikir kamu Cuma capek. Tapi ternyata... kamu nggak bangun-bangun sampai sekarang!” kata Oma, cemas.

“Ke rumah sakit aja!” suara Auriga terdengar tegas. Abel merasa tubuhnya diangkat, lalu diletakkan perlahan. Dia mencoba membuka matanya.

“Oma? Mas Riga?” katanya pelan.

“Abel!” seru Oma, jelas lega. Auriga perlahan menurunkan tubuh Abel.

“Kamu kenapa, sih? Kamu tidur dari pukul 10 malam, dan sekarang udah jam 11 siang! Oma hampir bawa kamu ke rumah sakit!” kata Oma dengan nada khawatir.

Abel mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba memahami situasi. “Oma, kita di mana?” tanyanya, bingung.

“Kita masih di sini, belum berangkat,” jawab Oma.

Auriga yang berdiri di samping mereka menyela. “Saya ada kerjaan di kota ini, jadi sekalian mampir untuk lihat Oma. Pas sampai, Oma panik karena kamu nggak bangun-bangun.”

Abel mengangguk pelan. Badannya terasa lemas, dan kepalanya sedikit pusing. Dia lalu mengingat kejadian semalam. Botol vitamin... Tunggu, itu bukan vitamin! Dia langsung teringat bahwa Ode mengambil vitamin miliknya beberapa hari lalu. Yang tersisa di tasnya ternyata adalah obat tidur!

“Oh, sial...” batinnya, merasa bodoh.

“Yakin kamu baik-baik aja?” tanya Auriga lagi, memandang Abel dengan tatapan menyelidik.

Abel mengangguk, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. “Iya, mas. Aku nggak apa-apa,” jawabnya lemah.

Namun, Oma masih khawatir. “Ana, kalau sakit bilang. Kamu nggak usah maksa. Oma udah beli tiket pesawat, jadi Oma ke airport aja. Barang-barang nanti diurus sama anak-anak butik yang lain. Kamu pulang sama Pak Parmin aja, ya?”

Abel langsung menolak. “Tidak, Oma! Aku nggak papa.” Abel memijat kepalanya yang pusing karena kebanyakan tidur. Tidak, tidak dia tidak mau di tinggal sama supir.

Kalau sama Mas Riga sih nggak papa.

“Kamu sakit?” tanya Oma lagi, semakin panik. “Kepalamu sakit?”

Auriga memperhatikan wajah pucat Abel dengan serius. “Oma, biar Ana istirahat dulu. Kalau perlu, saya bawa dia ke dokter. Mukanya pucat sekali,” katanya, nadanya sedikit memaksa. “Pak Parmin anterin Oma ke airport aja, saya urus Ana.”

Abel memekik dalam hati. Astaga, ini drama apa? Aku Cuma salah minum obat tidur, kok jadi seribet ini!

Namun, dia tidak bisa melawan. Oma akhirnya setuju berangkat lebih dulu ke airport, sementara Abel tetap bersama Auriga.

Tatapan Auriga yang dingin membuat Abel merasa makin canggung. Setelah Oma pergi, Auriga menoleh padanya.

“Apa yang sebenarnya terjadi?”

Cieee perhatian! Enggak, enggak boleh di sia-siain. Ayo manfaatkan keajaiban dunia ini Abel.

“Enggak tau, kepala aku pusing. Dari kemarin sakit.”

“Malam kemarin nangis di balkon? Karena itu?”

Abel menahan napasnya sesaat, dia tau? Dia sadar aku nangis? Omg...

“Jawab!”

Abel pun dengan perlahan-lahan menganggukkan kepalanya, “Pusing.”

“Ayo ke rumah sakit, Cecil akan menemani kamu.”

Cecil? Enggak deh kalau sama dia. Sama kamu mau mas, hahahahahah...

“Enggak Mas, aku istirahat aja.”

“Ana! Saya— baiklah! Kamu bisa ke hotel di mana saya dan Cecil stay, istirahatlah di sana, setelah pekerjaan saya selesai kita ke rumah sakit.”

Apa?

Apa,mas?

Ke penghulu. Ayo!

Enggak, enggak pa. Abel bercanda.

Abel nggak akan langkahin papa.

Terpopuler

Comments

likerain_1308

likerain_1308

ode... vitamin di ganti obat tidur 🤣🤣....auriga dingin, abel makin semangat ngejar cintanya, semangat ya abell...makasih up nya mb tris 😍🙏

2024-12-13

1

Luvi Anggraini Suparno

Luvi Anggraini Suparno

Abel ooh abel ada2 aja tingkahmu salah minum obat tidur segala...wkwkk
Semangat ngejar trs mas Riganya...😃

2024-12-14

1

Nastiti Titi

Nastiti Titi

ya ampun Abel,lucu amat sih kamu,mlh langsung minta ke penghulu,tp cm halu...gara2 obat tidur ..😄🤣

2024-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 1 ABEL OBSES
2 2 SATU LANGKAH
3 3 Tidak Sesuai Rencana
4 4 LANJUTKAN!
5 5 Kamu siapa?
6 6 RUMIT
7 7 Solusi Sementara
8 8 Calon Mantu?
9 9 Drama Telur
10 10 Jangan Baper!
11 11 Kesempatan
12 12 Jatuh Dari Angan
13 13 Di mana dia?
14 14 Membuat Masalah
15 15 Misi Berhasil?
16 16 Lebih dari Cukup
17 17 Lolipop Spesial
18 18 Buka Mata
19 19 Kalah?
20 20 Titik Kembali
21 21 Ke semula
22 22 Membingungkan
23 23 Arabella?
24 24 Wajah di Antara bayang
25 25 It's You,
26 26 Usaha Menangkap
27 27 HANTU!
28 28 Badai Depan Mata
29 29 Caught!
30 30 0 -1
31 31 Come Back
32 32 Sayang?
33 33 Pedas?
34 34 Carolina Reaper
35 35 Pelipur Lara
36 36 Enggak Butuh!
37 37 Keras Kepala
38 38 Serba salah
39 39 Memalukan.
40 40 Polisi!
41 41 Piatu
42 42 Mimpi?
43 43 Terlalu Sempurna
44 44 Tidak Sudi Terinjak.
45 45 Ide
46 46 Ambigu
47 47 SURPRISE
48 48 KAMU
49 49 Mari...
50 50 OM-OM?
51 51 LIMA PULUH SATU
52 52 LIMA PULUH DUA
53 53 LIMA PULUH TIGA
54 54 LIMA PULUH EMPAT
55 55 LIMA PULUH LIMA
56 56 LIMA PULUH ENAM
57 57 LIMA PULUH TUJUH
58 58 LIMA PULUH DELAPAN
59 59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 60 ENAM PULUH
61 61 ENAM PULUH SATU
62 62 ENAM PULUH DUA
63 63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN..
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 Extra Part 1
93 Extra Part 2
94 Extra Part 3
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1 ABEL OBSES
2
2 SATU LANGKAH
3
3 Tidak Sesuai Rencana
4
4 LANJUTKAN!
5
5 Kamu siapa?
6
6 RUMIT
7
7 Solusi Sementara
8
8 Calon Mantu?
9
9 Drama Telur
10
10 Jangan Baper!
11
11 Kesempatan
12
12 Jatuh Dari Angan
13
13 Di mana dia?
14
14 Membuat Masalah
15
15 Misi Berhasil?
16
16 Lebih dari Cukup
17
17 Lolipop Spesial
18
18 Buka Mata
19
19 Kalah?
20
20 Titik Kembali
21
21 Ke semula
22
22 Membingungkan
23
23 Arabella?
24
24 Wajah di Antara bayang
25
25 It's You,
26
26 Usaha Menangkap
27
27 HANTU!
28
28 Badai Depan Mata
29
29 Caught!
30
30 0 -1
31
31 Come Back
32
32 Sayang?
33
33 Pedas?
34
34 Carolina Reaper
35
35 Pelipur Lara
36
36 Enggak Butuh!
37
37 Keras Kepala
38
38 Serba salah
39
39 Memalukan.
40
40 Polisi!
41
41 Piatu
42
42 Mimpi?
43
43 Terlalu Sempurna
44
44 Tidak Sudi Terinjak.
45
45 Ide
46
46 Ambigu
47
47 SURPRISE
48
48 KAMU
49
49 Mari...
50
50 OM-OM?
51
51 LIMA PULUH SATU
52
52 LIMA PULUH DUA
53
53 LIMA PULUH TIGA
54
54 LIMA PULUH EMPAT
55
55 LIMA PULUH LIMA
56
56 LIMA PULUH ENAM
57
57 LIMA PULUH TUJUH
58
58 LIMA PULUH DELAPAN
59
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60
60 ENAM PULUH
61
61 ENAM PULUH SATU
62
62 ENAM PULUH DUA
63
63 ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN..
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
Extra Part 1
93
Extra Part 2
94
Extra Part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!