12 Jatuh Dari Angan

Cecil, sekretaris setia Auriga semakin tidak bisa menahan rasa penasaran. Siapa wanita ini? Kenapa dia selalu ada di dekat bosnya belakangan ini? Apalagi sekarang, mereka bahkan harus mengantarkan wanita itu ke kamar penginapan untuk istirahat padahal jadwal mereka padat sekali.

Meski penuh tanya, Cecil tetap bersikap sopan, duduk di kursi depan, sementara Auriga dan Abel duduk di belakang.

Dari kaca spion, Cecil melirik ke arah Abel yang bersandar di sisi jendela, tampak lemas dengan mata terpejam. Namun, yang lebih menarik perhatian Cecil adalah Auriga, yang sesekali melirik ke arah wanita itu dengan ekspresi tak terbaca.

Sampai tiba-tiba ponsel Cecil berbunyi mengudarakan nada pesan berkali-kali, ia lalu melihat ke belakang, "Pak Riga, Pak Sanders sudah sampai," kata Cecil, memecah keheningan.

Auriga mengangguk kecil. "Baik, kita langsung ke sana. Setelah Ana turun."

Mobil pun berhenti di lobi hotel. Abel membuka matanya perlahan, menyesuaikan diri seolah benar-benar baru bangun dari tidur panjang.

"Terima kasih, Mas, Maaf merepotkan." ucapnya pelan, menatap Auriga saat hendak turun.

Panggilan "mas" oleh Ana kepada Auriga membuat Cecil semakin shock dalam hati tapi dia mencoba tetap tenang menyembunyikan segalanya. Apakah bosnya sudah move on dari Sahara mantannya?

Auriga lalu menatap pada Abel. "Kamu bisa jalan sendiri?"

"Pak, biar saya antar," tawar Cecil, dengan senyum ramahnya seperti biasa.

Auriga mengangguk, tapi kemudian, mendadak dia berubah pikiran. Saat Cecil turun untuk membantu Abel, Auriga dengan suara tegas berkata, "Cecil, kembali ke mobil. Saya yang akan antarkan dia."

Cecil sedikit terkejut, tapi tak berani membantah. "Ba-baik, Pak," jawabnya, melirik Abel sejenak sebelum kembali ke tempatnya.

Abel yang sedang memeluk tasnya hampir saja loncat kegirangan. Astaga! Dia turun! Auriga sendiri yang mau antar gue! Ini keajaiban okay anggap aja hadiah ulang tahun gue dari semesta.

Namun Abel tetap mempertahankan ekspresi lemah dan tenangnya.

"Pak, saya bisa sendiri kok," ucap Abel pelan, mencoba basa-basi.

"Jalan," balas Auriga singkat, suaranya seperti perintah.

Abel pun melangkah pelan menuju pintu masuk hotel, dengan Auriga mengikuti dari belakang.

Astaga, astagaaaa! batinnya berteriak penuh bahagia. Haruskah aku pura-pura oleng biar dia gendong? Wah, ide bagus! Tapi... jangan lebay Abel. Kalau terlalu dramatis, lo bukan di gendong tapi bisa dilempar ke ambulan dan langsung mendarat di UGD.

Abel menahan tawa kecil yang hampir keluar. Dengan hati berdebar, ia terus melangkah, sementara Auriga tetap berada beberapa langkah di belakang, memastikan wanita itu sampai dengan selamat ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Abel terus diam, memerankan sosok polos yang seolah-olah butuh perhatian dan bantuan. Padahal, di dalam hatinya, ia tertawa bahagia karena mendapatkan momen spesial bersama Auriga.

Kamar itu adalah salah satu kamar terbaik di hotel itu, dengan jendela besar yang menghadap langsung ke pemandangan kota dan kamar yang identik dengan kemewahan. Auriga, tentu saja, memilihkan kamar yang layak untuk dirinya sendiri.

Auriga masuk lebih dulu, diikuti Abel yang masih pura-pura lamban, seakan tak tahu apa-apa. Ia melihat Auriga menyalakan lampu, memeriksa ruangan, dan mulai berbicara dengan nada serius seperti biasa. “Pesan makan lewat telepon, di meja itu ada daftar kontaknya. Kalau butuh sesuatu, hubungi resepsionis.”

Abel hanya mengangguk pelan, berpura-pura bingung.

Auriga mendekat, suaranya terdengar lebih tegas. “Mana ponselmu?”

Abel terdiam, seolah tidak tahu apa yang harus dilakukan, lalu dengan ragu Abel menyerahkan ponselnya. Auriga mengambilnya tanpa basa-basi, memeriksa sebentar, dan berkata, “Kalau ada apa-apa, hubungi Cecil.”

Namun, tanpa diduga dan tidak sepengetahuan Abel Auriga malah memasukkan nomor kontaknya sendiri ke dalam ponsel Abel.

Saat ini jantung Abel berdegup kencang. Auriga berdiri sangat dekat seakan tanpa batasan asing, suaranya yang rendah terasa begitu akrab dengannya. Apa lagi aroma parfumnya jelas sekali tercium.

“Jaga diri baik-baik,” kata Auriga akhirnya, sambil menyerahkan kembali ponsel itu.

"I-iya mas."

Setelah memastikan semuanya aman dan nyaman untuk Abel, ia beranjak pergi tanpa menoleh lagi.

Saat pintu tertutup dan suara langkah Auriga menghilang di lorong, Abel tak bisa lagi menahan diri. Ia melompat-lompat kecil di tempat.

“Oh my God! Oh my God! OMGGG!!!” teriaknya pelan, menekan mulutnya agar tak bersuara terlalu keras.

Ia berputar-putar di dalam kamar, memegang ponsel dengan erat. “Ini mimpi atau apa Tuhan?! Auriga sedekat itu denganku! Aaaaah!”

Abel akhirnya jatuh terduduk di tepi ranjang, menutup wajah dengan kedua tangannya. Malu, senang, dan tak percaya semuanya terjadi begitu cepat.

***

Di tempat lain Auriga melangkah keluar dari mobil hitamnya dengan penuh percaya diri, mengenakan setelan jas abu-abu yang rapi dengan dasi gelap yang memberikan kesan profesional dan menawan.

Sepatu kulitnya memantulkan sinar matahari pagi, menambah kesan berwibawa saat ia menuju lokasi proyek infrastruktur besar. Di sekelilingnya, crane menjulang tinggi, truk-truk konstruksi berlalu lalang, dan para pekerja sibuk dengan tugas masing-masing.

Dia berkala ke area pertemuan, tampak meja panjang yang dikelilingi oleh pria-pria bule dengan penampilan formal. Mereka berasal dari berbagai negara, membawa portofolio dan proposal. Beberapa mengenakan jas, sementara yang lain memakai pakaian bisnis kasual. Auriga duduk di salah satu kursi utama, lalu membuka laptopnya dan memulai presentasi. Ia berbicara dengan fasih dalam bahasa Inggris, sesekali berganti ke bahasa Prancis dan sedikit Mandarin, tergantung pada lawan bicaranya. Nada suaranya formal namun tetap friendly, menunjukkan keahliannya dalam bernegosiasi.

“A comprehensive approach to resource management will be crucial for maximizing luput while minimizing cost,” ucapnya dengan percaya diri, membuat para eksekutif mengangguk setuju.

Salah satu pria bule dengan rambut pirang membalas dalam aksen Inggris yang kental, “Your analysis is quite compelling, Mr. Auriga. However, how do you plan to manage the environmental challenges?”

Auriga menjawab dengan senyuman tipis, mengeluarkan dokumen dari mapnya. “We’ve already partnered with sustainable development experts to ensure all processes comply with international green standards.” Jawabannya membuat ruang diskusi dipenuhi gumaman persetujuan.

Setelah pertemuan berakhir, Auriga memimpin tur ke area proyek bersama para tamu. Ia menjelaskan detail teknis, menunjukkan peta infrastruktur, dan memberikan solusi strategis pada setiap pertanyaan yang diajukan.

Wibawanya memancar, membuat semua mata tertuju padanya, meskipun ia dikelilingi oleh pria-pria asing dengan posisi dan reputasi yang tak kalah tinggi.

Auriga tak hanya seorang pemimpin di sana tapi dia juga adalah pusat perhatian yang mengendalikan arah diskusi dengan cerdas, sekaligus menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang layak untuk diandalkan dalam proyek besar ini.

***

Di tempat lain Abel terbangun setelah tidur selama hampir dua jam. Ia menguap pelan, lalu bangkit dan berjalan ke balkon kamar hotel.

“Udah siang banget, ya...” Katanya disana.

Udara segar menyambutnya, pemandangan kota terlihat jelas dari ketinggian lantai tempat ia menginap.

Abel tidak tahu harus melakukan apa, dia lalu mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Ode. Hatinya di selimuti rindu, terutama setelah beberapa hari jauh dari rumah.

“Odeee... kangen,” ucap Abel manja.

Dari seberang sana, terdengar tawa kecil sebelum akhirnya Ode menyahut, “Bocil sakjiw! Akhirnya ko muncul ke permukaan.”

Abel tertawa kecil, “Ode, lo harus tahu! Lo harus tau!” Abel segera melanjutkan, menceritakan pengalamannya bersama keluarga Auriga.

Ia bercerita tentang betapa sibuknya ia membantu Oma dan betapa melelahkan semuanya secara panjang lebar.

“Good job bociiiiiiiil,” komentar Ode. “Akhirnya lo belajar banyak hal. Enggak Cuma jadi si manja aja di rumah.”

Abel tersenyum miris. “Tapi Ode, gue kangen Papa...”

Di seberang sana, Ode menghela napas pelan. “Papa juga yang pasti. Kemarin baru balik dari Vietnam, Biasanya kalo balik dari mana-mana kan langsung ke kamar lo, apalagi saat anaknya birthday. Tapi lo enggak ada, jadi dia Cuma meluk anak-anak bulu lo di sofa, ucapin birthday.”

Mata Abel mulai berkaca-kaca mendengar cerita Ode. Ia merasa bersalah sekaligus rindu. “Ode, lo nyebelin!” gumamnya, suaranya serak oleh air mata yang mulai meluncur pelan di pipinya. “Jagain Papa, ya. Janji gue enggak bakal lama.”

“Ya kapan, Bel? Lo ngomong sebentar, tapi ini udah beberapa hari. Harus ada kepastian dong,” jawab Ode dengan nada tegas.

“Sebentar lagi, Ode. Please sabar, ya...” Abel mencoba meyakinkan, tapi hatinya tahu ia membuat Ode kecewa.

Ode mendesah panjang. “Bel, lo sadar enggak apa tujuan lo sekarang? Kalau lo Cuma mau menarik perhatian dia atau kenal lebih dekat, kan lo udah dapatkan. Apa Lo mau? dia suka sama lo? Jangan terlalu jauh, Bel. Hidup lo masih panjang.”

Kata-kata Ode terasa seperti tamparan bagi Abel. Ia menelan ludah, tak mampu langsung menjawab. “Iya Ode i know... paling enggak akhir bulan ini gue balik,” gumamnya akhirnya, mencoba memberikan kepastian.

“Lama lagi, Abel. Nggak bisa lo harus berangkat secepat mungkin. Abel ini demi masa depan lo!"

“Ode iya gue udah lihat tanggalnya, gue balik sebelum tanggal itu, please...ngertiin gue I love you, Ode...bye!”Abel menutup telepon cepat-cepat, tak ingin Ode terus menguliahi dia dengan ucapan-ucapan tamparannya.

Namun belum sempat ia menghela napas lega, pintu kamar tiba-tiba terbuka.

Abel terlonjak panik, buru-buru menyembunyikan ponselnya di belakang bantal. Matanya melebar, jantungnya berdegup kencang, berpikir itu adalah Auriga yang datang.

Ternyata yang masuk adalah Cecil, sekretaris Auriga, membawa tas kecil berisi sesuatu. Cecil melirik Abel, mengangkat alis, tetapi tak berkata apa-apa.

Abel menarik napas mencoba memasang wajah tenang, meskipun masih merasa gugup.

“Maaf ganggu, Mbak Ana,” ucap Cecil sopan. “Pak Riga minta anda turun, dia tunggu di bawah, kita segera berangkat ke rumah sakit.”

“Oh... terima kasih, Mbak Cecil,” jawab Abel, mencoba terdengar normal meski detak jantungnya belum kembali seperti biasa.

Cecil tersenyum kecil, “Ini juga ada snack dari pak Riga, saya tunggu di luar.“ Cecil lalu meletakkan tas di meja dekat tempat tidur sebelum pergi, meninggalkan Abel yang kembali duduk di ranjang.

Abel melirik bungkusan yang katanya dari Auriga itu, yakin buat gue? Dengan rasa penasaran Abel pun segera meraih bungkusan itu dan terkejut sebuah kotak kecil Abel pun membukanya.

“Kalung.” Dengan liontin berbentuk bundar lalu belakangnya ada ukiran kecil dalam bahasa asing, seperti bahasa latin bertuliskan -Fortuna favet audaci-

Abel shock kenapa Auriga memberikan dia ini.

Sebuah hadiah? dia suka gue? tidakkah ini terlalu cepat, dia tertarik sama gu2? Ini cepat banget! Enggak! Gue nggak percaya! Ode gue mau pingsan! Gue butuh bahu elo!

“Fortuna favet audaci artinya keberuntungan berpihak pada yang berani.” Tiba-tiba Cecil masuk lagi sambil menjelaskan, dia menatap kalung yang di pegang Abel itu sinis. “Itu hadiah dari rekan bisnis pak Riga dari Prancis, di kasih ke kamu juga ya? Aku juga dapat sih....” Cecil melirik dengan tatapan seperti mengejek. Padahal dia kesal karena dia yang mau benda itu ternyata Riga hanya memberikan dia sebuah kaos saja.

Abel terkejut dengan kemunculan Cecil yang tiba-tiba itu, sambil menjelaskan rasa penasaran Abel seolah-olah menarik Abel turun secara paksa dari angan-angannya.

Terpopuler

Comments

likerain_1308

likerain_1308

si cecill kyknya modelan yg nyebelin deh, jgn gentar Abell, lanjut trs deketin om Riga nya, sampai batas wkt yg sdh kamu tentukan sendiri, demi masa depan yg msh panjang...makasih up nya mb tris 🙏😍

2024-12-14

1

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

Lah udah tau ya nama aslinya abel

2024-12-20

1

🔥🔥🔥

🔥🔥🔥

setidaknya kamu sudah membuat Riga teralihkan dengan keberadaan mu bel buktinya Cecil yang jelas pegawai nya tapi malah kamu yang mendapatkan hal yg dia ingin kan

2024-12-15

1

lihat semua
Episodes
1 1 ABEL OBSES
2 2 SATU LANGKAH
3 3 Tidak Sesuai Rencana
4 4 LANJUTKAN!
5 5 Kamu siapa?
6 6 RUMIT
7 7 Solusi Sementara
8 8 Calon Mantu?
9 9 Drama Telur
10 10 Jangan Baper!
11 11 Kesempatan
12 12 Jatuh Dari Angan
13 13 Di mana dia?
14 14 Membuat Masalah
15 15 Misi Berhasil?
16 16 Lebih dari Cukup
17 17 Lolipop Spesial
18 18 Buka Mata
19 19 Kalah?
20 20 Titik Kembali
21 21 Ke semula
22 22 Membingungkan
23 23 Arabella?
24 24 Wajah di Antara bayang
25 25 It's You,
26 26 Usaha Menangkap
27 27 HANTU!
28 28 Badai Depan Mata
29 29 Caught!
30 30 0 -1
31 31 Come Back
32 32 Sayang?
33 33 Pedas?
34 34 Carolina Reaper
35 35 Pelipur Lara
36 36 Enggak Butuh!
37 37 Keras Kepala
38 38 Serba salah
39 39 Memalukan.
40 40 Polisi!
41 41 Piatu
42 42 Mimpi?
43 43 Terlalu Sempurna
44 44 Tidak Sudi Terinjak.
45 45 Ide
46 46 Ambigu
47 47 SURPRISE
48 48 KAMU
49 49 Mari...
50 50 OM-OM?
51 51 LIMA PULUH SATU
52 52 LIMA PULUH DUA
53 53 LIMA PULUH TIGA
54 54 LIMA PULUH EMPAT
55 55 LIMA PULUH LIMA
56 56 LIMA PULUH ENAM
57 57 LIMA PULUH TUJUH
58 58 LIMA PULUH DELAPAN
59 59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 60 ENAM PULUH
61 61 ENAM PULUH SATU
62 62 ENAM PULUH DUA
63 63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN..
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 Extra Part 1
93 Extra Part 2
94 Extra Part 3
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1 ABEL OBSES
2
2 SATU LANGKAH
3
3 Tidak Sesuai Rencana
4
4 LANJUTKAN!
5
5 Kamu siapa?
6
6 RUMIT
7
7 Solusi Sementara
8
8 Calon Mantu?
9
9 Drama Telur
10
10 Jangan Baper!
11
11 Kesempatan
12
12 Jatuh Dari Angan
13
13 Di mana dia?
14
14 Membuat Masalah
15
15 Misi Berhasil?
16
16 Lebih dari Cukup
17
17 Lolipop Spesial
18
18 Buka Mata
19
19 Kalah?
20
20 Titik Kembali
21
21 Ke semula
22
22 Membingungkan
23
23 Arabella?
24
24 Wajah di Antara bayang
25
25 It's You,
26
26 Usaha Menangkap
27
27 HANTU!
28
28 Badai Depan Mata
29
29 Caught!
30
30 0 -1
31
31 Come Back
32
32 Sayang?
33
33 Pedas?
34
34 Carolina Reaper
35
35 Pelipur Lara
36
36 Enggak Butuh!
37
37 Keras Kepala
38
38 Serba salah
39
39 Memalukan.
40
40 Polisi!
41
41 Piatu
42
42 Mimpi?
43
43 Terlalu Sempurna
44
44 Tidak Sudi Terinjak.
45
45 Ide
46
46 Ambigu
47
47 SURPRISE
48
48 KAMU
49
49 Mari...
50
50 OM-OM?
51
51 LIMA PULUH SATU
52
52 LIMA PULUH DUA
53
53 LIMA PULUH TIGA
54
54 LIMA PULUH EMPAT
55
55 LIMA PULUH LIMA
56
56 LIMA PULUH ENAM
57
57 LIMA PULUH TUJUH
58
58 LIMA PULUH DELAPAN
59
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60
60 ENAM PULUH
61
61 ENAM PULUH SATU
62
62 ENAM PULUH DUA
63
63 ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN..
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
Extra Part 1
93
Extra Part 2
94
Extra Part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!