4 LANJUTKAN!

Ode yang dari tadi terus mengawasi Abel dari kejauhan langsung melangkah masuk ke area bar dengan wajah cemas. Jantungnya berdebar kencang, bercampur aduk antara panik dan juga kesal. “Astaga, bocah ini kenapa malah bikin drama kayak gini?” pikirnya.

Namun, saat matanya menangkap pemandangan Auriga yang sedang membantu mengangkat tubuh Abel yang tak sadarkan diri, Ode terdiam

Awalnya, dia berniat menghentikan semua kekacauan ini sebelum semakin parah. Tapi melihat Auriga yang kini tampak benar-benar terlibat, Ode ragu. Apakah ini sebenarnya adalah peluang yang selama ini diharapkan Abel? Apakah dia juga harus melanjutkan drama ini untuk membantu gadis itu?

 

Auriga berbicara dengan tegas kepada pihak hotel, “Bawa ke rumah sakit, dia membutuhkan pertolongan segera. Pastikan kalian bertanggung jawab atas kelalaian yang terjadi.” Suaranya datar, namun sarat dengan otoritas yang tak bisa dibantah.

 

Ode melangkah mendekat, mencoba menguasai situasi. Dengan pandangan nanar, dia menatap Abel yang masih terkulai lemah di lengan Auriga. Jujur saja, Ode ingin segera menyentuh gadis itu, menepuk pipinya, dan membangunkannya dengan sedikit teriakan. Namun, dia tahu itu tidak perlu. Keadaan ini betapapun dramatisnya bisa menjadi peluang yang baik untuk Abel.

 

Langkah Abel mendekati pura-pura memeriksa keadaan,“Maaf, tapi sepertinya wanita ini bukan bagian dari kami,” ujar Ode dengan nada terlatih yang penuh kontrol. “Saya tidak mengenal dia. Sepertinya dia hanya pengunjung lain yang tidak sengaja berada di sini. Saya kenal semua orang yang saya pekerjakan, dia tidak ada dalam daftar management model yang saya pilih.”

 

Kalimat itu meluncur dari mulut Ode dengan lancar, meski hatinya penuh keraguan.

Auriga menatap Ode sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Abel menghela napas pelan.“Sebaiknya dia tetap diberikan pertolongan dulu,” kata Auriga dengan nada dingin. “Bagaimanapun juga, apapun yang terjadi ini adalah tanggung jawab pihak hotel.”

 

Ode mengangguk cepat. “Ya, baiklah. Saya rasa urusan saya di sini sudah selesai. Saya serahkan masalah ini kepada pihak hotel.”

 

 Ode merasakan dadanya sesak. Ingin sekali dia menarik Abel pergi dari situasi ini, mengakhiri semua drama ini. Tapi di sisi lain, dia tahu ini adalah peluang. Jika tidak ada yang mengenali Abel, otomatis Auriga, pria terakhir yang terlihat bersamanya, akan menjadi saksi utama dalam kejadian ini.

 

Dengan gemetar, Ode tetap berdiri di sana, memperhatikan ketika petugas membawa Abel keluar dari ruangan. “Semoga ini berjalan sesuai rencana dia,” gumam Ode dalam hati, meski tak bisa menutupi rasa cemas yang terus menghantuinya.

 

Di tengah malam setelah kegaduhan itu, Auriga Sean Anderson duduk area  rooftop bar itu. Wajahnya yang biasanya tenang kini menunjukkan jejak kelelahan dan frustrasi. Pihak manajemen hotel, bersama beberapa staf keamanan mendatanginya, meminta keterangannya terkait insiden yang melibatkan seorang wanita tak dikenal yang kini terbaring di rumah sakit.

 

“Pak Riga, kami mohon kerja samanya,” kata salah satu manajer hotel dengan nada sopan tapi tegas. “Wanita yang tadi dalam insiden di bar hingga sekarang kami tidak dapat menemukan identitasnya. Ponselnya mati, dan dia tidak membawa kartu pengenal apa pun.”

 

Auriga menghela napas panjang, lalu mengusap pelipisnya. “Saya tidak kenal wanita itu,” jawabnya tegas, “Dia mendekati saya di bar, entah dari mana dia datang. Saya bahkan tidak tahu namanya.”

 

Namun, penjelasan itu tampaknya tidak cukup memuaskan. Salah satu staf keamanan menambahkan, “Yang menjadi masalah adalah bagaimana dia bisa masuk ke lantai itu. Lantai tersebut sudah dipesan eksklusif oleh Pak Mahendra, dan aksesnya dijaga sangat ketat. CCTV menunjukkan bahwa wanita itu memang masuk bersama beberapa tamu lain, tapi dia terlihat berjalan sendiri, tanpa undangan.”

 

Manajer hotel melanjutkan, “Kami juga melihat di rekaman CCTV, wanita itu tidak berinteraksi dengan tamu lain. Sebaliknya, dia langsung mendekati Anda, Pak Riga, ketika Anda tiba di lounge. Ini membuat kami sulit untuk tidak mengaitkan keberadaannya dengan Anda.”

 

Auriga merasakan desakan di dadanya. Situasi ini mulai membuatnya gerah. “Seperti yang saya katakan, saya tidak mengenalnya, lalu apa ini tuduhannya kedatangan dia di sana karena saya.” ucapnya, kali ini dengan nada lebih tajam. “Jika dia berhasil masuk ke lantai ini, itu artinya ada celah dalam sistem keamanan kalian, bukan karena saya membawanya.”

 

Staf keamanan saling bertukar pandang, sementara manajer mencoba meredakan ketegangan. “Kami memahami kekesalan Anda, Pak. Namun, dengan situasi ini, kami hanya berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Wanita itu terakhir terlihat bersama Anda, jadi kami butuh penjelasan lebih lanjut untuk menghindari kesalahpahaman.”

 

Auriga mendengus pelan, menahan dirinya untuk tidak meluapkan amarah. “Saya bilang saya tidak tahu apapun. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa masuk atau apa tujuannya berada di sana. Saya pertegas, saya tidak ada hubungan dengannya.”

 

Mereka semua terdiam sejenak, sementara salah satu staf keamanan memperlihatkan rekaman CCTV di sebuah tablet. Dalam video itu, terlihat jelas wanita tersebut masuk ke lounge dengan langkah percaya diri, meskipun sendirian. Saat berada di dalam, dia mengabaikan tamu-tamu lain yang mencoba menyapanya, dan langsung berjalan menuju Auriga yang baru saja tiba. Adegan itu memperlihatkan Abel yang berusaha berbicara dengan Auriga, sementara pria itu hanya menanggapi dengan ekspresi dingin.

 

“Lihat? Dia yang menghampiri saya,” kata Auriga sambil menunjuk layar, frustrasi mulai terlihat di wajahnya. “Saya bahkan tidak tahu dari mana dia muncul. Kalau dia masuk ke lantai ini, itu sepenuhnya tanggung jawab kalian, bukan saya.”

 

Pihak hotel hanya bisa mengangguk kecil, mencoba mencerna situasi yang semakin rumit. Sementara itu, Auriga memijat pelipisnya, merasa waktu yang terbuang di sini benar-benar melelahkan. Dalam pikirannya, ini adalah malam yang seharusnya dia lewati dengan ketenangan dan rutinitas membosankan. Namun ini malah lebih parah dia terjebak dalam drama yang sama sekali tidak dia harapkan.

 

Saat mereka melanjutkan diskusi tentang bagaimana wanita itu bisa masuk, pikiran Auriga melayang sejenak. Siapa sebenarnya wanita itu?

 

Namun, bagi Auriga, satu hal jelas dia tidak ingin terlibat lebih jauh. “Kalau tidak ada yang lain, saya akan pulang,” katanya dingin, menutup diskusi dengan tegas lalu pergi berjalan masuk ke dalam bar.

 

***

Di ruang IGD sebuah rumah sakit, Ode melangkah masuk dengan langkah ragu datang kesana sebagai bentuk simpatik atas apa yang terjadi di acara hiburan bosnya. Wajahnya tampak penuh simpati, akting yang begitu meyakinkan hingga membuat para staf medis tidak curiga. Dia mendekati ranjang Abel yang terbaring dengan perban di kepala, tubuhnya tampak lemah tapi wajahnya masih menunjukkan sedikit rona kehidupan.

 

“Bel, Abela Anais! Bangun! Gue tahu lo nggak mungkin mati dengan cara kayak gini,” bisik Ode sambil menggoyangkan bahu Abel dengan lembut, ekspresi wajahnya setengah cemas, setengah kesal.

 

Abel tidak bangun namun saat Ode meniup wajahnya Abel langsung di buat sesak dan membuka matanya perlahan, tatapannya masih kabur. “Ode? Ode, Cong gue mati? Ode, aku nggak mati, kan?” suaranya lirih, penuh kebingungan.

 

“Ssst!” Ode langsung memasang wajah serius, jarinya menempel di bibir. “Diam! Jangan panggil nama gue keras-keras! Gue ke sini cuma sebagai pihak acara yang prihatin, ngerti? Gue nggak bertanggung jawab atas lo, itu urusan pihak hotel. Lo apes banget sih, untung aja nggak mati beneran.”

 

Abel mencoba mengangkat kepalanya, tapi langsung meringis kesakitan. “Ini... ini bukan rencana lo? Jangan bilang lo sengaja bikin gue hampir mati.”

 

Ode mendengus sambil memutar bola matanya. “Rencana apaan, Bel? Bunuh lo? Gue ini personal Asisten bokap lo, bukan pembunuh bayaran. Udah, diem! Kepala lo gimana? Masih inget gue siapa, kan? Nggak amnesia, kan?”

 

Abel menatap Ode dengan ekspresi skeptis, tapi jelas lelah. “Ya gue inget lo lah. Tapi ini semua gimana? Gue sukses bikin Auriga peduli nggak?”

 

Ode melipat tangan di dada, menatap Abel dengan pandangan setengah menilai. “Oke, dengerin gue baik-baik. Lo aman sekarang. Tapi kita harus bikin situasi ini lebih mulus. Kalau nanti ada yang nanya, lo jawab aja lo nggak inget apa-apa. Pura-pura linglung. Kepala lo kebentur, jadi masuk akal, kan?”

 

Abel mengerutkan dahi, tampak tidak yakin. “Pura-pura amnesia? Ode, serius deh, itu sinetron banget. Gimana kalau dokter periksa gue dan ketauan gue cuma akting?”

 

“Ya udah, nggak usah amnesia total. Lo cukup bilang lo lupa kejadian tadi. Linglung, bingung, apa kek. Pokoknya bikin mereka percaya kalau lo masih shock. Itu nggak mustahil, kepala lo beneran kebentur, kan?” Ode menatap Abel dengan pandangan mendesak.

 

Abel menutup mata, mendesah panjang. “Lo yakin? Tapi kayaknya gue nggak punya pilihan lain, ya?”

 

“Ya itu paling pas,” jawab Ode cepat sambil mengangguk puas. “Sekarang, lo tidur lagi. Kalau ada yang nanya, lo tahu harus bilang apa, kan? Dan inget, jangan sebut nama gue. Kita harus bikin Auriga tetap terlibat, biar dia nggak lepas tangan dari ini.”

 

Abel membuka mata separuh, menatap Ode dengan pandangan campuran antara frustrasi dan pasrah. “Kalau ini berantakan?”

 

Ode hanya tersenyum kecil, menepuk bahu Abel pelan. “Santai aja, Bel. Gue nggak pernah salah langkah. Lagian usaha lo itu udah separoh jalan, lihat effort banget sampai terluka gini, sekarang, tidur lagi. Gue pantau dari jauh.”

 

Abel akhirnya menutup matanya lagi, mencoba mengumpulkan energi. Sementara itu, Ode berbalik dan berjalan keluar ruangan, wajahnya berubah serius begitu pintu tertutup di belakangnya. Dalam hati, dia hanya bisa berdoa. “Semoga ini nggak kacau balau. Semoga Auriga beneran kejebak sama rencana gila lo, Bel.”

***

Saat Auriga Sean Anderson melangkah keluar dari bar hendak kembali pulang, pikirannya dipenuhi rasa lelah dan kesal. Namun, sebelum ia berhasil mencapai pintu keluar, langkahnya terhenti ketika seorang manajer lounge mendekat dengan wajah penuh rasa cemas.

 

"Pak Riga, kami mohon maaf, tapi kami memerlukan kehadiran Anda di rumah sakit," ucap manajer itu dengan nada hati-hati, meskipun ada jejak tuduhan tersirat dalam tatapannya.

 

Auriga mengerutkan kening, merasa semakin frustrasi. "Apa lagi ini saya sudah katakan saya tidak kenal dia. Kenapa saya harus ke sana? Saya tidak tahu apa-apa tentang wanita itu titik!," jawabnya  dengan nada suaranya mulai terdengar tajam.

 

Manajer itu menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Wanita itu sudah sadar, dan dia terus memanggil seseorang... Dia menyebutkan 'Mas kamu di mana'. Tatapan dan perilakunya seolah mengarah ke Anda, Pak. Kami tidak ingin ada kesalahpahaman lebih lanjut, jadi kami memohon agar Anda bersedia datang untuk membantu menjelaskan situasi."

 

Auriga menatap manajer itu dengan dingin, berusaha menahan dorongan untuk melontarkan komentar pedas. "Mas? Serius? Saya bahkan tidak mengenalnya. Apa yang membuat kalian berpikir ini ada hubungannya dengan saya?Astaga ayolah!"

 

Manajer itu hanya bisa menunduk sedikit, seolah menghindari pandangan tajam Auriga. "Kami hanya mencoba menyelesaikan masalah ini dengan cara terbaik, Pak. Kehadiran Anda mungkin bisa membantu memperjelas situasi."

 

Auriga menghela napas panjang, rasa kesalnya semakin memuncak. Dia tidak bisa mengabaikan permintaan itu, meskipun di dalam hatinya dia ingin sekali menolak dan meninggalkan semua ini. "Baiklah," katanya akhirnya, meskipun suaranya terdengar enggan. "Tapi saya tidak akan tinggal lama. Ini bukan urusan saya."

 

Dengan berat hati, Auriga mengikuti manajer tersebut ke rumah sakit, merasa semakin terjebak dalam drama yang tidak pernah ia harapkan.

***

Sementara itu, di tempat lain, Mahendra tengah duduk di salah satu sofa di ruang privat hotel. Matanya memandangi segelas wine di tangannya, ekspresinya tenang namun penuh keseriusan. Di hadapannya, Ode berdiri dengan sikap penuh percaya diri, mencoba mengalihkan perhatian bosnya dari kekacauan yang terjadi di acara tadi yang dia dengar dari tamu-tamunya.

 

“Pak Mahen, tenang aja. Saya sudah mengurus semuanya,” kata Ode sambil menyunggingkan senyum kecil. “Keadaan di lounge sudah terkendali. Kalau ada masalah, biar saya yang tangani. Anda tidak perlu khawatir.”

 

Mahendra mengangkat alis, sedikit curiga. “Apa sebenarnya yang terjadi, Ode? Bagaimana orang lain bisa masuk?”

 

“Ah, hanya masalah kecil, Pak, Dia mungkin nyasar atau bagian hotel juga.” jawab Ode dengan nada santai. “Pihak hotel sudah mengambil tindakan yang diperlukan. Tidak ada yang perlu Anda cemaskan.”

 

Mahendra menatap Ode dengan serius, “Hemm baguslah....”

“Pak, ini malam untuk menikmati waktu bersama kolega Anda. Saya sudah pastikan semuanya terkendali. Kalau ada yang perlu diurus, saya akan melaporkan langsung pada Anda.”

Mahendra akhirnya mengangguk kecil. “Baiklah. Pastikan semuanya selesai tanpa ada keributan lebih lanjut. Saya tidak ingin ada hal-hal yang mencoreng nama saya.”

 

“Tidak perlu khawatir, Pak. Saya akan pastikan semuanya beres,” Ode menjawab dengan penuh percaya diri.

 

Dalam hati Ode, “Anak Lo, Mahen! Anak lo tadi yang buat kegaduhan! Dia bukan cuma lagi coreng nama baik aja. Tapi juga lagi gambar monyet di wajah bapaknya.”

Terpopuler

Comments

likerain_1308

likerain_1308

🤣....lanjutkan bel....gk tau aja tu si bpk mahendra, klo anak gadisnya brsn bkn heboh...mb tris, gercep up lagi mauu lah...😄😄

2024-12-06

5

ansya

ansya

karya-karya kak tris sulit di tebak... karena slalu ada gebrakan 😜

2024-12-07

2

kiya

kiya

Silahkan dilanjut mba tris 🫣😂🥰

2024-12-08

2

lihat semua
Episodes
1 1 ABEL OBSES
2 2 SATU LANGKAH
3 3 Tidak Sesuai Rencana
4 4 LANJUTKAN!
5 5 Kamu siapa?
6 6 RUMIT
7 7 Solusi Sementara
8 8 Calon Mantu?
9 9 Drama Telur
10 10 Jangan Baper!
11 11 Kesempatan
12 12 Jatuh Dari Angan
13 13 Di mana dia?
14 14 Membuat Masalah
15 15 Misi Berhasil?
16 16 Lebih dari Cukup
17 17 Lolipop Spesial
18 18 Buka Mata
19 19 Kalah?
20 20 Titik Kembali
21 21 Ke semula
22 22 Membingungkan
23 23 Arabella?
24 24 Wajah di Antara bayang
25 25 It's You,
26 26 Usaha Menangkap
27 27 HANTU!
28 28 Badai Depan Mata
29 29 Caught!
30 30 0 -1
31 31 Come Back
32 32 Sayang?
33 33 Pedas?
34 34 Carolina Reaper
35 35 Pelipur Lara
36 36 Enggak Butuh!
37 37 Keras Kepala
38 38 Serba salah
39 39 Memalukan.
40 40 Polisi!
41 41 Piatu
42 42 Mimpi?
43 43 Terlalu Sempurna
44 44 Tidak Sudi Terinjak.
45 45 Ide
46 46 Ambigu
47 47 SURPRISE
48 48 KAMU
49 49 Mari...
50 50 OM-OM?
51 51 LIMA PULUH SATU
52 52 LIMA PULUH DUA
53 53 LIMA PULUH TIGA
54 54 LIMA PULUH EMPAT
55 55 LIMA PULUH LIMA
56 56 LIMA PULUH ENAM
57 57 LIMA PULUH TUJUH
58 58 LIMA PULUH DELAPAN
59 59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 60 ENAM PULUH
61 61 ENAM PULUH SATU
62 62 ENAM PULUH DUA
63 63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN..
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 Extra Part 1
93 Extra Part 2
94 Extra Part 3
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1 ABEL OBSES
2
2 SATU LANGKAH
3
3 Tidak Sesuai Rencana
4
4 LANJUTKAN!
5
5 Kamu siapa?
6
6 RUMIT
7
7 Solusi Sementara
8
8 Calon Mantu?
9
9 Drama Telur
10
10 Jangan Baper!
11
11 Kesempatan
12
12 Jatuh Dari Angan
13
13 Di mana dia?
14
14 Membuat Masalah
15
15 Misi Berhasil?
16
16 Lebih dari Cukup
17
17 Lolipop Spesial
18
18 Buka Mata
19
19 Kalah?
20
20 Titik Kembali
21
21 Ke semula
22
22 Membingungkan
23
23 Arabella?
24
24 Wajah di Antara bayang
25
25 It's You,
26
26 Usaha Menangkap
27
27 HANTU!
28
28 Badai Depan Mata
29
29 Caught!
30
30 0 -1
31
31 Come Back
32
32 Sayang?
33
33 Pedas?
34
34 Carolina Reaper
35
35 Pelipur Lara
36
36 Enggak Butuh!
37
37 Keras Kepala
38
38 Serba salah
39
39 Memalukan.
40
40 Polisi!
41
41 Piatu
42
42 Mimpi?
43
43 Terlalu Sempurna
44
44 Tidak Sudi Terinjak.
45
45 Ide
46
46 Ambigu
47
47 SURPRISE
48
48 KAMU
49
49 Mari...
50
50 OM-OM?
51
51 LIMA PULUH SATU
52
52 LIMA PULUH DUA
53
53 LIMA PULUH TIGA
54
54 LIMA PULUH EMPAT
55
55 LIMA PULUH LIMA
56
56 LIMA PULUH ENAM
57
57 LIMA PULUH TUJUH
58
58 LIMA PULUH DELAPAN
59
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60
60 ENAM PULUH
61
61 ENAM PULUH SATU
62
62 ENAM PULUH DUA
63
63 ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN..
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
Extra Part 1
93
Extra Part 2
94
Extra Part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!