A Shadow in The Archives

Ruang arsip terasa sunyi, dingin, dan seolah menyimpan rahasia yang terlalu gelap untuk dibagikan. Deretan rak tinggi dengan lampu neon yang berkedip-kedip menambah kesan mencekam. Udara di ruangan itu mengandung aroma kertas tua dan tinta yang memudar, menciptakan atmosfer yang tak ramah, seolah setiap sudut ruangan memperingatkan bahaya yang mengintai.

Darren berdiri dengan tubuh tegap, bersandar ringan pada rak besi di dekat pintu, tangan terlipat di dada. Wajahnya, yang biasanya santai dan menggoda, kini penuh ketegangan. Sorot matanya menajam ke arah pintu, menunggu langkah berikutnya dengan kesabaran predator.

Langkah sepatu terdengar mendekat, bergema di lorong sempit. Pintu berderit terbuka perlahan, cahaya dari luar hanya sempat membias di lantai sebelum Darren menyalakan lampu dengan satu gerakan cepat.

Lampu neon berkedip sejenak sebelum menyala sepenuhnya, menerangi ruangan yang tiba-tiba menjadi saksi bisu dari konfrontasi ini. Nadia, seorang wanita dengan rambut gelap yang rapi dan raut wajah tegang, terkejut. Matanya melebar ketika melihat Darren sudah menunggunya di sana.

“Aku tahu itu kau,” kata Darren, suaranya rendah namun tajam seperti bilah pisau yang baru diasah.

Nadia berusaha menenangkan dirinya, dagunya terangkat sedikit, mencoba mempertahankan wibawanya. “Apa maksudmu? Aku hanya mencari dokumen lama.”

“Jangan coba-coba berbohong,” Darren memotongnya tanpa ragu, langkahnya perlahan mendekati Nadia. Sorot matanya penuh ancaman, kontras dengan senyum kecil yang menghiasi bibirnya, sebuah senyum yang lebih menyerupai peringatan daripada keramahan. "Aku punya bukti. Kau memalsukan laporan. Dan mencoba menjebak Elea. Kau pikir aku akan diam saja?”

Wajah Nadia memucat, meskipun ia berusaha keras menyembunyikan rasa gugupnya. “Kau tidak punya bukti apapun,” katanya, suaranya terdengar sedikit bergetar.

Darren menyeringai, langkahnya berhenti tepat di depan Nadia. “Aku punya,” katanya pelan namun penuh tekanan. Dari balik sakunya, ia mengeluarkan sebuah map tipis dan melambai-lambaikannya dengan santai. “Bagaimana kalau aku kirim ini ke bos kita? Menurutmu, siapa yang akan mereka percaya?”

Nadia terdiam, wajahnya penuh ketegangan. Ia tahu ia terjebak, tapi ia tetap mencoba melawan. “Kau tidak akan melakukannya. Itu hanya omong kosong.”

Darren mendekat lebih jauh, membungkukkan tubuhnya sedikit sehingga wajahnya sejajar dengan Nadia. Wajah yang biasanya ceria dan penuh lelucon kini menjadi topeng dingin yang menakutkan. “Kau mau coba keberuntunganmu?” bisiknya dengan nada yang membuat bulu kuduk berdiri. “Kau salah pilih lawan, Nadia. Mulai sekarang, aku akan memastikan setiap langkahmu diawasi.”

Nadia terdiam beberapa detik, lalu mundur setengah langkah. Ia terlihat seperti sedang mencoba memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini.

Namun, sebelum ia bisa berkata apa-apa, suara lain terdengar dari belakang Darren.

“Darren,” suara Elea tegas dan datar, namun ada nada kekecewaan yang tidak bisa disembunyikan. “Apa yang kau lakukan?”

Darren langsung berbalik, ekspresinya berubah dalam sekejap. Dari seorang pria yang mendominasi menjadi sosok polos yang hampir terlihat seperti anak kecil yang tertangkap basah melakukan kesalahan. “Elea! Aku hanya... mencoba membereskan masalah.”

Elea, wanita tinggi dengan rambut terikat rapi, berdiri di ambang pintu. Mata cokelat gelapnya menatap tajam, lebih tajam dari lampu neon di atas kepala mereka. “Masalah? Dengan ancaman? Darren, kau pikir ini cara yang benar?”

Darren menggaruk tengkuknya, menyeringai kecil seperti anak kecil yang mencoba meredakan amarah ibunya. “Dia mencoba menghancurkanmu, Elea. Aku hanya—”

“—Hanya membuat segalanya lebih buruk,” potong Elea, mendekat dengan langkah mantap. Ia memandang Nadia sekilas, lalu kembali pada Darren. “Kita bicara nanti. Sekarang, keluar dari sini.”

Darren menatap Elea beberapa detik, ragu untuk meninggalkan Nadia begitu saja. Namun, tatapan Elea yang dingin tidak memberi ruang untuk perdebatan. Dengan enggan, ia mengangkat kedua tangannya dalam gerakan menyerah, berjalan keluar sambil bergumam, “Kau terlalu baik untuk orang seperti dia.”

Saat Darren melewati Elea, ia sempat melirik ke arahnya dan mengedipkan mata seperti biasanya. "Jangan marah terlalu lama padaku. Aku hanya ingin membantu.”

***

Ruang arsip kembali sunyi setelah pintu tertutup. Elea berdiri tegak, menghadap Nadia yang masih mematung di dekat rak dokumen. Cahaya lampu neon di atas kepala mereka berpendar lembut, menciptakan bayangan samar yang menekankan ketegangan di wajah Nadia. Elea melipat tangan di depan dada, ekspresinya tetap dingin dan tegas.

“Nadia,” suara Elea akhirnya memecah keheningan, tenang tapi penuh kekuatan. “Kita berdua tahu kenapa kau ada di sini malam-malam begini. Aku tak perlu bukti untuk membaca niatmu.”

Nadia mencoba terlihat tenang, tapi gerakan tangannya yang meremas ujung blazer menunjukkan sebaliknya. “Aku hanya ingin memeriksa laporan lama. Tidak ada yang salah dengan itu, kan?”

“Laporan lama?” Elea menaikkan satu alis, senyuman kecil yang tidak bersahabat muncul di bibirnya. “Laporan mana yang membutuhkan akses khusus dan pintu belakang untuk masuk? Jangan remehkan kecerdasan orang lain, Nadia. Aku sudah cukup lama bekerja di sini untuk tahu apa yang kau lakukan.”

Nadia membuka mulut untuk membela diri, tapi Elea mengangkat satu tangan, menghentikannya sebelum sempat bicara. “Darren mungkin terlalu impulsif, tapi dia tidak salah tentang satu hal—kau bermain api. Dan api itu sekarang hampir membakar habis reputasimu.”

“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan,” jawab Nadia akhirnya, mencoba mengangkat dagunya. Tapi suaranya terdengar lemah, tanpa keyakinan.

Elea mengambil satu langkah maju, jarak mereka kini hanya beberapa meter. “Kau bisa terus menyangkal, tapi aku sudah punya salinan laporan yang kau edit. Jejak digitalnya? Masih ada. Bukankah menarik bagaimana teknologi meninggalkan jejak yang tak bisa dihapus?”

Wajah Nadia memucat, senyumnya lenyap. “Kau tidak punya hak untuk menghakimi aku,” katanya, nadanya hampir seperti bisikan. “Kau tidak tahu apa-apa tentangku atau kenapa aku melakukan ini.”

Elea memiringkan kepalanya sedikit, ekspresinya tetap tidak berubah. “Aku tahu cukup banyak. Kau merasa terancam, ingin menjatuhkan orang lain untuk menyelamatkan posisimu sendiri. Tapi ini bukan tentang apa yang aku tahu. Ini tentang apa yang kau lakukan.”

Ruangan terasa semakin sempit dengan ketegangan di antara mereka. Elea mendekatkan diri lagi, suaranya lebih rendah namun lebih dingin. “Aku tidak di sini untuk menyelamatkanmu, Nadia. Kau sudah cukup dewasa untuk tahu konsekuensi dari tindakanmu. Tapi aku di sini untuk memastikan kau tidak menyakiti orang lain lagi. Mulai besok, aku akan menyerahkan semua bukti ini ke manajemen, terutama, Harland.”

“Elea, tunggu,” kata Nadia dengan nada putus asa, akhirnya kehilangan kontrol. “Aku—aku hanya... aku butuh waktu untuk menjelaskan. Ada alasan di balik semua ini.”

Elea mengerutkan kening, tetapi ia tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap Nadia, matanya tajam seolah menilai apakah wanita itu pantas mendapatkan kesempatan kedua.

“Aku tidak di sini untuk mendengarkan alasan, Nadia. Jika ada sesuatu yang perlu kau sampaikan, katakan di depan manajemen. Malam ini sudah selesai.” Elea berbalik, langkahnya tegas menuju pintu.

***

Di luar ruang arsip, Darren bersandar di dinding, menunggu Elea dengan gaya santai yang hampir berlebihan. Ketika Elea muncul, ia segera menyeringai lebar. “Kukira kau akan butuh bantuan lagi. Ternyata bisa sendiri, ya?”

Elea mendesah, menatap Darren dengan tajam. “Kau pikir ini permainan, Darren? Kau tahu apa yang kau lakukan tadi bisa membahayakan kita berdua? Jangan terlalu sok jadi pahlawan.”

Darren mengangkat bahu, tangannya masuk ke saku celana. “Kalau bukan aku, siapa lagi? Kau terlalu sibuk jadi wanita super yang menjaga dunia tetap aman.”

Elea mendekat, berdiri tepat di depan Darren. Wajahnya yang biasanya tenang kini penuh emosi yang sulit ditebak. “Darren, dengar baik-baik. Aku tidak butuh seseorang yang bertindak seperti anak kecil dan membahayakan segalanya. Kau pikir ancaman itu solusi?”

“Aku hanya ingin melindungimu!” Darren akhirnya menaikkan suaranya, tapi masih dengan nada yang penuh frustrasi. “Apa salahku kalau aku tidak mau ada orang sepertinya menyakitimu?”

“Menyakitiku bukan urusanmu, Darren!” balas Elea, suaranya tegas. “Aku bisa mengurus diriku sendiri.”

Keheningan merebak di antara mereka. Darren menatap Elea dengan ekspresi yang sulit diartikan, campuran rasa sakit dan kebingungan. Akhirnya, dia berkata dengan suara yang lebih pelan, hampir seperti bisikan. “Aku tahu kau bisa, Elea. Tapi kau tidak harus melakukannya sendirian.”

Elea menghela napas panjang, lelah, tapi ada sesuatu di mata Darren yang membuatnya tak bisa berkata lebih. Sebuah perasaan yang ia coba abaikan—perasaan bahwa Darren, dengan segala kekurangannya, benar-benar peduli. Ia memilih tidak menjawab, hanya berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Darren berdiri di sana, menatap punggungnya dengan pandangan yang penuh tekad.

***

Episodes
1 Unexpected Companionship
2 Endless Conversation
3 Coffee And Unspoken Words
4 Between Love And Ambition
5 In the Archive Room
6 Burden Without Aid
7 Unexpected Help
8 The Silent Defender
9 Dinamika yang Berubah
10 His Eyes, Her Silence
11 Beneath the Quiet Storm
12 The Battle Of Hearts
13 A Shadow in The Archives
14 Echoes in the Corridor
15 Words Between The Lines
16 A Loveless Morning
17 A Glimpse of Trust
18 Darren's Silent Promise
19 The Beginning of Dangerous Game
20 A Challenges of Trust
21 Birmingham Journey
22 The Man Who Stayed
23 Jealousy in The Air
24 More Than Enough
25 A Smile for Someone Else
26 The Veil of Deception
27 Our First Date
28 Permainan Perasaan
29 Darren’s Persistence
30 A Quiet Dinner
31 An Unexpected Beginning
32 Between Love and Deception
33 Shattered Trust
34 The Weight of Tears
35 A Bowl of Warmth
36 A Cry in The Night
37 A Temporary Husband
38 The Battle Of Two Hearts
39 Unraveling Secret
40 Silent Shift
41 The Art of Subtle Provocation
42 A Birthday Invitation
43 Boundaries and Betrayals
44 A Gentleman's Resolve
45 The Invitation
46 His Past
47 Dangerous Proximity
48 Emergency Contact
49 Truths Beneath the Surface
50 A Door Half Open
51 A Dance Between Lies and Truths
52 A Heart Devided
53 The Kiss That Changed Everything
54 Broken Vows, New Beginnings
55 Jealousy in Disguise
56 When Love Hurts
57 A New Beginning
58 The Protector's Promise
59 The Man Behind The Mask
60 Karyawan Baru yang Terlalu Mempesona
61 Between Doubt and Desire
62 When He Finally Gave Up
63 Don't Go, Darren
64 When I Could No Longer Deny It
65 More Than Just a Moment
66 Secrets, Love, and New Beginnings
67 A Hidden Love
68 A Secret Between Us
69 A Dangerous Admission
70 Unveiling Darren’s Secrets
71 The Boundaries We Break
72 Temptation in the Boardroom
73 Intrigue Behind the Archives
74 Secrets, Ambition, and Office Romance
75 Love, Conspiracy and Jealousy
76 A Lover's Claim
77 London, Love, and Lies
78 Darren’s True Identity
79 Numbers Don’t Lie, But People Do
80 Digging Into Danger
81 The Man Who Knows Too Much
82 The Bait and the Prey
83 The Moment of Reckoning
84 The Fall of Deception
85 Are We Ready for This?
86 A Battle of Hearts and Loyalties
87 When the Doors Open
88 When Silence Speaks Louder
89 The Day
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Unexpected Companionship
2
Endless Conversation
3
Coffee And Unspoken Words
4
Between Love And Ambition
5
In the Archive Room
6
Burden Without Aid
7
Unexpected Help
8
The Silent Defender
9
Dinamika yang Berubah
10
His Eyes, Her Silence
11
Beneath the Quiet Storm
12
The Battle Of Hearts
13
A Shadow in The Archives
14
Echoes in the Corridor
15
Words Between The Lines
16
A Loveless Morning
17
A Glimpse of Trust
18
Darren's Silent Promise
19
The Beginning of Dangerous Game
20
A Challenges of Trust
21
Birmingham Journey
22
The Man Who Stayed
23
Jealousy in The Air
24
More Than Enough
25
A Smile for Someone Else
26
The Veil of Deception
27
Our First Date
28
Permainan Perasaan
29
Darren’s Persistence
30
A Quiet Dinner
31
An Unexpected Beginning
32
Between Love and Deception
33
Shattered Trust
34
The Weight of Tears
35
A Bowl of Warmth
36
A Cry in The Night
37
A Temporary Husband
38
The Battle Of Two Hearts
39
Unraveling Secret
40
Silent Shift
41
The Art of Subtle Provocation
42
A Birthday Invitation
43
Boundaries and Betrayals
44
A Gentleman's Resolve
45
The Invitation
46
His Past
47
Dangerous Proximity
48
Emergency Contact
49
Truths Beneath the Surface
50
A Door Half Open
51
A Dance Between Lies and Truths
52
A Heart Devided
53
The Kiss That Changed Everything
54
Broken Vows, New Beginnings
55
Jealousy in Disguise
56
When Love Hurts
57
A New Beginning
58
The Protector's Promise
59
The Man Behind The Mask
60
Karyawan Baru yang Terlalu Mempesona
61
Between Doubt and Desire
62
When He Finally Gave Up
63
Don't Go, Darren
64
When I Could No Longer Deny It
65
More Than Just a Moment
66
Secrets, Love, and New Beginnings
67
A Hidden Love
68
A Secret Between Us
69
A Dangerous Admission
70
Unveiling Darren’s Secrets
71
The Boundaries We Break
72
Temptation in the Boardroom
73
Intrigue Behind the Archives
74
Secrets, Ambition, and Office Romance
75
Love, Conspiracy and Jealousy
76
A Lover's Claim
77
London, Love, and Lies
78
Darren’s True Identity
79
Numbers Don’t Lie, But People Do
80
Digging Into Danger
81
The Man Who Knows Too Much
82
The Bait and the Prey
83
The Moment of Reckoning
84
The Fall of Deception
85
Are We Ready for This?
86
A Battle of Hearts and Loyalties
87
When the Doors Open
88
When Silence Speaks Louder
89
The Day

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!