A Glimpse of Trust

Ruangan meeting di lantai delapan tampak sepi setelah sebagian besar karyawan beranjak keluar untuk makan siang. Di ujung meja panjang yang menghadap jendela besar, Elea dan Darren masih duduk. Elea sedang memeriksa ulang beberapa laporan keuangan di laptopnya, sementara Darren, dengan sikap santai, memutar-mutar pena di tangannya.

"Baiklah, Darren," kata Elea sambil menutup laptopnya. "Semua data sudah aku periksa. Tinggal bagianmu sekarang."

Darren tersenyum sambil mengangkat bahu. "Kalau begitu kita break dulu, ya? Aku lapar."

Elea melirik jam di pergelangan tangannya. "Kurasa ini waktu yang tepat untuk makan siang."

"Bagus," kata Darren sambil berdiri. "Hari ini, aku yang traktir."

Elea mengangkat alis, sedikit skeptis. "Kau yang traktir? Karyawan magang biasanya malah berharap ditraktir."

Darren tertawa kecil, memamerkan senyum menawannya. "Aku junior yang berbeda, Elea. Dan aku punya selera makan yang mahal, jadi percayalah, kau akan senang aku yang bayar."

Meski awalnya ragu, Elea akhirnya setuju. Mereka berjalan keluar dari gedung menuju sebuah restoran kecil di tepi Sungai Thames yang sering dikunjungi para profesional kantor. Suasana London di siang hari terasa sibuk, tetapi udara musim dingin yang sejuk membuat segala sesuatunya terasa segar.

***

Keramaian Covent Garden terasa begitu hidup, dengan seniman jalanan yang menampilkan tarian energik di tengah alun-alun, suara biola yang mengalun lembut dari sudut lain, dan turis yang berbaur dengan warga lokal. Darren memilih restoran kecil bergaya rustic dengan jendela besar yang menghadap ke jalan, menawarkan pemandangan kota London yang selalu bergerak.

Restoran itu tidak terlalu ramai. Darren memilih meja di sudut,dan dengan penuh semangat mempersilakan Elea duduk sebelum memanggil pelayan.

“Restoran ini salah satu favoritku,” kata Darren sambil menarik kursi untuk Elea sebelum ia duduk. “Mereka punya pie yang menurutku tidak ada tandingannya di London.”

Elea tersenyum tipis, merasa canggung dengan perhatian kecil seperti itu. “Kau terdengar seperti kritikus makanan. Sejak kapan kau tahu tempat-tempat seperti ini?”

Darren tertawa kecil, nada menggoda khasnya muncul. “Aku hanya seseorang yang punya selera tinggi, itu saja.”

Pelayan datang membawa menu, dan Darren segera memilih hidangan dengan percaya diri. Ia juga menawarkan rekomendasi untuk Elea, meskipun akhirnya membiarkannya memutuskan sendiri.

“Aku tidak menyangka kau bisa begitu gentleman,” Elea berkata sambil membuka menu.

Darren menyandarkan diri ke kursinya dengan sikap santai. "Ada banyak hal tentangku yang belum kau tahu, Elea. Dan siapa tahu, mungkin kau akan terkejut."

Elea hanya terkekeh pelan, memilih untuk tidak menanggapi komentar itu. Setelah mereka memesan makanan, Darren menatapnya dengan perhatian penuh, seperti seseorang yang ingin membaca ekspresi paling kecil sekalipun dari lawan bicaranya.

"Jadi," Darren membuka percakapan. "Tentang naskahmu. Sudah sampai mana?"

Elea tersenyum kecil. Pertanyaan itu membuatnya merasa dihargai, sesuatu yang jarang ia rasakan, terutama dari Adrian. "Masih jauh dari selesai. Tapi aku mulai melihat ke mana arah ceritanya."

Darren menyandarkan dagu di tangannya, wajahnya serius. "Apa kau merasa lebih percaya diri sekarang setelah aku bilang naskahmu bagus?"

Elea mengangguk pelan. "Ya. Aku rasa itu membantu. Tapi aku tahu, bagaimanapun, aku harus bisa percaya pada diriku sendiri."

Darren menyeringai. "Elea, kau tidak butuh alasan untuk percaya diri. Kau berbakat, dan aku serius soal itu."

Elea menatapnya, merasa sedikit tersipu meski ia mencoba menyembunyikannya. Tatapan Darren begitu intens, seolah semua perhatiannya tertuju hanya padanya.

Ketika makanan datang, Darren melakukan hal-hal kecil yang tidak Elea duga. Ia menyodorkan garam saat Elea mengernyit karena makanannya kurang rasa, menyisihkan gelasnya untuk memberi ruang di meja, bahkan mengingatkan Elea untuk tidak lupa mencicipi sup hangat yang ia pesan.

“Kau memperhatikanku seperti seorang pengasuh anak,” kata Elea sambil terkekeh pelan, mencoba menyembunyikan rasa aneh yang hangat di dadanya.

Darren tertawa kecil. "Bukan pengasuh anak, tapi… mungkin seseorang yang peduli?"

Elea menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Kau benar-benar aneh, Darren. Aku tidak pernah bertemu junior sepertimu sebelumnya."

Darren mengangkat bahunya. "Mungkin aku memang bukan junior biasa."

***

Suasana makan siang itu terasa nyaman, lebih seperti dua teman lama yang bertemu daripada rekan kerja. Darren, dengan caranya yang santai namun penuh perhatian, terus mencairkan suasana. Ia memastikan Elea tidak merasa canggung, bahkan memotongkan sepotong pie-nya untuk dicoba oleh Elea.

“Ini,” katanya sambil menyodorkan piring kecil ke arah Elea. “Kau harus mencoba pie daging mereka. Kalau tidak, pengalamanmu di restoran ini tidak lengkap.”

Elea, yang awalnya ragu, akhirnya menerima. “Kau tahu, Darren, aku mulai curiga. Kau lebih seperti pemandu wisata London daripada seorang staff magang.”

Darren menatapnya dengan senyum nakal. “Yah, aku memang seseorang dengan banyak bakat tersembunyi.”

Elea mendengus, meski senyum kecil muncul di wajahnya. Ada sesuatu tentang Darren yang membuatnya merasa lebih ringan, berbeda dari hari-hari biasanya yang penuh tekanan.

Saat percakapan bergulir, Darren perlahan membawa topik kembali ke naskah novel Elea. Ia bersandar di kursinya, memainkan garpu di tangannya sambil berkata, “Jadi, bagaimana kabar tulisanmu? Sudah ada perkembangan sejak terakhir kali kau tunjukkan padaku?”

Elea menghela napas kecil, menatap pie-nya yang hampir habis. “Aku menulis lagi pagi ini. Tapi, entahlah. Semakin banyak aku menulis, semakin aku merasa ini semua tidak ada gunanya.”

Darren mengerutkan kening. “Kenapa kau berpikir begitu? Dari yang kubaca kemarin, ceritamu punya potensi besar.”

Elea mengangkat bahu, mencoba menyembunyikan perasaan ragu dan kekecewaan. “Mungkin aku terlalu banyak mendengar komentar dari orang lain. Terutama Adrian.”

Ada jeda sejenak di antara mereka. Darren meletakkan garpunya dan menatap Elea dengan serius. “Adrian tidak mendukungmu?”

Elea menggigit bibirnya, ragu untuk menjawab. “Dia hanya… tidak percaya bahwa menulis bisa menjadi sesuatu yang nyata. Baginya, itu hanya buang-buang waktu.”

Wajah Darren mengeras sejenak, meski ia berusaha menyembunyikannya dengan senyum kecil. “Mungkin Adrian belum melihat apa yang aku lihat. Tapi aku yakin, suatu hari nanti, dia akan menyadari betapa berbakatnya dirimu.”

Elea tersenyum kecil, meski matanya menunjukkan rasa syukur. “Kau terlalu banyak memuji, Darren. Tapi, terima kasih. Rasanya menyenangkan mendengar seseorang mempercayai mimpiku.”

"Aku tidak main-main soal membantumu menerbitkan naskahmu itu, kau tahu. Jika kau selesai menulisnya, aku bisa mengenalkanmu pada orang-orang yang tepat."

Elea memiringkan kepalanya, menatap Darren dengan curiga yang dibalut rasa ingin tahu. “Kau mengatakan itu lagi. Bagaimana bisa seorang junior seperti dirimu punya kenalan di dunia penerbitan?”

Darren tertawa gugup, lalu mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, mungkin aku sedikit melebih-lebihkan. Aku juga pernah bekerja sebagai asisten editor junior dulu sebelum magang di sini. Jadi, aku kenal beberapa orang.”

Elea mengangguk, meski masih ada keraguan di benaknya. “Kau punya latar belakang yang menarik, Darren.”

“Dan kau punya mimpi yang luar biasa,” balas Darren, nadanya lebih serius kali ini. “Jangan biarkan siapa pun, bahkan Adrian, membuatmu meragukan dirimu sendiri. Jika kau butuh dukungan, aku di sini.”

Perkataan Darren menohok hati Elea. Ia teringat kembali bagaimana Adrian sempat meremehkan naskahnya pagi tadi. Perbedaan antara sikap Adrian dan Darren begitu mencolok, seperti dua kutub yang bertentangan.

Elea akhirnya tersenyum kecil, kali ini dengan rasa hangat di hatinya. "Terima kasih, Darren. Aku benar-benar menghargai dukunganmu."

Darren menyandarkan tubuhnya ke kursi, senyum penuh kemenangan di wajahnya. "Tentu saja. Itu tugasku sekarang—menjadi cheerleader-mu."

Elea tertawa pelan, sementara Darren menatapnya dengan tatapan yang lebih lembut. Dalam keheningan sesaat itu, Darren berpikir bahwa Elea adalah seseorang yang jauh lebih kuat dan luar biasa daripada yang ia duga. Ia merasa ada sesuatu yang ia ingin lindungi, meski tahu bahwa hubungan mereka terlalu rumit untuk ditafsirkan dengan mudah.

Ketika mereka selesai makan dan kembali ke kantor, suasana di antara mereka terasa lebih santai, lebih akrab. Namun di balik senyumnya, Darren menyimpan rahasia tentang siapa dirinya sebenarnya. Ia tahu, semakin dekat ia dengan Elea, semakin sulit baginya untuk menyembunyikan kebenaran itu. Tapi untuk saat ini, ia memilih menikmati momen-momen kecil yang membuatnya merasa lebih hidup di samping Elea.

***

Episodes
1 Unexpected Companionship
2 Endless Conversation
3 Coffee And Unspoken Words
4 Between Love And Ambition
5 In the Archive Room
6 Burden Without Aid
7 Unexpected Help
8 The Silent Defender
9 Dinamika yang Berubah
10 His Eyes, Her Silence
11 Beneath the Quiet Storm
12 The Battle Of Hearts
13 A Shadow in The Archives
14 Echoes in the Corridor
15 Words Between The Lines
16 A Loveless Morning
17 A Glimpse of Trust
18 Darren's Silent Promise
19 The Beginning of Dangerous Game
20 A Challenges of Trust
21 Birmingham Journey
22 The Man Who Stayed
23 Jealousy in The Air
24 More Than Enough
25 A Smile for Someone Else
26 The Veil of Deception
27 Our First Date
28 Permainan Perasaan
29 Darren’s Persistence
30 A Quiet Dinner
31 An Unexpected Beginning
32 Between Love and Deception
33 Shattered Trust
34 The Weight of Tears
35 A Bowl of Warmth
36 A Cry in The Night
37 A Temporary Husband
38 The Battle Of Two Hearts
39 Unraveling Secret
40 Silent Shift
41 The Art of Subtle Provocation
42 A Birthday Invitation
43 Boundaries and Betrayals
44 A Gentleman's Resolve
45 The Invitation
46 His Past
47 Dangerous Proximity
48 Emergency Contact
49 Truths Beneath the Surface
50 A Door Half Open
51 A Dance Between Lies and Truths
52 A Heart Devided
53 The Kiss That Changed Everything
54 Broken Vows, New Beginnings
55 Jealousy in Disguise
56 When Love Hurts
57 A New Beginning
58 The Protector's Promise
59 The Man Behind The Mask
60 Karyawan Baru yang Terlalu Mempesona
61 Between Doubt and Desire
62 When He Finally Gave Up
63 Don't Go, Darren
64 When I Could No Longer Deny It
65 More Than Just a Moment
66 Secrets, Love, and New Beginnings
67 A Hidden Love
68 A Secret Between Us
69 A Dangerous Admission
70 Unveiling Darren’s Secrets
71 The Boundaries We Break
72 Temptation in the Boardroom
73 Intrigue Behind the Archives
74 Secrets, Ambition, and Office Romance
75 Love, Conspiracy and Jealousy
76 A Lover's Claim
77 London, Love, and Lies
78 Darren’s True Identity
79 Numbers Don’t Lie, But People Do
80 Digging Into Danger
81 The Man Who Knows Too Much
82 The Bait and the Prey
83 The Moment of Reckoning
84 The Fall of Deception
85 Are We Ready for This?
86 A Battle of Hearts and Loyalties
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Unexpected Companionship
2
Endless Conversation
3
Coffee And Unspoken Words
4
Between Love And Ambition
5
In the Archive Room
6
Burden Without Aid
7
Unexpected Help
8
The Silent Defender
9
Dinamika yang Berubah
10
His Eyes, Her Silence
11
Beneath the Quiet Storm
12
The Battle Of Hearts
13
A Shadow in The Archives
14
Echoes in the Corridor
15
Words Between The Lines
16
A Loveless Morning
17
A Glimpse of Trust
18
Darren's Silent Promise
19
The Beginning of Dangerous Game
20
A Challenges of Trust
21
Birmingham Journey
22
The Man Who Stayed
23
Jealousy in The Air
24
More Than Enough
25
A Smile for Someone Else
26
The Veil of Deception
27
Our First Date
28
Permainan Perasaan
29
Darren’s Persistence
30
A Quiet Dinner
31
An Unexpected Beginning
32
Between Love and Deception
33
Shattered Trust
34
The Weight of Tears
35
A Bowl of Warmth
36
A Cry in The Night
37
A Temporary Husband
38
The Battle Of Two Hearts
39
Unraveling Secret
40
Silent Shift
41
The Art of Subtle Provocation
42
A Birthday Invitation
43
Boundaries and Betrayals
44
A Gentleman's Resolve
45
The Invitation
46
His Past
47
Dangerous Proximity
48
Emergency Contact
49
Truths Beneath the Surface
50
A Door Half Open
51
A Dance Between Lies and Truths
52
A Heart Devided
53
The Kiss That Changed Everything
54
Broken Vows, New Beginnings
55
Jealousy in Disguise
56
When Love Hurts
57
A New Beginning
58
The Protector's Promise
59
The Man Behind The Mask
60
Karyawan Baru yang Terlalu Mempesona
61
Between Doubt and Desire
62
When He Finally Gave Up
63
Don't Go, Darren
64
When I Could No Longer Deny It
65
More Than Just a Moment
66
Secrets, Love, and New Beginnings
67
A Hidden Love
68
A Secret Between Us
69
A Dangerous Admission
70
Unveiling Darren’s Secrets
71
The Boundaries We Break
72
Temptation in the Boardroom
73
Intrigue Behind the Archives
74
Secrets, Ambition, and Office Romance
75
Love, Conspiracy and Jealousy
76
A Lover's Claim
77
London, Love, and Lies
78
Darren’s True Identity
79
Numbers Don’t Lie, But People Do
80
Digging Into Danger
81
The Man Who Knows Too Much
82
The Bait and the Prey
83
The Moment of Reckoning
84
The Fall of Deception
85
Are We Ready for This?
86
A Battle of Hearts and Loyalties

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!