Bangchan dan Felix dalam perjalanan menuju rumah Felix. Suasana di dalam mobil cukup hening, hanya suara musik pelan dari radio yang menemani.
Lee Felix
Malam ini tenang banget, ya, hyung. Kayak… semuanya berhenti sejenak.
Lee Bangchan
Kadang, kita butuh momen seperti ini untuk recharge.
Lee Felix
Iya, benar juga 😊
Didepan rumah Felix
Mobil berhenti, Felix membuka sabuk pengamannya dan menoleh ke Bangchan.
Lee Felix
Hyung, terima kasih sekali, ya. Aku benar-benar butuh hari seperti tadi. 😊
Lee Bangchan
Sama-sama, Lix. Kalau kau merasa stress lagi, kasih tahu aku. Aku akan ajak kau bersenang-senang lagi. 😊
Lee Felix
Siap, hyung. Aku masuk dulu, ya. ☺
Lee Bangchan
Oke, Hati-hati ya 😊
Felix keluar dari mobil, melambaikan tangan sebelum masuk ke rumah. Bangchan menghela napas panjang, bersandar ke kursi mobilnya.
Lee Bangchan
Felix, kapan kau sadar kalau aku tidak hanya ingin menjadi hyung untukmu? 😮💨
Dia menyalakan mobil dan melajukan kendaraannya pergi.
Dikamar Felix
Felix duduk di meja belajarnya, menyalakan laptop. Suara ketukan keyboard terdengar ketika ia mulai mengerjakan tugas desainnya.
Lee Felix
Hmm… garis ini terlalu tebal. Harus dirapikan lagi.
Hujan lembut di luar jendela menambah keheningan malam. Felix menghela napas, menggulung lengan bajunya, lalu melanjutkan pekerjaannya dengan fokus penuh.
Namun, di sudut atas kamarnya, sebuah kamera kecil tersembunyi merekam setiap gerakannya. Lensa kamera itu menangkap ekspresi Felix yang sesekali berubah, dari serius hingga sedikit frustasi.
.
Di sebuah kamar remang-remang.
Seseorang sedang berbaring di kasur, memegang ponselnya dengan satu tangan. Cahaya layar ponsel memantulkan wajahnya, memperlihatkan senyuman misterius di bibirnya. Di layar, tampak rekaman langsung dari kamar Felix.
Unknown
Manis sekali 😊
Ia memperbesar layar, memperhatikan setiap gerakan Felix yang mengetik dengan gesit di depan laptopnya. Matanya tak lepas dari detail kecil—cara Felix menyibakkan rambutnya, atau bagaimana dia memutar pensil di tangannya saat berpikir.
Unknown
😁
Unknown
Kau bahkan tidak sadar, Felix. Aku selalu ada di sini, selalu melihatmu. ☺
Dia menyimpan rekaman itu, lalu menyentuh layar ponselnya seperti sedang menyentuh wajah Felix.
Unknown
Sebentar lagi, kau akan tahu betapa dekatnya aku denganmu. 🙂
Dia menekan tombol lain di ponselnya. Kamera di kamar Felix mulai bergerak perlahan, menangkap sudut yang lebih jelas dari wajah Felix.
Unknown
Sempurna 😏
.
Dikamar felix
Felix sedang mengetik di laptopnya, fokus pada tugas desainnya. Tiba-tiba, dia berhenti sejenak dan menggosokkan kedua tangannya ke lengan. Merinding.
Lee Felix
Kenapa dingin sekali? Jendela kan tertutup. 😐
Dia menoleh ke sekeliling kamar, matanya menyapu setiap sudut. Namun, tidak ada apa-apa. Dengan sedikit ragu, dia menggelengkan kepala dan kembali mengetik.
Lee Felix
Mungkin aku terlalu banyak bekerja.
Beberapa menit berlalu. Perasaan tidak nyaman tetap ada, seperti ada seseorang yang mengawasinya. Felix akhirnya berdiri, meregangkan tubuh, lalu berjalan ke jendela. Dia membuka sedikit tirai, menatap hujan yang turun semakin deras di luar.
Lee Felix
Hujan deras lagi.
Tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu di refleksi kaca—seperti bayangan samar yang bergerak di belakangnya. Felix berbalik cepat, menatap ke arah itu.
Lee Felix
Siapa disana? 😳
Hening. Tidak ada apa-apa. Dia menatap lebih lama, memastikan, tetapi tetap tidak menemukan apa pun. Dengan ragu, dia menghela napas dan menggelengkan kepala.
Lee Felix
Pikiranmu saja, Felix. Jangan terlalu paranoid.
Dia kembali duduk, mencoba fokus lagi pada pekerjaannya.
Comments