"Udah Tanti, duduklah di situ! nanti ibu akan siapin makan buat kalian." kata ibu Sera.
"Iya Bu, aku mau es teh manis, dan aku mau makan sayur asem, sambal, sama lalapan." kata Arka kemudian.
Tanti masih tidak percaya. Tuan Arka mau makan sayur asem. Bukan kan kalau orang kaya itu makanannya pizza, spagheti tapi ini kok sayur asem? apa nggak salah.
Arka tersenyum sembari memandangi wajah Tanti. Membuat Tanti jadi salah tingkah.
" Tuan, jangan menatap ku seperti itu Tuan, aku jadi nggak enak." kata Tanti.
"Kenapa? aku kan calon suamimu."
Tuan , kamu itu milik nona Laura. Jangan membuatku jatuh cinta padamu Tuan. Batin Tanti.
" Tanti, kenapa yah? di dunia ini, ada orang seperti Arifin. Padahal seharusnya dia beruntung punya istri secantik kamu. Tapi dia malah tega menukarmu dengan uang."
"Tapi ini, keinginan Tuan juga kan." kata Tanti berani bicara walaupun dia takut.
Arka hanya senyam-senyum sendiri tidak jelas. Entah apa yang sedang di fikirkannya saat ini.
Sementara di sisi lain, tampak Herman menahan kecemburuannya itu.
Kenapa aku begitu sakit hati, saat Nona sedang bermesraan dengan Tuan? Bagaimana ini, masak aku harus melihat terus-terusan mereka berduaan. Apa aku sudah benar-benar mencintai Nona yah? batin Herman.
"Ini Tuan, makanan nya sudah datang." Kata Bu Sera denga ramahnya.
Bu Sera juga tidak menyangka kalau hari ini, akan kedatangan tamu spesial. Biarlah semua pelanggannya kabur, yang penting dia bisa bertatap muka sama idolanya itu, dia sudah sangat bahagia.
Bu Sera kemudian meletakan makanan pesanan Tuan muda di atas meja. Tuan Arka telah membeli dua porsi makanan untuknya juga untuk Tanti.
Tuan muda Arkapun menyantap makanan dengan lahapnya. Dia tampak begitu lahap memakan makannnya. Mungkin karena dia belum makan sejak pagi.
Gara-gara terjun langsung mencari wanita satu milyarnya itu. Arka harus bersusah payah untuk menelusuri setiap pemukiman kumuh.
"Tanti. Ayo makan sayang! Apa perlu, aku suapi." Kata Tuan Arka. Senyumannya masih tampak menghiasi wajah tampannya.
Tanti membuang wajahnya.
Tuan Arka, aku tahu apa maksud mu. Kau pasti kesini akan membawaku pergi kan. Dan akan memaksaku menikah dengan mu. Walaupun setampan apapun kamu, sebaik apapun kamu, aku tetap benci sama kamu.
Tuan Arka menggenggap erat tangan Tanti.
"Tanti. Ikutlah bersama ku. Dan nikahlah denganku. Dan berikanlah aku seorang keturunan. Supaya aku bisa memberikan Aurel padamu. Percayalah Aurelmu baik-baik saja."
Tanti menatap wajah Arka tajam.
"Saya nggak akan mau menikah dengan anda Tuan muda Arka Wijaya. Apalagi mempunyai anak dari anda . Saya benci sama anda. Anda itu sudah memisahkan saya dari anak saya." kata Tanti.
Tuan Arka tampak kesal. Dia lantas berdiri dan menatap tajam Tanti. Sorotan matanya itu seperti mengatakan, kalau Tanti harus selalu menurut dan tidak boleh membantah setiap keinginan Tuan Arka.
"Tanti, aku sudah bicara baik-baik padamu. Jangan keras kepala! kau harus ikut pulang dengan ku. Kalau tidak, kau tidak akan pernah bertemu anak mu selamanya."
Deg.
Tanti terkejut dengan ucapan Tuan Arka.
Bagaimana mungkin seorang Arka yang sangat mencintai ibunya itu tega, membiarkan seorang wanita jauh dari anaknya, bahkan akan memisahkannya.
Apakah Tuan Arka tidak pernah berfikir. Bagaimana jika Tuan Arka ada di posisi Aurel. Posisi yang tersulit dalam kehidupan manusia. Yaitu jauh dari ibu kandungnya.
Bagaimana jika Tuan Arka yang di jauhkan dengan ibu kandungnya sendiri. Bagaimanakah perasaan Arka jika dia di pisahkan dengan ibu kandungnya dan tidak pernah mengenal siapa ibu yang pernah mengandungnya dan melahirkannya.
Apakah Tuan Arka tidak berfikir demikian.
Tanti tidak bisa berkata-kata lagi.
"Tanti...! menurutlah dengan ku! Dan jangan banyak membantah! ikutlah bersama ku dan menikahlah denganku!" Suara bariton itu menggema di ruang warteg Bu Sera. Membuat Bu Sera ikutan merinding.
Ternyata Tuan Arka, tidak seperti yang aku fikirkan selama ini. Dia bisa membentak seorang perempuan seperti itu. Kasihan Tanti. Kenapa Tuan Arka memaksa Tanti untuk menikah dengan nya? ada hubungan apa Tanti dengan Tuan Arka. Sudahlah, itu urusan mereka. Lebih baik aku tidak ikut campur. Lagian Tanti juga tidak pernah menceritakan hal ini padaku. Batin Bu Sera.
Tubuh Tanti bergetar. Bibir mungilnya itu pun ikut bergetar. pandangannya menunduk. Dia benar-benar takut mendengar bentakan Tuan Arka.
Tetes air mata Tanti seperti ikut menyaksikan. Betapa egoisnya seorang Arka.
Seorang pengusaha muda yang terkenal kebaikan dan kedermawanannya, begitu tega membeli seorang wanita yang masih mempunyai bayi yang masih menyusu, dan dengan teganya memisahkan bayi yang tak berdosa itu, dengan ibu kandungnya sendiri.
Sepertinya Tuan Arka marah besar. Aku harus bisa menghentikan pertengkaran mereka. Kasihan Nona Tanti. Tunggu aku nona muda. batin Herman
Setelah itu Herman melangkahkan
kakinya ke arah warteg.
"Tuan, sudah Tuan, kasihan nona muda. Sedari tadi dia menangis. Jangan membentak-bentaknya lagi. Tuan belajarlah untuk bisa menahan emosi Tuan!."
Tuan Arka menarik nafasnya dalam. Dia mencoba mengatur nafasnya yang masih memburu karena emosi.
"Herman, tolong kau bujuk Tanti. Agar dia mau ikut dengan ku. Aku tidak mau menelantarkan dia di pemukiman kumuh seperti ini. Apa lagi dia, tidak punya siapa-siapa di sini."
Arka kemudian pergi meninggalkan Tanti dan Herman. Tuan Arka menuju ke mobilnya, dan masuk ke dalam mobilnya.
"Nona, sudahlah jangan menangis. Ikutlah bersama kami." kata Herman.
Herman menatap Tanti dalam.
Tanti masih terisak.
Herman mengajak Tanti masuk ke dalam rumah ibu Sera. Dia ingin menenangkan Tanti tanpa harus di lihat oleh Tuan Arka.
"Ayo Tanti, kita masuk kedalam. Aku mau bicara dengan mu." kata Herman tiba-tiba.
Tantipun menurut dengan Herman.
"Herman mengangkat wajah Tanti, dia kemudian mengusap air mata Tanti."
Tanti menatap Herman lekat. Hermanpun tersenyum.
"Tanti, untuk saat ini kamu tidak ada pilihan lain. Menurutlah dengan Tuan muda."
"Aku nggak mau Herman. Aku nggak mau punya anak dari Tuan Arka. Tuan Arka lelaki yang kejam. Aku nggak mau kehilangan seorang anak untuk yang kedua kalinya."
Herman reflek langsung memeluk Tanti.
Tanti merasa bingung dengan apa yang Herman lakukan. Dia tidak pernah di peluk seperti ini oleh lelaki.
"Tanti, aku akan menolongmu. Tapi tidak sekarang. Pasti aku akan membebaskan mu dari Tuan Arka. Aku janji Tanti. Kamu akan cepat bebas dan akan cepat bertemu dengan anak mu."
"Herman lepaskan aku! aku bukan muhrim mu, dan jangan sampai Tuan Arka melihat kita berpelukan." kata Tanti.
Hermanpun melepas pelukannya.
"Tanti, aku akan selalu menjagamu. Biarkanlah aku menjadi sahabatmu. Sahabat yang akan menjadi tempat keluh kesahmu. Tapi pastinya di belakang Tuan Arka. Karena aku tidak akan berani menatap mu jika ada Tuan muda."
Tanti tersenyum. Hatinya seakan berbunga-bunga. Dia seperti tidak sendiri lagi.
***
Belum revisi ya...
Maaf masih banyak kesalahan kata dan tanda baca.
Author masih punya banyak sekali novel yang belum tertulis. ikuti terus yah. Author nggak akan kehabisan cerita. Author juga membebaskan para readers untuk berkomentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
sahabat syurga
di awal aku bc author nulis mahram, knp di blkang ganti ke muhrim thor, pdhal yg bner itu mahram bkn muhrim...klo muhrim itu artinya org yg mlakukan ihram
2021-09-27
0
Yulia Nengsih
lah mending sama arka dr pd herman
2021-02-15
0
Uswatun
Qo malah ke herman
2020-12-29
0