" Auh..." Pekik ku saat aku terjatuh.
Kaki ku terasa sangat perih. Malam yang begitu gelap, sampai aku tidak melihat arah depan. Yang ada dalam fikiranku adalah mencari Aurel dan bertemu dengan buah hatiku.
Aku menangis saat melihat darah segar mengalir di kaki ku. Memang perih terasa. Sekujur tubuh ku kini kian menggigil. Entah sampai berapa lama lagi aku bisa bertahan menerjang hujan.
Kaki ku tergores oleh ranting pohon itu.
Aku tatap langit. ku lawan hujan yang menerpa wajahku. Aku berharap pada sang kuasa, agar aku di beri ketabahan untuk ujianku saat ini.
Ujian yang terbesar dalam hidupku, harus menjadi istri yang terlantar, karena suami ku sendiri menjualku. Dia merelakan tubuhku untuk di miliki lelaki lain.
"Arifin...!!! Aku benci kamu ! Tuan Arka...aku benci kalian! kalian sebegitu tega dengan ku. Kalian memisahkan aku dari Aurel. Lihat saja, kalian pasti akan menyesal karena telah mendzolimi wanita lemah seperti ku. Di mana hati nurani kalian. Laki-laki benar-benar egois...!. Lihat saja, neraka menanti kalian berdua!" teriak ku di dalam kepekatan malam, sembari tanganku sekali-kali membasuh wajahku yang terkena terpaan air hujan.
"Ya Allah kuatkanlah aku. Berikanlah aku kesabaran untuk menjalani cobaan hidup ku ini. Aku yakin Engkaulah Tuhan yang maha adil. Aku yakin Engkau pasti akan mengembalikan Aurel padaku." Ratap ku meminta pada sang Maha mengetahui.
Kaki ku benar-benar sakit. Namun aku sudah tampak lega, karena aku sudah menjauh dari apartemen itu.
Sekarang saatnya untuk ku, membawa diriku ke tempat yang aman. Aku berharap akan ada orang yang baik menolongku. Akupun melangkahkan lagi kaki ku. Aku akan segera menemukan bayiku.
****
Matahari sudah tampak terbit dengan sempurna. Aku masih terlelap di emperan toko.
Seorang lelaki bertubuh gemuk, dan berkumis lebat, menepuk-nepuk pipiku.
" Neng, bangun Neng...!" katanya kemudian.
Akupun mengerjapkan mataku.
"Eh Pak. Maaf aku ketiduran." Kata ku sembari beringsut duduk.
"Neng, saya mau membuka toko, tolong Eneng pindah dulu tidurnya." kata lelaki itu.
"Baik Pak." jawabku.
Akupun setelah semalaman berada di emperan toko, kembali pergi untuk mencari Aurelku.
Aku masih menahan perih di kaki ku.
" Kemana aku harus mencari Aurel. Aurelku pasti di simpan di tempat tersembunyi. Bagaimana mungkin aku menemukannya." kataku sembari meniti kembali jalanan.
Tapi aku tidak akan menyerah. Bagaimana pun juga aku seorang ibu, Tak akan ada ibu yang menyerah untuk mempertahankan anaknya untuk tetap di sisinya.
"Aku mau kemana sekarang. Aku nggak mungkin pulang kerumah ku. Di sana pasti ada Abang. Kalau aku kesana, itu artinya aku akan menyerahkan diri pada lelaki iblis itu. Dan aku pun nggak akan mungkin pulang ke rumah mertuaku atau ke saudara Abang. Pasti Abang akan menemukanku." Kataku di tengah jalanan.
Aku menyusuri jalanan yang penuh polusi. Tak terasa matahari sudah tepat berada di atas kepalaku.
Waktu sudah menunjukan jam 12 siang. Sebentar lagi adzan dzuhurpun akan berkumandang. Aku berjalan ke arah sebuah masjid. Aku nanti waktu sholat. Sembari ku bertasbih menyebut nama sang Maha Kuasa.
Setetes bening air mata berjatuhan di pipiku. Aku duduk di depan masjid.
"Neng, ayo kita sholat. Sholat jamaah sudah mau di mulai." Kata seorang wanita paruh baya yang bermukena lengkap.
Dia tersenyum padaku.
Akupun membalas senyumnya.
"Bajuku kotor Bu, aku belum membersihkan diri." kata ku.
"Ya sudah, kamu tunggu di sini. Ibu mau pulang sebentar mengambil baju untuk mu." Kata Ibu paruh baya itu.
Ibu itupun pergi dan kembali setelah mengambil pakaian untuk ku.
"Ini Nak, pakailah! Dan di masjid ini banyak mukena. Pakailah!"
"Terimaksih Bu" Kataku sembari meraih baju ibu itu.
Akupun kemudian berdiri dan melangkah ke arah toilet. Akupun kemudian mandi dan berganti baju di sana,
Aku kemudian melaksanakan sholat. Setelah itu, aku lipat kembali mukena dan ku letakan di tempat biasa.
"Nak, udah sholatnya.?" tanya Ibu itu padaku.
Aku mengangguk.
"Iya Bu udah. Terimakasih karena udah meminjamkan ku pakaian Bu."
"Ya udah, pakai saja Nak, itu buat kamu."
Aku tersenyum. Setelah aku menghadap kepada sang khalik, fikiranku merasa jadi lebih tenang.
"Ibu tinggal dulu yah."
Setelah selesai berjamaah ibu itupun pulang ke rumahnya. Kini aku kembali sendiri. Sudah saatnya aku bangkit dan mencari anak ku.
***
Akupun kembali melanjutkan langkahku, aku menyusuri jalanan kembali.
kriuuuk...
Aku memegangi perutku. Aku mulai merasa lapar karena sejak tadi pagi, aku belum makan.
"Aku lapar, tapi aku mau makan apa. Akupun nggak punya uang sepeserpun." Gumamku.
Akupun merogoh saku bajuku. Aku dapati uang sepuluh ribuan. Aku pun tersenyum.
"Alhamdulilah, mudah-mudahan ini cukup untuk membeli roti." Ucapku penuh syukur.
Akupun menuju ke sebuah toko. Aku membeli roti di sana .
"Apa aku akan kenyang kalau seharian ini aku cuma makan roti? Tapi nggak apa-apa. Dari pada aku tidak makan. Nanti aku malah sakit." kataku sembari memandangi roti yang harganya lima ribu.
Akupun duduk di emperan toko.
Tiba-tiba saja aku di dekati oleh seorang kakek. Kakek renta itu, ternyata seorang pengemis. Dan kakek itu, sudah dua hari tidak makan.
kakek itu hidupnya lebih memperhatikan bukan. Lebih susah dari hidup ku saat ini.
"Ya ampun Kek, kasihan sekali kakek. Ya udah, ini aku punya roti, mungkin bisa untuk mengganjal perut kakek. Makanlah Kek! " kata ku yang akhirnya menyerahkan roti satu-satunya itu pada sang kakek.
Aku kemudian bangkit berdiri dan melangkah ke arah warteg. Berharap ada penjual warteg yang mau baik hati padaku.
"Mau makan apa Neng?"
"Aku cuma punya uang lima ribu Bu." kata ku sembari menyodorkan uang lima ribuan.
"Yah, itu sih cuma dapat nasi doang Neng." kata ibu warteg.
Aku berfikir.
"Ya udah Bu, gimana kalau bayarnya aku bantu-bantu ibu di sini." kataku kemudian.
Ibu itu diam. Dia juga tampak berfikir.
"Baiklah, nanti kamu bantuin saya sampai sore. Kebetulan anak gadis saya sedang pergi. Biasanya kalau dia di rumah, dia yang bantuin saya di sini."
" Oh iya bu."
Syukur alhamduliah itu yang terus ku ucapkan. Ternyata di sepanjang perjalanan ku mencari Aurel, aku selalu di pertemukan dengan orang-orang baik seperti ibu yang di masjid, dan ibu-ibu warteg.
Mungkin ini semua adalah hikmah di balik ujian yang tengah aku hadapi saat ini. Entah sampai kapan ujian ini akan berakhir. Dan yang saat ini aku pelajari dari hidup ini adalah belajar sabar untuk menerima keadaan dan belajar ikhlas untuk menerima semua takdir yang sudah Tuhan berikan untuk ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Lina aza
syukurrrr bisa kaburrrr 😇
2021-01-13
0
Sani D
Aku like sampai sini kak, ku rate 5 juga dan tambaj favorit
🌻 born To Be Yours 🌻
2020-09-17
3