Waktu menunjukan jam 7 malam. Tanti masih meratapi kesedihannya di samping jendela kamar apartemen. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu.
Yah, mungkin sekarang dia sedang memikirkan nasib putri kecilnya, Aurel.
Malam ini, udara di luar tampak begitu sejuk. Angin sepoi-sepoi berhembus tampak mengiringi ratapan Tanti. Tirai yang masih terbuka lebar, dengan jendela kamar yang masih tekuak.
Tanti masih berdiri di dekat jendela. Matanya menerawang ke atas langit. Langit yang tampak cerah malam ini, dengan pancaran bintang-bintang yang berkerlipan. Bulanpun tampak bulat sempurna malam ini. Membuat tenang setiap orang yang memandangnya.
"Anak ku, di mana kamu Nak. Mama sangat merindukanmu. Bagaimana dengan keadaanmu di sana?."
Hiks...hiks...hiks...
Tangisan Tanti pecah lagi.
Angin yang berhembus dari arah luar, menerpa tubuh Tanti yang sudah terasa melemas. Dari tadi pagi dia belum makan apa-apa.
Bagaimana dia bisa makan enak. Sementara di fikirannya, hanya ada Aurel Aurel dan Aurel. Bayi Tanti yang masih merah.
Dingin mulai menjalar ke sekujur tubuhnya. Isak tangis Tanti masih terdengar lirih. Tanti tampak menggigil. Gerimis di luar sana sudah tampak semakin besar. Hujanpun akhirnya turun.
Tanti menutup jendela kamar apartemennya. Dia kemudian menutup gordennya. Tanti melangkah ke arah ranjang. Dia merebahkan tubuhnya di sana.
Dia kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal yang ada di atas ranjang.
Dia kedinginan. Wajahnya sudah tampak pucat. Dia tidak habis fikir kenapa nasibnya sekarang begitu pilu. Kepada siapa lagi Tanti akan mengadu kalau bukan dengan Rabbnya.
Sejak tinggal di apartmen Arka, Tanti tidak boleh memegang ponsel. Arka mengambil ponsel Tanti. Selama menjadi istri Arka, Tanti tidak boleh berhubungan dengan siapa pun termasuk Arifin.
Neraka.
Yah itulah sebutan yang pantas untuk sebuah apartemen mewah itu. Di sinilah saksi kisah pilu seorang Tanti. Ibu anak satu, yang harus merelakan tubuhnya untuk di sentuh lelaki lain.
Bagaimana jadinya, jika Tuan Arka benar-benar menyentuhnya. Bukankah itu sama saja seperti Tanti menjual diri. Sangat menjijikan. Siapa yang sudi untuk menjadi istri siri. Siapa yang sudi untuk menjadi wanita simpanan yang akan dengan mudahnya untuk di tendang, jika sudah tak di butuhkan lagi.
"Kurang ajar kau Arifin....Biadab kau! Kenapa kau harus menjual ku pada Tuan Arka ! sekarang aku seperti di neraka. Terpenjara seperti ini. Akupun tidak bisa kabur dan mencari Aurel. Sangat banyak bodyguard Arka yang menjagaku di sini, sampai aku ke toiletpun harus di awasi. Bagaimana caranya aku harus kabur dari neraka sialan ini." Gumam Tanti sembari tangannya mencengkram selimutnya kuat-kuat.
"Aku benar-benar menjijikan. Tuan Arka sebentar lagi pasti akan menyentuh ku. Aku tidak sudi di sentuh oleh pria biadab macam dia. Tapi aku harus bagaimana...!" Tanti bergumam lagi.
Kembali lagi tangis Tanti pecah. Hanya itu yang bisa dia lakukan. Menangis dan terus menangis. Meratapi nasibnya yang memilukan.
"Ya Allah...Apa salah dan dosaku. Kenapa kau takdir kan aku untuk bertemu dua laki-laki brengsek itu. Di mana keadilan Mu Tuhan...!"
tok tok tok
Suara ketukan pintu itu terdengar.
Ceklek
Herman membuka pintu itu dan langsung masuk ke kamar. Tanti masih sesenggukan menangis. Herman membawa makanan untuk Tanti.
"Nona muda, Dari tadi pagi anda belum makan. Sekarang makanlah ! keburu Tuan Arka pulang. Aku tidak mau di salahkan."
Herman meletakan hidangan satu gelas susu hangat dan sepiring nasi putih yang lengkap dengan aneka lauk pauk dan sayur di atas nakas.
Tanti dengan mata sembabnya menatap Herman. Dia berharap Herman mau membantunya untuk keluar dari apartemen terkutuk ini.
Dia turun dari ranjang dan dengan sigapnya Tanti langsung meraih kedua tangan Herman.
"Herman aku mohon, tolong bantu aku keluar dari sini! kamu itu manusia Herman, kamu pasti punya perasaan. Aku mohon Herman! aku masih punya anak bayi. Bagaimana dengan bayiku di luar sana. Bayiku masih membutuhkan ku. Aku harus memberikan dia ASI. Dia pasti sudah sangat haus dan kelaparan."
Herman hanya bisa diam.
Maafkan aku Tanti, Kali ini aku tidak bisa membantu perempuan sepertimu. Jujur, dalam hati ini aku sangat prihatin Tanti. Tapi lawanmu sekarang adalah Tuan Arka. Dia itu pengusaha muda yang sangat di segani dan sangat di takuti. Aku nggak mau kehilangan pekerjaan ku ini, karena harus membiarkanmu kabur.
Tanti menatap lekat wajah Herman. Hanya Hermanlah harapannya. Walau Herman terkesan bertubuh besar, dan wajahnya terkesan seram, tapi Tanti tahu betul kalau Herman adalah orang yang baik.
Sejak pertama kali bertemu dengan Tanti, dia juga sudah bersikap sangat baik. Memperlakukan Tanti dengan sangat baik.
"Apa-apaan ini. Kenapa kalian berduaaan di kamar begini? dan saling menatap begitu. Apa yang sedang kalian bicarakan? sepertinya sangat serius, sampai aku datang pun tak ada yang menyambut." Ucapan Arka menggema di ruang kamar.
Deg
Herman tersentak kaget. Begitu juga dengan Tanti.
Herman segera menghempas tangan Tanti.
"Kalian berani pegangan tangan di hadapan ku!" Tuan Arka begitu geram saat melihat Tanti dan Herman berpegangan tangan.
Bagaimanapun juga, Tanti adalah calon istrinya. Dia adalah calon ibu dari anaknya. Dan sampai sekarang
Tantipun belum mau di sentuh oleh Tuan Arka. Tapi kenapa harus Herman yang berpegangan tangan dengan wanita satu milyarnya itu.
Plak...
Satu tamparan keras mengenai pipi Herman. Herman meringis menahan sakit. Tamparan Tuan Arka begitu sangat kuat. Sehingga seorang yang bertubuh besar seperti Herman pun, dapat merasakan sakitnya.
"Beraninya kau Herman menyentuh tangan wanitaku!" BentaknTuan Arka.
"Ma...ma...maaf Tuan. Aku sama sekali tidak sengaja." Kata Herman terbata-bata.
"Aku sudah tahu apa yang kalian lakukan. Dan kamu Tanti, Kamu tidak akan bisa mempengaruhi anak buahku untuk bisa melepaskan mu dari cengkramanku." Tuan Arka menunjuk Tanti dengan telunjuknya.
Tanti menunduk. Dia tidak tahu dengan apa yang akan di lakukannya lagi.
Herman masih berdiri mematung sembari meringis menahan sakit. Tamparan yang begitu menyakitkan.
Walau tangan Tuan Arka selembut sutra, tapi dia juga seorang lelaki yang cukup kuat tenaganya untuk menampar.
Namun Herman tidak bisa melawan Tuan Arka. Dia juga tidak mau menyakiti Tuan Arka yang sudah sangat baik padanya.
Tuan Arka yang selalu membantu Herman dalam setiap kesulitannya. Membantu Herman dalam mensejahterakan kehidupan keluarganya.
Gaji yang di dapatnya pun lebih besar dari orang kantornya Tuan Arka. Dan Herman juga sudah menjadi orang kepercayaan di keluarga Tuan Arka.
Dia sudah lama kerja dengan Tuan Arka. Sejak Herman lulus SMA, dia mendaftarkan diri untuk bekerja sebagai sopir pribadi Tuan Arka.
Herman yang bertubuh kekar, tinggi, besar, sangat cocok untuk di jadikan body guard Tuan Arka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Siska Feranika
Hahhhhhhhh sedih....
2020-10-08
0