Di sebuah rumah kecil, tepatnya di sebuah kamar kecil, Herman sedang berada di pangkuan sang ibu.
"Herman anak ku, ibu pengin sekali kamu segera menikah." kata ibu Lastri ibunda Herman sembari mengelus rambut anak bungsunya itu.
"Iya Bu, Herman pasti akan segera menikah.Tapi untuk saat ini, Herman belum mempunyai calon."
"Herman, kakak-kakak mu sudah pada menikah, dan tinggal kamu yang belum Nak. Ibu kepengin, kamu segera menikah. Karena sebelum ibu meninggal ibu kepengin melihat mu menikah."
Herman terkejut. Dia langsung bangun dari pangkuan ibunya.
"Ibu, jangan bicara begitu. Ibu nggak akan kan ninggalin aku." kata Herman sembari menatap wajah ibunya erat.
Ibu Herman tersenyum. Dia menangkup wajah anaknya.
"Ayo cepatlah! kenalkan calon menantu ibu kesini."
"Baiklah ibu, aku akan membawanya secepatnya. Tapi ibu jangan bicara mengenai kematian. Aku tidak suka. Aku kan sudah sejak kecil di tinggal ayah. Aku juga tidak mau di tinggal ibu." Kata Herman yang matanya sudah tampak berkaca-kaca.
Herman memang sudah dari sejak kecil di tinggal ayah nya. Dia sudah hidup mandiri sejak dia masih duduk di bangku SMP. Dia mempunyai dua orang kakak laki-laki.
Tapi setelah kedua kakak laki-lakinya itu menikah, mereka tampak sudah melupakan ibunya. Mereka sudah jarang mengunjungi rumah ibunya.
"Bu, ibu nggak usah khawatir yah. Aku akan secepatnya membawakan ibu calon menantu."
Ibu Herman tersenyum.
"Ibu senang mendengarnya Herman. Cuma kamu anak yang ibu harapkan. Sepertinya Ke dua kakak mu itu, sudah melupakan ibu. Lebaran kemarin pun nggak main ke rumah ibu."
Herman memeluk ibunya. Dan kemudian dia mencium kening ibunya. Dia begitu sayang pada ibunya.
Ibu tenang saja. Aku pasti akan bawa Tanti ke hadapan ibu, setelah Tanti bebas dari Tuan Arka. Batin Herman.
"Ya udah Nak, udah malam. Sekarang kamu tidurlah. Besok kan kamu akan ke kembali bekerja."
"Iya Bu."
****
Siang ini di sebuah warteg kecil, tampak sudah ramai pengunjung. Tanti tampak kewalahan melayani pengunjung-pengunjung itu.
Sudah tiga hari ini, Tanti bekerja di warteg milik ibu Sera, Sejak dia kabur dari apartemen Tuan arka, Dia mampir ke warteg ibu Sera, dan dia di terima ibu Sera untuk bekerja di sana.
"Tanti, alhamdulilah, sejak kamu bekerja di sini, warteg ibu jadi semakin ramai pengunjung. Kamu memang membawa keberuntungan Nak." Kata ibu Sera kagum.
Iya, ibu Sera sangat mengaggumi wanita cantik yang bernama Tanti.
Tanti dengan kulitnya sawo matang, hidungnya yang mancung, mata dengan bulu mata lentiknya, membuat takjub kaum lelaki yang melihatnya. Walau dia terkesan kampungan karena dandanannya, namun dia adalah wanita mungil yang wajahnya seperti orang arab. Mungkinkah Tanti masih keturunan Arab?
"Iya Bu, Makasih banyak yah, karena ibu sudah mau memberikan aku tempat tinggal dan mengizinkan aku untuk bekerja di sini." kata Tanti.
"Iya Nak. Mudah-mudahan kamu segera menemukan anak mu yah? dan bisa membawa pulang anak mu ke Aceh."
"Iya Bu."
Tampak sekali kalau Ibu Sera sudah mengenal Tanti. Tanti itu orang Aceh dan namanya Adalah Cut Tanti Mutia, usianya 25 tahun, dan sekarang Tanti sedang mencari anaknya yang sudah di bawa kabur suaminya. Sepertinya Tanti sudah bercerita banyak tentang dirinya pada Ibu Sera.
"Neng...cakep amat," kata seorang lelaki yang sepertinya masih berusia tiga puluh tahunan itu tampak menggoda Tanti.
"Ini Bang pesanannya." Tanti meletakan pesanan lelaki itu di meja.
Lelaki itu berusaha menyentuh Tanti, yang membuat Tanti merasa takut. Dia beanar-benar risih mendapat perlakuan menjijikan oleh pelanggan wartegnya.
"Bang, yang sopan yah. Jangan sentuh-sentuh saya!" Tanti berusaha sesopan mungkin untuk bicara. Karena Tanti takut Bu Sera akan marah, jka Tanti akan membuat para pelanggannya kabur.
Tanti menegak salivanya sendiri. Saat lelaki itu menggenggam erat tangan Tanti.
Tiba-tiba.
Plak...
Satu tamparan keras mengenai wajah lelaki kurang ajar itu. Lelaki itu pun langsung melepas genggamnanya.
Membuat Tanti terpekik.
Bugh... Satu hantaman keras mengenai perut lelaki itu hingga lelaki itu terhuyung kebelakang.
Lelaki itu, begitu sangat terkejut dengan siapa orang yang telah memukulnya. Dia adalah orang yang selalu di lihatnya di Tivi, di koran, dan di majalah. Di mana-mana memang terpampang Foto-foto Tuan Arka. Tuan Arka pengusaha yang seperti artis dan foto model.
Tanti begitu sangat terkejut melihat Tuan keji itu. Dia tidak menyangka kalau Tuan Arka tahu keberadaannya.
Apa sih yang tidak bisa Arka lakukan. Tanpa bantuan polisi pun dia akan lebih cepat menemukan siapa orang yang di carinya.
Bibir Tanti bergetar. Tubuhnya sangat lemas akibat ketakutan yang sedang menderanya.
Kenapa dia ada di sini? Kenapa dia bisa tahu kalau aku di sini. batin Tanti.
Tanti kemudian menatap ke depan warteg. Tampak tiga buah mobil terparkir dan ada enam anak buah Tuan Arka yang sedang menunggu di mobil.
Semua pengunjung warteg pun tampak terkejut. Mereka kemudian berduyun-duyun pergi meninggalkan warteg bu Sera.
"Yeh... kok pada pergi sih nggak bayar dulu," geram Ibu sera.
Ibu Sera kemudian menyunggingkan senyum seraya menundukan kepalanya memberi salam pada Tuan muda Arka.
Arka tersenyum.
Sekarang warteg kecil itu tampak sepi. Hanya ada Bu Sera Tanti dan Tuan Arka.
"Maaf Tuan. Nggak ada tempat duduk bagus di sini. Maklum yah, ini kan cuma wartegnya orang kecil."
Arka melepas kaca mata hitamnya. Dan wajahnya sangat tampan di siang ini, bajunya masih wangi, wajahnya masih terlihat bersih.
"Tidak masalah. Aku akan duduk di mana saja asal bisa bersama Tanti." Kata Tuan Arka santun.
"Kebahagiaan tersendiri untuk orang kecil seperti saya, kalau Tuan benar-benar mau bertamu di tempat saya." Kata Bu Sera.
"Iya."
Tuan Arkapun kemudian duduk.
"Ayo Tanti. Duduklah! kenapa kamu berdiri aja. Sekarang berikanlah makan pada calon suami mu ini." Kata Tuan Arka.
Hah, warteg? Tuan Arka mau makan di warteg kecil milik bu Sera, Tuan Arka bercanda apa. Mana mungkin sih dia mau makan makanan warteg? dia kan orang besar. Biasanya kan makan makanan di restoran mahal?
Batin Tanti yang masih tidak percaya kalau Tuan Arka mau makan di warteg.
"Ayolah Tanti, duduk! kenapa masih bengong. Apa nggak pegal kaki mu itu? Kalau Herman yang berdiri seperti itu nggak apa-apa. Karena itu sudah tugasnya. Dan tugasmu sekarang adalah temanin calon suami mu ni makan."
Dengan tubuh bergetar Tanti pun akhirnya mau duduk.
Dada Tanti penuh sesak, dia seakan-akan tidak percaya kalau Tuan Arka tidak marah padanya. Justru sebaliknya, Tuan Arka jadi malah perhatian padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Dewi Fuzi
kurang suka s Herman punya rasa Ama Tanti bodyguard gak profesional
2020-11-19
0
Risa Antri
akang Herman niat amat nungguin jandanya Tanti😂
2020-11-14
4
Nina Hasballah
𝚍𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚗𝚎𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊,𝚜𝚒𝚝𝚊𝚗𝚝𝚒 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚔𝚊𝚖𝚙𝚞𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚊𝚢𝚊😁😁
2020-10-04
0