Ranu Kumbolo dan ceritanya

Adegan romansa bak di film-film romantis itu akhirnya berakhir setelah Delvia berusaha keras mengembalikan kewarasannya. Tidak bisa, dia tidak boleh terpikat oleh seorang pria hanya karena paras yang rupawan. Lihat saja contohnya, sang ayah yang memiliki paras tampan bahkan hingga usia tua pun masih hobi gonta-ganti wanita alias tukang selingkuh. Terakhir kali sang ayah membawa seorang gadis yang seumuran dengannya ke rumah mereka, menimbulkan pertikaian hebat antara kedua orang tua Delvia. Karena hal tersebut Delvia memutuskan untuk menenangkan diri, menempuh jarak ratusan kilo meter demi menapaki puncak abadi para dewa, sang Mahameru. “Terima kasih,” ucap Delvia lagi, lalu dia mulai membenahi posisinya agar kejadian seperti sebelumnya tak terulang.

Dikta hanya mengulas senyum, wajah Delvia yang memerah cukup memberitahunya jika sang gadis tengah merasa gugup atau bahkan canggung sehingga Dikta memilih untuk diam.

Jarak tempuh menuju titik awal pendakian memakan waktu sekitar satu jam, namun perjalanan tersebut sama sekali tak terasa karena pemandangan alam yang begitu indah dan di dominasi warna hijau. Akhirnya mereka tiba di Ranu Pani, satu persatu dari mereka melompat turun dari Jeep, dan kini tersisa Delvia di atas sana yang tengah bersiap untuk melompat.

“Bisa?” tanya Dikta dengan tatapan meragukan.

“Bisa!” Delvia menjawab tegas, karena tak ingin merepotkan Dikta lagi, gadis itu segera melompat dari atas Jeep, beruntung dia melakukan pendaratan yang sempurna sehingga tidak terjadi cedera di kakinya.

“Perhatian teman-teman,” seru Tofa seraya menepuk tangannya. Kini semua orang berdiri di dekat Tofa dengan posisi melingkar. “Setelah saya menyerahkan berkas kalian, kita akan melakukan briefing bersama relawan Semeru lalu kita akan memulai pendakian menuju pos 1. Sebelum kita berangkat, saya ingin memastikan apa ada di antara kalian yang merasa kurang sehat?” Tofa bertanya untuk memastikan kondisi anggota kelompoknya sebelum pendakian di mulai.

“Kami semua sehat pak ketua,” jawab Eko lantang dan penuh semangat.

“Mbak Delvia, kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat?” Tofa menatap Delvia khawatir.

Delvia tersenyum seraya memegang wajahnya. “Saya baik-baik saja, wajah saya memang begini mas.”

“Delvia terlalu putih mas Tofa, bukan pucat,” celetuk Sari sambil tertawa.

Tofa turut tersenyum, apalagi setelah melihat hasil pemeriksaan milik Delvia yang disisipkan di antara berkas pribadi dan surat keterangan sehat. “Baguslah, sekarang kita mulai briefing.”

Relawan Semeru memberikan briefing singkat di antaranya pendaki harus mematuhi protokol kesehatan, menghargai dan menghormati alam serta menghindari tumbuhan dan hewan beracun.

Setelah berdoa bersama, Tofa dan anggota kelompoknya memulai pendakian mereka. Sebagai ketua, Tofa berada di barisan terdepan, di ikuti Bagus, Eko, Wayan, Sari, Delvia lalu Dikta sebagai sweeper.

Untuk tiba di pos 1 mereka melewati Jalur batu konblok dan belum menanjak. Hanya butuh waktu sekitar satu jam hingga mereka tiba di pos pertama. Perjalanan terus berlanjut, kini jalur batu berganti jalur tanah, namun perjalanan menuju pos 2 terhitung belum terlalu berat.

Ketika tiba di pos 3, Tofa menginstruksikan anggota kelompoknya untuk beristirahat selama 15 menit. Bukan tanpa alasan, sebab perjalanan menuju pos 4 akan mulai dengan tanjakan yang sangat curam,

Delvia memanfaatkan waktu istirahat untuk menikmati pemandangan yang semakin terlihat indah. Di pos 3 ini, dia merasa sudah berada di atas awan karena dia dapat melihat kumpulan awan yang bergerombol.

“Indah bukan? Kamu pasti tidak pernah melihatnya di Jakarta?” ucap Dikta yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelah Delvia.

Delvia menoleh singkat, lalu atensinya kembali fokus pada awan. “Hem, di Jakarta hanya ada pemandangan gedung tinggi.”

“Ya benar, belum lagi polusi yang semakin parah,” sahut Dikta.

Hening, keduanya fokus pada pemandangan menakjubkan di depan mereka. Tanpa Delvia dan Dikta sadari, anggota kelompok lainnya tengah mengamati mereka dari jauh.

“Kayanya mas Dikta naksir sama anak kota itu deh,” terka Eko.

“Jangan ngawur deh,” sahut Wayan tak sependapat.

“Aku gak ngawur, dari awal saja aku lihat mas Dikta curi-curi pandang ke mbak Delvia,” Eko semakin yakin jika Dikta tertarik pada Delvia.

“Malah bagus to, tandane Dikta normal,” Bagus yang sejak awal diam akhirnya membuka suaranya.

“Emang sebelumnya mas Dikta belum pernah pacaran?” Sari tiba-tiba penasaran, dia tak yakin pria setampan Dikta melajang.

“Boro-boro pacaran, waktunya habis di ruang operasi. Katanya lebih baik membantu kehidupan baru terlahir ke dunia ini dari pada pacaran,” jawab Bagus lugas, pemuda itu memang mengenal baik Dikta karena mereka adalah teman seperjuangan.

“Sudah, jangan gosip lagi. Ayo lanjut, nanti keburu gelap,” sela Tofa di tengah asyiknya pergosipan mereka.

Matahari mulai tergelincir ke barat, tak ada candaan lagi, mereka fokus pada jalur menanjak yang semakin curam. Beberapa kali Sari terpeleset, untung saja Wayan sigap membantu sehingga tak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Setibanya di Pos 4, rasanya perjalanan sudah tidak berat lagi. Beban di pundak akibat mengangkut carrier pun seolah lenyap, rasa capek yang mengikuti sepanjang Pos Ranu Pani – Pos 4 pun seolah hilang begitu saja. Hal tersebut tidak lain karena keindahan Ranu Kumbolo yang memang benar-benar sudah nampak di depan mata. Daya magis yang ditimbulkan oleh keindahannya begitu luar biasa.

Perjalanan dari Pos 4 ke Ranu Kumbolo pun mulai berubah. Jalur tidak lagi menanjak. Langkah kaki yang tadinya diiringi deruan napas panjang dan berat kini berganti menjadi nyanyian. Kerutan di wajah perlahan berubah menjadi senyuman.

“Ranu Kumbolo,” teriak Wayan dan Eko bersamaan, keduanya berlari ke arah danau dengan penuh semangat.

“Dasar bocah,” celetuk Tofa seraya tersenyum. Di antara mereka, Wayan dan Eko memang yang termuda sehingga Tofa memaklumi tingkah mereka. “Sudah mainnya, cepat dirikan tenda kalian!”

“Yo mas!”

Ya, mereka mendirikan tenda di sana, malam ini mereka akan menginap di Ranu Kumbolo sebelum melanjutkan pendakian mereka menuju puncak Mahameru.

Sang surya telah kembali ke peraduannya, guratan warna jingga membentang luas, sebelum akhirnya langit benar-benar gelap.

Meski Delvia satu-satunya orang asing di kelompok tersebut, namun gadis itu merasa sangat di sambut, dia merasa telah menjadi bagian dari mereka, apalagi tingkah Wayan dan Eko yang kerap membuatnya tersenyum.

“Sudah malam, kita harus istirahat karena besok pendakian semakin berat,” ujar Tofa memerintah, sebagai ketua dia harus selalu mengingatkan anggotanya.

Lelah dan kekenyangan menjadi faktor mereka cepat tertidur. Hanya Delvia satu-satunya orang yang masih terjaga. Delvia meraih senter, gadis itu lalu keluar dari tendanya. Delvia membekap mulutnya, gadis itu takjub melihat pemandangan malam yang begitu indah. Langit di penuhi bintang-bintang dan sekelompok kunang-kunang beterbangan di sekitar danau.

Delvia melangkahkan kakinya meninggalkan tenda, dia sama sekali tak merasa takut karena di sekitarnya juga banyak tenda dari pada pendaki. Delvia lantas duduk di dekat danau, kepalanya mendongak, menatap bintang yang tak pernah di lihatnya di langit Jakarta. Sepertinya keputusannya untuk mendaki adalah pilihan yang sangat tepat. Sejenak dia bisa melupakan masalah yang sedang menimpa keluarganya.

Rupanya bukan hanya Delvia yang masih terjaga, Dikta yang mendengar langkah kaki seseorang pun akhirnya keluar dari tenda dan berjalan mengikuti si pemilik langkah kaki. Cukup lama Dikta diam di tempat sampai akhirnya dia memiliki keberanian untuk duduk di samping Delvia.

“Boleh saya bergabung?” tanya Dikta seraya menatap Delvia.

Delvia sempat terkejut, namun dia sudah mengenali suara Dikta sehingga keterkejutannya perlahan hilang. “Hem,” sahut Delvia tanpa menoleh sedikit pun, terlalu tidak rela dia mengalihkan atensinya, sebab bintang di atas sana seolah tengah menghibur dirinya.

“Apa kau tau asal-usul Danau Ranu Kumbolo?” tanya Dikta tiba-tiba. “Ranu Kumbolo berasal dari kisah sepasang suami istri yang hidup melarat. Suatu hari, sang suami memancing di sungai dan mendapatkan ikan mas ajaib yang dapat berbicara dan mengubah sisiknya menjadi emas. Sang suami membawa ikan itu ke rumah dan menyimpannya di gentong, tetapi ketika ia kembali, ikan itu sudah tidak ada. Setelah itu, sang istri melahirkan seorang anak laki-laki yang memiliki sisik ikan di tubuhnya. Sang ibu bermimpi bahwa sisik ikan itu bisa hilang jika anaknya mencari mutiara pelangi di puncak Gunung Mahameru. Anaknya berhasil menemukan mutiara pelangi, tetapi menjatuhkannya saat turun gunung. Tanah tempat mutiara itu jatuh amblas dan digenangi air, menenggelamkan Kumbolo. Namun, Kumbolo keluar dari danau dan berenang ke tepian dengan tubuh bersih dari sisik ikan,” jelas Dikta panjang lebar, padahal Delvia sama sekali tak menanyakannya.

“Bohong,” sahut Delvia. “Ranu Kumbolo terbentuk dari kawah Gunung Jambangan yang telah memadat dan menampung air,” sambungnya menginterupsi.

Dikta terkekeh karena gadis yang duduk di sampingnya rupanya memiliki pengetahuan tentang Ranu Kumbolo. “Itukan menurut Badan Geologi Kementerian ESDM, yang saya ceritakan ini versi masyarakat Tengger.”

“Saya tidak tahu kalau mas Dikta lebih percaya cerita rakyat,” cetus Delvia seraya menoleh, menatap Dikta dari samping.

“Bukan percaya, saya hanya mencoba melestarikan cerita rakyat, saya juga tidak abai dari sisi ilmu geologi,” Dikta menyadari jika Delvia tengah menatapnya, oleh karena itu dia memalingkan wajah ke arah Delvia hingga keduanya saling menatap satu sama lain. “Apa kamu sudah punya pacar?”

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

Literasi singkat ✅
Perjalanan mendaki ini bukan cuma tentang keindahan alam, tapi juga tentang keindahan interaksi karakter. Mulai dari Dikta yang tiba-tiba muncul di sebelah Delvia, lalu obrolan santai mereka tentang polusi, hingga plot twist tanya punya someone? Dikta nih gerakannya halus banget!
Bagian tentang gosip Bagas juga seru, ya! Rasanya seperti lagi ikut mendaki bareng mereka ada sesuatu yang serius, ada tawa, dan ada rasa lelah yang terlupakan begitu sampai Ranu Kumbolo. Plus, pembahasan antara mitos masyarakat Tengger versus ilmu geologi itu keren banget, menunjukkan karakter Delvia dan Dikta punya cara berpikir yang unik. Semangat ✋

2024-11-16

0

Yusi Lestari

Yusi Lestari

pertemuan yg amat romantis buat Dikta

2024-11-12

0

It's me

It's me

jadi pengin naik gununggg

2024-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 Titik dari segala awal
2 Ranu Kumbolo dan ceritanya
3 Penolakan yang memikat
4 Mitos dan harapan
5 Kesempatan dalam kesempitan
6 Pintar memanfaatkan keadaan
7 Tidak ada perpisahan yang terasa manis
8 Saling menyesal
9 Tidak cocok
10 Dewasa dan segala kerumitannya
11 Keputusan di tengah keterpaksaan
12 Pihak yang saling membutuhkan
13 PERTUNANGAN
14 Kisah yang berakhir sebelum di mulai
15 Permainan Takdir
16 Bukan Jodoh
17 Kewarasan yang di pertaruhkan
18 Bulan madu
19 Sesal Tiada Arti
20 Bukan orang asing
21 Cinta atau Obsesi
22 Bukan Dikta yang aku nikahi
23 Memohon untuk hal yang mustahil
24 Peperangan melawan diri sendiri
25 Melupakan hanya sebuah alasan
26 Mayuri Attire
27 Kecewa akan ekspetasi sendiri
28 Sebesar cinta Dikta
29 Jangan benci aku
30 TEORI BENANG MERAH
31 Everything must be reason
32 Lihat dan rasakan
33 Hadiah yang tertunda
34 Dikta selalu ada
35 Beda kamar
36 Dunia terlalu sempit
37 Hampir tertangkap
38 Hara dan Emilya?
39 Fakta
40 Tidak ada hantu didunia ini
41 Wanita itu adalah kakak iparnya
42 Obsesi bentuk lain dari cinta
43 Dikta di cari polisi
44 Tidak bisa menahan diri
45 Delvia dan segala alibinya
46 Siasat Hera
47 Jauhi Dikta
48 Kegilaan Maya
49 Tentang memar di lengan Erika
50 Apa yang terjadi pada Erika?
51 Mencari bantuan
52 Selalu saja Delvia
53 Pemilik detak jantung
54 Kegilaan Dikta
55 Mencintai Delvia adalah keputusanku
56 Sebuah kutukan
57 Meminta bantuan Bagus
58 Rumit
59 Chlorofom
60 Visum
61 Rahasia Delvia dan Bagus
62 Jurang tanpa dasar
63 Dunia terlalu kejam
64 Harapan orang tua Dikta
65 Keributan di rumah Bagus
66 Bertukar cerita
67 Teman spesial
68 Kekasih bayaran
69 Kembar
70 Benarkah kami anak kandung mama?
71 Apa rencanamu?
72 Tinggalkan dia!
73 Sang pemain
74 Kisah pelik
75 Aku akan menunggu
76 Semuanya berakhir
77 Gejolak emosi
78 Tidak tau diri
79 Memeluk dan tidur bersama
80 Delvia adalah takdirku
81 Berita tentang perselingkuhan
82 Siapa pelakunya?
83 wajah asli Hera
84 Apa alasannya?
85 Bukan cinta jika berakhir menyakiti
86 Hasutan Hera
87 Gejolak aneh
88 Berpegang janji
89 Rencana Maya
90 Ramuan setan
91 Mama macam apa?
92 Kambing hitam
93 Perasaan Tamak
94 Kemarahan Julian
95 Tentang fakta
96 Dikta yang Delvia cintai
97 Alasan Hera membenci Delvia
98 Malam tragis
99 Kritis
100 Donor hati
101 Kesalahan dan karma
102 Penyusup
103 Lolos dari maut
104 Perceraian
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Titik dari segala awal
2
Ranu Kumbolo dan ceritanya
3
Penolakan yang memikat
4
Mitos dan harapan
5
Kesempatan dalam kesempitan
6
Pintar memanfaatkan keadaan
7
Tidak ada perpisahan yang terasa manis
8
Saling menyesal
9
Tidak cocok
10
Dewasa dan segala kerumitannya
11
Keputusan di tengah keterpaksaan
12
Pihak yang saling membutuhkan
13
PERTUNANGAN
14
Kisah yang berakhir sebelum di mulai
15
Permainan Takdir
16
Bukan Jodoh
17
Kewarasan yang di pertaruhkan
18
Bulan madu
19
Sesal Tiada Arti
20
Bukan orang asing
21
Cinta atau Obsesi
22
Bukan Dikta yang aku nikahi
23
Memohon untuk hal yang mustahil
24
Peperangan melawan diri sendiri
25
Melupakan hanya sebuah alasan
26
Mayuri Attire
27
Kecewa akan ekspetasi sendiri
28
Sebesar cinta Dikta
29
Jangan benci aku
30
TEORI BENANG MERAH
31
Everything must be reason
32
Lihat dan rasakan
33
Hadiah yang tertunda
34
Dikta selalu ada
35
Beda kamar
36
Dunia terlalu sempit
37
Hampir tertangkap
38
Hara dan Emilya?
39
Fakta
40
Tidak ada hantu didunia ini
41
Wanita itu adalah kakak iparnya
42
Obsesi bentuk lain dari cinta
43
Dikta di cari polisi
44
Tidak bisa menahan diri
45
Delvia dan segala alibinya
46
Siasat Hera
47
Jauhi Dikta
48
Kegilaan Maya
49
Tentang memar di lengan Erika
50
Apa yang terjadi pada Erika?
51
Mencari bantuan
52
Selalu saja Delvia
53
Pemilik detak jantung
54
Kegilaan Dikta
55
Mencintai Delvia adalah keputusanku
56
Sebuah kutukan
57
Meminta bantuan Bagus
58
Rumit
59
Chlorofom
60
Visum
61
Rahasia Delvia dan Bagus
62
Jurang tanpa dasar
63
Dunia terlalu kejam
64
Harapan orang tua Dikta
65
Keributan di rumah Bagus
66
Bertukar cerita
67
Teman spesial
68
Kekasih bayaran
69
Kembar
70
Benarkah kami anak kandung mama?
71
Apa rencanamu?
72
Tinggalkan dia!
73
Sang pemain
74
Kisah pelik
75
Aku akan menunggu
76
Semuanya berakhir
77
Gejolak emosi
78
Tidak tau diri
79
Memeluk dan tidur bersama
80
Delvia adalah takdirku
81
Berita tentang perselingkuhan
82
Siapa pelakunya?
83
wajah asli Hera
84
Apa alasannya?
85
Bukan cinta jika berakhir menyakiti
86
Hasutan Hera
87
Gejolak aneh
88
Berpegang janji
89
Rencana Maya
90
Ramuan setan
91
Mama macam apa?
92
Kambing hitam
93
Perasaan Tamak
94
Kemarahan Julian
95
Tentang fakta
96
Dikta yang Delvia cintai
97
Alasan Hera membenci Delvia
98
Malam tragis
99
Kritis
100
Donor hati
101
Kesalahan dan karma
102
Penyusup
103
Lolos dari maut
104
Perceraian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!