Saling menyesal

Waktu makan siang telah berlalu, Dikta bergegas meninggalkan ruang operasi, dia bahkan tidak sempat mengganti baju jaga (Scrub) dan bergegas menuju restoran yang berada di dekat stasiun. Berulang kali Dikta memeriksa jam yang membingkai pergelangan tangannya, dia berharap tidak melewatkan waktu bertemu Delvia.

Dengan langkah cepat Dikta masuk ke dalam restoran, mata elangnya menelisik setiap sudut, namun dia tak menemukan sosok yang dia cari. Dikta lalu berusaha menghubungi Delvia, ponselnya aktif namun Delvia tak menjawab.

“Permisi,” Dikta menghampiri kasir, bertanya pada pegawai yang berjaga. “Apa tadi anda melihat gadis ini datang kemari?” tanya Dikta seraya menunjukkan foto Delvia yang tersimpan di ponselnya.

“Ah, kakak cantik ini. Benar mas, tadi kakaknya datang kemari dan sudah pergi sekitar 20 menit yang lalu,” jawab pegawai itu, sosok Delvia yang begitu cantik tidak mudah di lupakan, dia langsung ingat begitu melihat foto Delvia.

Dikta meraup wajahnya kasar, andai dia sempat menjawab telefon Delvia dan memohon pada Delvia agar gadis itu menunggu.

“Oh ya mas, apa mas Dokter Dikta?” tanya pegawai itu.

“Ya, saya Dikta!”

“Tadi kakaknya menitipkan ini untuk Dokter Dikta,” pegawai tersebut memberikan papper bag beserta ponsel kepada Dikta.  “Ponsel kakaknya juga tertinggal di sini.”

“Terima kasih,” Dikta mengambil papper bag dan ponsel milik Delvia lalu keluar dari restoran tersebut. Di dalam mobil, Dikta memastikan jika ponsel tersebut benar milik Delvia. Dikta lalu membuka papper bag tersebut, di dalamnya terdapat kotak kecil berwarna hitam serta debit card miliknya. Perlahan Dikta membuka kotak tersebut, pria itu tertegun melihat sebuah jam tangan mahal di dalamnya. “Delvia, Delvia. Apa yang harus aku lakukan, aku menyesal melewatkanmu!”

Sesal tak hanya menguasai hati Dikta, selama perjalanan menuju Jakarta Delvia pun merasakan hal yang sama. Hanya saja sesal Delvia berbeda dari apa yang Dikta rasakan.  

Terlalu larut dalam pikirannya, Delvia baru menyadari jika dia kehilangan ponselnya. Gadis itu merutuki dirinya sendiri karena begitu ceroboh.

Jakarta, disinilah Delvia sekarang berada. Kota metropolitan dengan sejuta kesibukannya. Tak ada pemandangan alam, sepanjang mata memandang, hanya ada gedung-gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan dan perkantoran.

Delvia berdiri di sebuah halaman yang cukup luas, gadis itu menatap rumah berlantai dua bergaya khas Eropa. Delvia menghela nafas panjang, dia sungkan untuk kembali, namun rumah itu satu-satunya tempat untuk pulang. 

Rumah yang begitu besar namun tampak sunyi seolah tak ada kehidupan di dalamnya. Delvia segera pergi ke kamarnya, untuk mengistirahatkan tubuh dan hatinya yang terasa lelah.

Delvia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, di tatapnya langit-langit kamar yang temaram, mengingatkannya pada langit malam di Ranu Kumbolo, lalu terbersit senyuman Dikta di pikirannya. “Lupakan Delvia!”

“Via, buka pintunya,” teriak seseorang seraya mengetuk pintu. “Delvia Mayuri, bangun!”

Delvia mendengus kesal, dia memaksakan diri untuk bangun dan membuka pintu. “Ada apa si mah?” Tanya Delvia seraya menatap wanita paruh baya yang kini berdiri di hadapannya.

“Hari ini temani mama ketemu sama temen mama,” jawab Maya Pratiwi, ibu dari Delvia.

“Delvia harus ke butik mah, mama pergi sendiri aja ya,” tolak Delvia, dia paling malas saat menemani para emak-emak rempong nongkrong.

“Ini perintah, bukan ajakan!”

Delvia memutar bola matanya jengah, melawan sang mama rasanya percuma. “Ya!”

Delvia tampil elegan dalam balutan jumpsuit berwarna cream, sebagai seorang  perancang busana, berpenampilan menarik adalah sebuah keharusan.

Maya menggandeng tangan anak gadisnya dengan erat, takut kalau tiba-tiba Delvia melarikan diri. Ibu dan anak itu masuk ke dalam restoran, Delvia hanya pasrah dan mengikuti Maya. “Hay jeng, maaf ya aku telat,” sapa Maya pada wanita yang sebaya dengannya. Kedua wanita yang tak lagi muda itu saling berpelukan lalu cipika cipiki.

“Gak papa jeng, aku juga baru sampai.”

“Delvia, kenalin ini temen mama, namanya tante Nila,” ucap Maya memperkenalkan temannya.

Delvia tersenyum seraya menganggukkan kepala. “Hallo tante,” sapanya dengan sopan.

“Ya ampun, Via sudah besar ya. Cantik sekali,” puji Nila dengan tatapan kagum. “Oh ya jeng, aku sampai lupa. Hari ini aku datang bersama Wira, dia anak pertamaku jeng.” Nila menepuk pundak pria muda yang masih duduk, tak lama kemudian pria itu berdiri menyapa Maya dan Delvia.

“Siang tante, siang Via. Perkenalkan saya Wira,” pria bernama Wira itu memperkenalkan diri dengan senyum terpaksa.

Setelah berkenalan, mereka lalu duduk dan berbincang. Hanya emak-emak yang asik ngerumpi karena Wira dan Delvia sibuk dengan ponsel masing-masing. Sebelum ke restoran Delvia mampir membeli ponsel baru.

“Jeng, Wira dan Via kan sudah sama-sama dewasa, bagaimana kalau kita jodohkan mereka saja,” celetuk Nila tiba-tiba.

“Wah ide bagus jeng. Aku setuju banget kalau Wira yang jadi menantuku,” sahut Maya tak mau kalah.

Sementara itu Wira dan Delvia begitu terkejut dengan rencana gila ibu mereka.

“Mom, sekarang sudah tahun 2024, sudah tidak zaman dengan perjodohan,” secara tidak langsung Wira menolak rencana tersebut.

“Benar apa kata mas Wira mah. Lagi pula kita baru pertama kali bertemu,” sambung Delvia tak setuju.

“Mulai sekarang kalian harus saling bertemu, mama yakin kalian cocok satu sama lain,” jawab Maya bersikeras menjodohkan Wira dan Delvia.

“Usiamu sudah tidak muda lagi Wira, mommy rasa Delvia adalah gadis yang tepat untukmu,” Nila mencoba meyakinkan anaknya.

“Tapi mom...”

“Tidak ada tapi-tapian, mommy ingin kalian kenal lebih dekat!”

Delvia dan Wira saling melempar pandangan, terlihat jelas ketidaksetujuan di antara keduanya. Namun karena tak ingin memercik keributan di dalam restoran, mereka memilih setuju untuk mengenal satu sama lain.  Hasil akhirnya tentu saja akan mereka pikirkan nanti.

 

Terpopuler

Comments

Yusi Lestari

Yusi Lestari

ternyata pernikahan Wira dg Delvia hasil jadi perjodohan heeemmm gimana ya nanti rumah tangga mereka jika mereka beneran nikah paksa

2024-11-20

1

lihat semua
Episodes
1 Titik dari segala awal
2 Ranu Kumbolo dan ceritanya
3 Penolakan yang memikat
4 Mitos dan harapan
5 Kesempatan dalam kesempitan
6 Pintar memanfaatkan keadaan
7 Tidak ada perpisahan yang terasa manis
8 Saling menyesal
9 Tidak cocok
10 Dewasa dan segala kerumitannya
11 Keputusan di tengah keterpaksaan
12 Pihak yang saling membutuhkan
13 PERTUNANGAN
14 Kisah yang berakhir sebelum di mulai
15 Permainan Takdir
16 Bukan Jodoh
17 Kewarasan yang di pertaruhkan
18 Bulan madu
19 Sesal Tiada Arti
20 Bukan orang asing
21 Cinta atau Obsesi
22 Bukan Dikta yang aku nikahi
23 Memohon untuk hal yang mustahil
24 Peperangan melawan diri sendiri
25 Melupakan hanya sebuah alasan
26 Mayuri Attire
27 Kecewa akan ekspetasi sendiri
28 Sebesar cinta Dikta
29 Jangan benci aku
30 TEORI BENANG MERAH
31 Everything must be reason
32 Lihat dan rasakan
33 Hadiah yang tertunda
34 Dikta selalu ada
35 Beda kamar
36 Dunia terlalu sempit
37 Hampir tertangkap
38 Hara dan Emilya?
39 Fakta
40 Tidak ada hantu didunia ini
41 Wanita itu adalah kakak iparnya
42 Obsesi bentuk lain dari cinta
43 Dikta di cari polisi
44 Tidak bisa menahan diri
45 Delvia dan segala alibinya
46 Siasat Hera
47 Jauhi Dikta
48 Kegilaan Maya
49 Tentang memar di lengan Erika
50 Apa yang terjadi pada Erika?
51 Mencari bantuan
52 Selalu saja Delvia
53 Pemilik detak jantung
54 Kegilaan Dikta
55 Mencintai Delvia adalah keputusanku
56 Sebuah kutukan
57 Meminta bantuan Bagus
58 Rumit
59 Chlorofom
60 Visum
61 Rahasia Delvia dan Bagus
62 Jurang tanpa dasar
63 Dunia terlalu kejam
64 Harapan orang tua Dikta
65 Keributan di rumah Bagus
66 Bertukar cerita
67 Teman spesial
68 Kekasih bayaran
69 Kembar
70 Benarkah kami anak kandung mama?
71 Apa rencanamu?
72 Tinggalkan dia!
73 Sang pemain
74 Kisah pelik
75 Aku akan menunggu
76 Semuanya berakhir
77 Gejolak emosi
78 Tidak tau diri
79 Memeluk dan tidur bersama
80 Delvia adalah takdirku
81 Berita tentang perselingkuhan
82 Siapa pelakunya?
83 wajah asli Hera
84 Apa alasannya?
85 Bukan cinta jika berakhir menyakiti
86 Hasutan Hera
87 Gejolak aneh
88 Berpegang janji
89 Rencana Maya
90 Ramuan setan
91 Mama macam apa?
92 Kambing hitam
93 Perasaan Tamak
94 Kemarahan Julian
95 Tentang fakta
96 Dikta yang Delvia cintai
97 Alasan Hera membenci Delvia
98 Malam tragis
99 Kritis
100 Donor hati
101 Kesalahan dan karma
102 Penyusup
103 Lolos dari maut
104 Perceraian
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Titik dari segala awal
2
Ranu Kumbolo dan ceritanya
3
Penolakan yang memikat
4
Mitos dan harapan
5
Kesempatan dalam kesempitan
6
Pintar memanfaatkan keadaan
7
Tidak ada perpisahan yang terasa manis
8
Saling menyesal
9
Tidak cocok
10
Dewasa dan segala kerumitannya
11
Keputusan di tengah keterpaksaan
12
Pihak yang saling membutuhkan
13
PERTUNANGAN
14
Kisah yang berakhir sebelum di mulai
15
Permainan Takdir
16
Bukan Jodoh
17
Kewarasan yang di pertaruhkan
18
Bulan madu
19
Sesal Tiada Arti
20
Bukan orang asing
21
Cinta atau Obsesi
22
Bukan Dikta yang aku nikahi
23
Memohon untuk hal yang mustahil
24
Peperangan melawan diri sendiri
25
Melupakan hanya sebuah alasan
26
Mayuri Attire
27
Kecewa akan ekspetasi sendiri
28
Sebesar cinta Dikta
29
Jangan benci aku
30
TEORI BENANG MERAH
31
Everything must be reason
32
Lihat dan rasakan
33
Hadiah yang tertunda
34
Dikta selalu ada
35
Beda kamar
36
Dunia terlalu sempit
37
Hampir tertangkap
38
Hara dan Emilya?
39
Fakta
40
Tidak ada hantu didunia ini
41
Wanita itu adalah kakak iparnya
42
Obsesi bentuk lain dari cinta
43
Dikta di cari polisi
44
Tidak bisa menahan diri
45
Delvia dan segala alibinya
46
Siasat Hera
47
Jauhi Dikta
48
Kegilaan Maya
49
Tentang memar di lengan Erika
50
Apa yang terjadi pada Erika?
51
Mencari bantuan
52
Selalu saja Delvia
53
Pemilik detak jantung
54
Kegilaan Dikta
55
Mencintai Delvia adalah keputusanku
56
Sebuah kutukan
57
Meminta bantuan Bagus
58
Rumit
59
Chlorofom
60
Visum
61
Rahasia Delvia dan Bagus
62
Jurang tanpa dasar
63
Dunia terlalu kejam
64
Harapan orang tua Dikta
65
Keributan di rumah Bagus
66
Bertukar cerita
67
Teman spesial
68
Kekasih bayaran
69
Kembar
70
Benarkah kami anak kandung mama?
71
Apa rencanamu?
72
Tinggalkan dia!
73
Sang pemain
74
Kisah pelik
75
Aku akan menunggu
76
Semuanya berakhir
77
Gejolak emosi
78
Tidak tau diri
79
Memeluk dan tidur bersama
80
Delvia adalah takdirku
81
Berita tentang perselingkuhan
82
Siapa pelakunya?
83
wajah asli Hera
84
Apa alasannya?
85
Bukan cinta jika berakhir menyakiti
86
Hasutan Hera
87
Gejolak aneh
88
Berpegang janji
89
Rencana Maya
90
Ramuan setan
91
Mama macam apa?
92
Kambing hitam
93
Perasaan Tamak
94
Kemarahan Julian
95
Tentang fakta
96
Dikta yang Delvia cintai
97
Alasan Hera membenci Delvia
98
Malam tragis
99
Kritis
100
Donor hati
101
Kesalahan dan karma
102
Penyusup
103
Lolos dari maut
104
Perceraian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!