Kesempatan dalam kesempitan

Finall, keputusan Dikta tak bisa di ganggu gugat, dia bersikeras tinggal bersama Delvia dan menyuruh teman-temannya melanjutkan pendakian menuju puncak Mahameru.

Langit telah sepenuhnya menghitam, Tofa memanggil Delvia agar bergabung dengan teman-temannya, dia ingin membahas masalah luka yang di alami Delvia.

Sari beranjak dari duduk begitu melihat Delvia keluar dari tenda, gadis itu menghampiri Delvia, berusaha menuntun Delvia, dia tidak tega melihat langkah pincang teman sependakiannya itu.

“Terima kasih,” ucap Delvia tulus, gadis itu duduk di antara Sari dan Eko.

“Bagaimana kondisi kakimu?” tanya Tofa seraya menatap Delvia.

“Tidak begitu buruk,” jawab Delvia bohong, beberapa saat lalu dia sempat merasa kesakitan.

“Syukurlah,” Tofa menghela nafas lega.

“Mas Tofa,” ucapan Delvia menggantung, dia terlihat ragu melanjutkan kalimatnya.

“Katakan!”

“Sepertinya saya tidak bisa melanjutkan pendakian,” ujar Delvia diiringi senyuman sendu, membuat semua orang turut merasa sedih dan prihatin. “Kelik juga sesuatu yang sangat luar biasa bagi saya. Saya akan menghabiskan malam di sini selagi menunggu kalian mendaki.”

Sari menunduk lesu, namun sesaat kemudian dia meraih tangan Delvia dan menggenggamnya. “Aku akan menemanimu di sini.”

“Tidak Sari, kamu harus tetap mendaki. Aku dengar puncak Mahameru adalah mimpimu sejak lama,” tolak Delvia secara halus, dia benar-benar tak ingin merepotkan siapa pun.

“Tapi aku tidak tega membiarkanmu sendiri,” sambung Sari.

“Lihatlah, banyak pendaki yang mendirikan tenda di sini,” Delvia menunjuk beberapa tenda yang berdiri tak jauh dari mereka.

“Cukup. Kita semua sudah sepakat, aku yang akan di sini bersama Delvia,” sela Dikta tanpa ragu.

Ucapan Dikta tentu membuat Delvia terkejut, gadis itu menoleh, menatap Dikta dengan sorot penuh tanya.

“Mas Dikta yang memaksa kami Del,” adu Sari kepada Delvia.

“Saya sungguh baik-baik saja mas. Silahkan mendaki bersama teman-teman malam ini,” tutur Delvia sopan, tak ingin terkesan menolak niat baik Dikta.

“Mbak Delvia, maaf menyela,” ucap Tofa menginterupsi. “Dikta adalah seorang dokter, jelas dia yang paling paham dengan kondisi mbak Delvia dari pada kami. Dikta hanya khawatir lukamu akan mengalami infeksi, biarkan dia melakukan kewajibannya sebagai seorang dokter, yaitu merawat luka mbak Delvia dan memastikannya baik-baik saja. Jangan khawatir, puncak Mahameru bukan kali pertama bagi Dikta.”

“Sebaiknya dengar apa yang di sarankan mas Tofa, dia sangat merasa bersalah atas apa yang terjadi pada mbak Delvia. Mas Tofa harus memastikan kondisi mbak baik-baik saja agar bisa menjelaskannya kepada mas Harun,” Wayan yang jarang sekali berbicara akhirnya membuka mulut demi meyakinkan Delvia untuk tinggal bersama Dikta di Kelik.

Setelah semua orang angkat bicara, Delvia tak ada pilihan lain, gadis itu mengangguk pasrah. “Baiklah!”

Tepat pukul 12 malam Tofa dan empat anggota lainnya kembali melanjutkan pendakian menuju puncak. Meski sedikit tak rela, namun Delvia mencoba meyakinkan diri jika semua ini yang terbaik untuknya. Toh dia juga terbilang hebat karena berhasil naik hingga ke Kelik, batas akhir yang di izinkan untuk didaki.

“Minumlah ini sebelum tidur. Panggil aku jika lukamu terasa sakit,” Dikta memberikan secangkir air hangat dan anti biotik.

“Hm, terima kasih,” Delvia menerimanya lalu masuk ke dalam tenda.

Dini hari, Delvia merasa aneh. Sekujur tubuhnya bergetar hebat, dia merasa sangat kedinginan padahal tubuhnya terbungkus jaket tebal dan sleeping bag. Delvia tak bisa menahan lagi, dia keluar dari tenda, berniat merebus air dan membuat sesuatu yang hangat.

“Ada apa?” tanya Dikta dengan suara parau.

Delvia menoleh ke arah suara, dia cukup terkejut melihat Dikta tidur di luar tenda miliknya. “Sepertinya saya demam.”

Dikta segera melepas sleeping bag dan beranjak menghampiri Delvia. “Permisi,” ucap Dikta meminta izin untuk menyentuh kening Delvia. “Sejak kapan kamu merasa demam?”

“Sekitar setengah jam yang lalu!” Jawab Delvia mengira-ngira.

“Aku akan merebus air untukmu, masuklah ke tenda lagi!”

“Hem,” Delvia begitu patuh dan segera masuk ke dalam tenda. Tak lama kemudian Dikta menyusulnya masuk sambil membawa cangkir berisi air hangat serta tas medisnya.

Dengan ekspresi serius, Dikta duduk di dekat Delvia. “Aku harus memeriksa lukamu.”

Yakin ada yang tidak beres dengan lukanya, Delvia mengizinkan Dikta memeriksanya lagi. Delvia menepis rasa malunya dari pada terjadi hal yang buruk pada kakinya.

“Apa terinfeksi?” tanya Delvia memastikan.

“Tidak!”

Entah benar atau tidak, Delvia mencoba percaya pada Dikta.

“Tahan sedikit, ini akan terasa sakit!”

“Hem,” benar saja, entah apa yang Dikta lakukan pada lukanya, dia mengeram menahan sakit yang teramat sangat. Bahkan saking sakitnya, tanpa sadar Delvia meremas pundak Dikta dengan keras.

“Selesai,” ucap Dikta seraya menatap wajah Delvia yang tampak begitu tersiksa.

menyadari akan perbuatannya, Delvia langsung menarik tangannya dari bahu Dikta. “Maaf, terima kasih!”

“Minum pereda nyeri ini dan cobalah untuk tidur. Aku akan berjaga di sini!”

“Hah?” apa yang keluar dari mulut Dikta selalu penuh kejutan. “Disini?” ulang Delvia ragu.

“Ya. Aku harus memastikan demammu turun. Jangan takut, aku tidak akan berbuat yang macam-macam. Cepat berbaring dan tidur!”

“Ya,” pasien begitu patuh pada dokternya, Delvia segera berbaring, memakai kembali sleeping bag dan mencoba untuk tidur.

Namun kondisi Delvia tak kunjung membaik, meski demamnya telah turun namun Delvia masih menggigil dan suhu tubuhnya semakin turun.

“Delvia, bangun!” Dikta menepuk pipi Delvia dengan sedikit keras, dia khawatir Delvia akan mengalami Hipotermia.

“Dingin,” gumam Delvia dengan bibir bergetar.

Segala cara telah Dikta lakukan untuk menaikkan suhu tubuh Delvia, namun usahanya gagal dan gadis itu semakin menggigil hebat.

“Delvia,” panggil Dikta lagi, kini Delvia membuka mata meski terlihat begitu sayu. “Aku mungkin akan bertindak di luar batasan, tapi percayalah semua ini agar suhu tubuhmu naik.”

“Apa maksudmu?” suara Delvia bergetar, antara dingin dan takut.

“Aku harus memelukmu!”

Delvia tak terlalu terkejut, sebagai seseorang yang suka mendaki, Delvia paham betul apa yang akan Dikta lakukan guna menghindari dirinya terkena hipotermia. Delvia menganggukkan kepalanya pelan, memberi izin pada Dikta.

Tanpa menunggu lama, Dikta segera melepas jaket tebalnya, pria itu lalu melepas sleeping bag yang membalut tubuh Delvia sampai separuh badan sehingga kaki Delvia masih terbungkus. Dikta juga membantu Delvia duduk dan melepas jaket milik sang gadis.

Dikta lantas berpindah posisi, dia duduk tepat di belakang Delvia tanpa menjaga jarak. “Pakai jaketmu lalu lapisi dengan jaketku,” perintah Dikta seraya membantu Delvia memakai jaket dengan posisi terbalik, dimana bagian depan jaket yang memiliki resleting berada di belakang. Kini Delvia telah memakai dua lapis jaket, syal serta kupluk yang melindungi kepala serta telinga.

“Aku akan memelukmu dari belakang,” kata Dikta pelan namun terdengar ragu.

“Hem!”

Sebagai seorang pria tentu saja Dikta merasa canggung, namun sebagai seorang dokter dia harus abai akan perasaan pribadi demi keselamatan Delvia. Perlahan kedua tangan Dikta masuk ke dalam jaket yang membungkus tubuh Delvia, lengan kekarnya bergerak pelan, melewati pinggang ramping dan bertumpu di perut Delvia yang begitu langsing. “Bersandarlah,” bisik Dikta tepat di daun telinga Delvia hingga gadis itu merasakan uap hangat menyentuh telinganya.

Delvia mengangguk pelan, rasanya tak enak hati, namun keadaan memaksanya. Kini Delvia tengah bersandar pada pria asing yang baru kemarin dia temui. Aneh, namun Delvia merasa lebih nyaman dari sebelumnya, pelukan Dikta perlahan membuat tubuhnya merasa lebih hangat dan dia mulai tertidur.

Hal serupa pun tengah Dikta alami, meski terkesan kurang sopan dan sedikit kurang ajar, namun Dikta merasa senang dan tak ingin waktu bergulir, dia ingin menghabiskan waktunya bersama gadis yang berhasil menarik perhatiannya. “Sepertinya perasaanku jatuh semakin dalam untukmu.”

Terpopuler

Comments

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Mereka pny perasaan yg sama
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan

2024-11-13

0

Cah Suwung

Cah Suwung

cie Dikta cieeeeeee

2024-11-24

0

lihat semua
Episodes
1 Titik dari segala awal
2 Ranu Kumbolo dan ceritanya
3 Penolakan yang memikat
4 Mitos dan harapan
5 Kesempatan dalam kesempitan
6 Pintar memanfaatkan keadaan
7 Tidak ada perpisahan yang terasa manis
8 Saling menyesal
9 Tidak cocok
10 Dewasa dan segala kerumitannya
11 Keputusan di tengah keterpaksaan
12 Pihak yang saling membutuhkan
13 PERTUNANGAN
14 Kisah yang berakhir sebelum di mulai
15 Permainan Takdir
16 Bukan Jodoh
17 Kewarasan yang di pertaruhkan
18 Bulan madu
19 Sesal Tiada Arti
20 Bukan orang asing
21 Cinta atau Obsesi
22 Bukan Dikta yang aku nikahi
23 Memohon untuk hal yang mustahil
24 Peperangan melawan diri sendiri
25 Melupakan hanya sebuah alasan
26 Mayuri Attire
27 Kecewa akan ekspetasi sendiri
28 Sebesar cinta Dikta
29 Jangan benci aku
30 TEORI BENANG MERAH
31 Everything must be reason
32 Lihat dan rasakan
33 Hadiah yang tertunda
34 Dikta selalu ada
35 Beda kamar
36 Dunia terlalu sempit
37 Hampir tertangkap
38 Hara dan Emilya?
39 Fakta
40 Tidak ada hantu didunia ini
41 Wanita itu adalah kakak iparnya
42 Obsesi bentuk lain dari cinta
43 Dikta di cari polisi
44 Tidak bisa menahan diri
45 Delvia dan segala alibinya
46 Siasat Hera
47 Jauhi Dikta
48 Kegilaan Maya
49 Tentang memar di lengan Erika
50 Apa yang terjadi pada Erika?
51 Mencari bantuan
52 Selalu saja Delvia
53 Pemilik detak jantung
54 Kegilaan Dikta
55 Mencintai Delvia adalah keputusanku
56 Sebuah kutukan
57 Meminta bantuan Bagus
58 Rumit
59 Chlorofom
60 Visum
61 Rahasia Delvia dan Bagus
62 Jurang tanpa dasar
63 Dunia terlalu kejam
64 Harapan orang tua Dikta
65 Keributan di rumah Bagus
66 Bertukar cerita
67 Teman spesial
68 Kekasih bayaran
69 Kembar
70 Benarkah kami anak kandung mama?
71 Apa rencanamu?
72 Tinggalkan dia!
73 Sang pemain
74 Kisah pelik
75 Aku akan menunggu
76 Semuanya berakhir
77 Gejolak emosi
78 Tidak tau diri
79 Memeluk dan tidur bersama
80 Delvia adalah takdirku
81 Berita tentang perselingkuhan
82 Siapa pelakunya?
83 wajah asli Hera
84 Apa alasannya?
85 Bukan cinta jika berakhir menyakiti
86 Hasutan Hera
87 Gejolak aneh
88 Berpegang janji
89 Rencana Maya
90 Ramuan setan
91 Mama macam apa?
92 Kambing hitam
93 Perasaan Tamak
94 Kemarahan Julian
95 Tentang fakta
96 Dikta yang Delvia cintai
97 Alasan Hera membenci Delvia
98 Malam tragis
99 Kritis
100 Donor hati
101 Kesalahan dan karma
102 Penyusup
103 Lolos dari maut
104 Perceraian
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Titik dari segala awal
2
Ranu Kumbolo dan ceritanya
3
Penolakan yang memikat
4
Mitos dan harapan
5
Kesempatan dalam kesempitan
6
Pintar memanfaatkan keadaan
7
Tidak ada perpisahan yang terasa manis
8
Saling menyesal
9
Tidak cocok
10
Dewasa dan segala kerumitannya
11
Keputusan di tengah keterpaksaan
12
Pihak yang saling membutuhkan
13
PERTUNANGAN
14
Kisah yang berakhir sebelum di mulai
15
Permainan Takdir
16
Bukan Jodoh
17
Kewarasan yang di pertaruhkan
18
Bulan madu
19
Sesal Tiada Arti
20
Bukan orang asing
21
Cinta atau Obsesi
22
Bukan Dikta yang aku nikahi
23
Memohon untuk hal yang mustahil
24
Peperangan melawan diri sendiri
25
Melupakan hanya sebuah alasan
26
Mayuri Attire
27
Kecewa akan ekspetasi sendiri
28
Sebesar cinta Dikta
29
Jangan benci aku
30
TEORI BENANG MERAH
31
Everything must be reason
32
Lihat dan rasakan
33
Hadiah yang tertunda
34
Dikta selalu ada
35
Beda kamar
36
Dunia terlalu sempit
37
Hampir tertangkap
38
Hara dan Emilya?
39
Fakta
40
Tidak ada hantu didunia ini
41
Wanita itu adalah kakak iparnya
42
Obsesi bentuk lain dari cinta
43
Dikta di cari polisi
44
Tidak bisa menahan diri
45
Delvia dan segala alibinya
46
Siasat Hera
47
Jauhi Dikta
48
Kegilaan Maya
49
Tentang memar di lengan Erika
50
Apa yang terjadi pada Erika?
51
Mencari bantuan
52
Selalu saja Delvia
53
Pemilik detak jantung
54
Kegilaan Dikta
55
Mencintai Delvia adalah keputusanku
56
Sebuah kutukan
57
Meminta bantuan Bagus
58
Rumit
59
Chlorofom
60
Visum
61
Rahasia Delvia dan Bagus
62
Jurang tanpa dasar
63
Dunia terlalu kejam
64
Harapan orang tua Dikta
65
Keributan di rumah Bagus
66
Bertukar cerita
67
Teman spesial
68
Kekasih bayaran
69
Kembar
70
Benarkah kami anak kandung mama?
71
Apa rencanamu?
72
Tinggalkan dia!
73
Sang pemain
74
Kisah pelik
75
Aku akan menunggu
76
Semuanya berakhir
77
Gejolak emosi
78
Tidak tau diri
79
Memeluk dan tidur bersama
80
Delvia adalah takdirku
81
Berita tentang perselingkuhan
82
Siapa pelakunya?
83
wajah asli Hera
84
Apa alasannya?
85
Bukan cinta jika berakhir menyakiti
86
Hasutan Hera
87
Gejolak aneh
88
Berpegang janji
89
Rencana Maya
90
Ramuan setan
91
Mama macam apa?
92
Kambing hitam
93
Perasaan Tamak
94
Kemarahan Julian
95
Tentang fakta
96
Dikta yang Delvia cintai
97
Alasan Hera membenci Delvia
98
Malam tragis
99
Kritis
100
Donor hati
101
Kesalahan dan karma
102
Penyusup
103
Lolos dari maut
104
Perceraian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!