Kewarasan yang di pertaruhkan

Matahari mulai meninggi, biasnya menembus masuk melalui celah tirai yang sedikit tersingkap, memantul tepat di wajah seorang pria yang masih larut dalam mimpinya. Terusik akan silau, sepasang mata mulai mengerjap dan bersusah payah untuk membuka kelopak matanya.

“Arggghh,” pria itu mengeram seraya memegangi kepalanya yang terasa berat, dia berusaha untuk bangun dan duduk sambil bersandar pada head board.

“Sudah bangun?”

Pria itu menoleh mendengar pertanyaan dari arah lain. “Apa yang terjadi padaku Gus?”

Helaan nafas berat terdengar, suara langkah kaki berjalan ke arah ranjang. “Dikta Diwangkara, semalam kamu berhasil memecahkan rekor. 15 tahun aku mengenalmu dan baru kali ini aku melihatmu menyentuh minuman keras dan menggila!”

Dikta Diwangkara memijat pangkal hidungnya, berusaha mengingat apa yang terjadi semalam dan mengembalikan kesadarannya. “Aku tidak mengacau kan?” tanyanya menunduk, bahkan kini Dikta tanpa berani menatap sahabatnya.

“Hampir,” sahut Bagus memicu pertanyaan besar di benak Dikta.

“Hampir?” ulang Dikta dengan nada cemas. “Apa yang aku lakukan semalam?”

“Kamu tidak mengingatnya?” Dikta hanya menggeleng, dia sama sekali tak ingat. “Kamu berteriak memanggil nama Delvia seperti orang gila!” Sambung Bagus.

“Sial,” umpat Dikta lirih, pria itu menyugar rambutnya kasar dan mulai menyesali perbuatannya semalam. Entah setan mana yang merasukinya sehingga Dikta nekat menenggak alkohol, minuman keras yang selalu dia hindari.

“Cepat mandi, kedua orang tuamu menunggu di bawah. Mereka pasti mencemaskanmu. Oh ya, aku bilang kepada mereka kamu mabuk karena masalah pekerjaan!” ucap Bagus mencoba membantu Dikta memberi alasan kepada orang tuanya.

“Terima kasih Gus,” ucap Dikta tulus, pria itu lalu menyibak selimut, turun dari tempat tidur dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi.

Guyuran air dingin berhasil mengembalikan kewarasan Dikta, dia juga lebih segar dan kepalanya terasa lebih ringan. Setelah merasa lebih baik, Dikta mengajak Bagas untuk turun, dia yakin sahabatnya itu kelaparan.

Kewarasan yang Dikta perjuangkan kembali terkikis, pria itu membeku melihat Delvia dan Wira berada di rumah orang tuanya, pengantin baru itu tengah bersenda gurau, terlihat begitu bahagia.

“Oh Tuhan, aku sama sekali tidak tahu kalau mereka disini,” bisik Bagus dengan perasaan bersalah.

“It’s okay, cepat atau lambat aku memang harus menghadapi mereka!” jawab Dikta mencoba menegarkan diri.

Dikta mencoba mengabaikan keluarganya yang tengah asik bercengkerama, dia hendak pergi ke dapur namun langkahnya terhenti saat Nila memanggil namanya.

“Kamu sudah bangun?” tanya Nila dengan tatapan khawatir.

“Hem,” sahut Dikta tanpa menoleh.

“Kemarilah, sapa kakak iparmu,” titah Nila.

“Nanti, aku lapar!” Dikta berlalu begitu saja, menarik Bagus menuju dapur.

Bagus kembali menatap sahabatnya, dia terheran melihat Dikta begitu lahap menyantap sarapannya, di saat seperti ini seharusnya Dikta tak berselera makan kan? “Kamu memang hebat, kamu masih bisa makan dengan santai!” cibir Bagus.

“Bergelut dengan diri sendiri membutuhkan banyak tenaga!”

Setelah perutnya terisi, Dikta berniat kembali ke kamarnya, namun Nila bersikeras, memaksanya untuk bergabung bersama Wira dan Delvia, Nila juga mengajak Bagus ikut serta.

Tanpa Dikta sadari, pria itu tak luput dari pengawasan Delvia. Sejak Dikta turun dari kamar, tak sedetikpun Delvia melepas pandangannya dari adik iparnya. Kini Dikta duduk tepat di hadapannya, jarak mereka hanya sebatas meja kaca. Cukup dekat, namun mereka terasa begitu jauh.

“Tumben sekali kamu bangun kesiangan?” tanya Wira seraya menatap adiknya, sejak kecil Dikta selalu bangun pagi.

“Aku sedikit lelah mas,” jawab Dikta memberi alasan.

“Mas dengar semalam kamu mabuk? Apa kamu tidak bahagia melihat mas menikah?” Wira kembali melayangkan pertanyaan, mewakili Nila yang begitu mencemaskan anak bungsunya. Pagi-pagi sekali Nila menghubunginya, memaksanya datang ke rumah dan menceritakan apa yang terjadi pada Dikta semalam.

Dikta yang sejak tadi menunduk kini mengangkat kepala, menatap Wira dan Delvia secara bergantian. “Aku bahagia melihat kamu menikah mas. Maaf, semalam aku kalut karena masalah pekerjaan!”

“Ada masalah apa? Bukannya kamu sudah dapat pekerjaan baru?”

“Tidak papa, hanya masalah kecil!”

“Kamu yakin?” tanya Wira memastikan.

“Yakin mas!”

“Baguslah. Oh ya, aku dan Delvia datang kemari karena ingin berpamitan. Besok kami akan ke Eropa untuk bulan madu!”

Deg...

Perasaan Dikta kembali berkecamuk, kata-kata bulan madu membuat pikirannya mengembara kemana-mana. Dikta tidak sanggup membayangkan tubuh mungil Delvia akan di sentuh oleh Wira, sungguh dia tidak rela namun dia tak bisa berbuat apapun.

Terpopuler

Comments

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Kasihan Dikta dan Delvi mereka saling mencintai
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan

2024-11-29

1

Yusi Lestari

Yusi Lestari

cinta memang butuh pengorbanan tp sampai kapan Dikta dan Delvia bisa bertahan dalam kondisi kayak gini

2024-12-01

0

It's me

It's me

Sabar mas Diktaaaa

2024-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Titik dari segala awal
2 Ranu Kumbolo dan ceritanya
3 Penolakan yang memikat
4 Mitos dan harapan
5 Kesempatan dalam kesempitan
6 Pintar memanfaatkan keadaan
7 Tidak ada perpisahan yang terasa manis
8 Saling menyesal
9 Tidak cocok
10 Dewasa dan segala kerumitannya
11 Keputusan di tengah keterpaksaan
12 Pihak yang saling membutuhkan
13 PERTUNANGAN
14 Kisah yang berakhir sebelum di mulai
15 Permainan Takdir
16 Bukan Jodoh
17 Kewarasan yang di pertaruhkan
18 Bulan madu
19 Sesal Tiada Arti
20 Bukan orang asing
21 Cinta atau Obsesi
22 Bukan Dikta yang aku nikahi
23 Memohon untuk hal yang mustahil
24 Peperangan melawan diri sendiri
25 Melupakan hanya sebuah alasan
26 Mayuri Attire
27 Kecewa akan ekspetasi sendiri
28 Sebesar cinta Dikta
29 Jangan benci aku
30 TEORI BENANG MERAH
31 Everything must be reason
32 Lihat dan rasakan
33 Hadiah yang tertunda
34 Dikta selalu ada
35 Beda kamar
36 Dunia terlalu sempit
37 Hampir tertangkap
38 Hara dan Emilya?
39 Fakta
40 Tidak ada hantu didunia ini
41 Wanita itu adalah kakak iparnya
42 Obsesi bentuk lain dari cinta
43 Dikta di cari polisi
44 Tidak bisa menahan diri
45 Delvia dan segala alibinya
46 Siasat Hera
47 Jauhi Dikta
48 Kegilaan Maya
49 Tentang memar di lengan Erika
50 Apa yang terjadi pada Erika?
51 Mencari bantuan
52 Selalu saja Delvia
53 Pemilik detak jantung
54 Kegilaan Dikta
55 Mencintai Delvia adalah keputusanku
56 Sebuah kutukan
57 Meminta bantuan Bagus
58 Rumit
59 Chlorofom
60 Visum
61 Rahasia Delvia dan Bagus
62 Jurang tanpa dasar
63 Dunia terlalu kejam
64 Harapan orang tua Dikta
65 Keributan di rumah Bagus
66 Bertukar cerita
67 Teman spesial
68 Kekasih bayaran
69 Kembar
70 Benarkah kami anak kandung mama?
71 Apa rencanamu?
72 Tinggalkan dia!
73 Sang pemain
74 Kisah pelik
75 Aku akan menunggu
76 Semuanya berakhir
77 Gejolak emosi
78 Tidak tau diri
79 Memeluk dan tidur bersama
80 Delvia adalah takdirku
81 Berita tentang perselingkuhan
82 Siapa pelakunya?
83 wajah asli Hera
84 Apa alasannya?
85 Bukan cinta jika berakhir menyakiti
86 Hasutan Hera
87 Gejolak aneh
88 Berpegang janji
89 Rencana Maya
90 Ramuan setan
91 Mama macam apa?
92 Kambing hitam
93 Perasaan Tamak
94 Kemarahan Julian
95 Tentang fakta
96 Dikta yang Delvia cintai
97 Alasan Hera membenci Delvia
98 Malam tragis
99 Kritis
100 Donor hati
101 Kesalahan dan karma
102 Penyusup
103 Lolos dari maut
104 Perceraian
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Titik dari segala awal
2
Ranu Kumbolo dan ceritanya
3
Penolakan yang memikat
4
Mitos dan harapan
5
Kesempatan dalam kesempitan
6
Pintar memanfaatkan keadaan
7
Tidak ada perpisahan yang terasa manis
8
Saling menyesal
9
Tidak cocok
10
Dewasa dan segala kerumitannya
11
Keputusan di tengah keterpaksaan
12
Pihak yang saling membutuhkan
13
PERTUNANGAN
14
Kisah yang berakhir sebelum di mulai
15
Permainan Takdir
16
Bukan Jodoh
17
Kewarasan yang di pertaruhkan
18
Bulan madu
19
Sesal Tiada Arti
20
Bukan orang asing
21
Cinta atau Obsesi
22
Bukan Dikta yang aku nikahi
23
Memohon untuk hal yang mustahil
24
Peperangan melawan diri sendiri
25
Melupakan hanya sebuah alasan
26
Mayuri Attire
27
Kecewa akan ekspetasi sendiri
28
Sebesar cinta Dikta
29
Jangan benci aku
30
TEORI BENANG MERAH
31
Everything must be reason
32
Lihat dan rasakan
33
Hadiah yang tertunda
34
Dikta selalu ada
35
Beda kamar
36
Dunia terlalu sempit
37
Hampir tertangkap
38
Hara dan Emilya?
39
Fakta
40
Tidak ada hantu didunia ini
41
Wanita itu adalah kakak iparnya
42
Obsesi bentuk lain dari cinta
43
Dikta di cari polisi
44
Tidak bisa menahan diri
45
Delvia dan segala alibinya
46
Siasat Hera
47
Jauhi Dikta
48
Kegilaan Maya
49
Tentang memar di lengan Erika
50
Apa yang terjadi pada Erika?
51
Mencari bantuan
52
Selalu saja Delvia
53
Pemilik detak jantung
54
Kegilaan Dikta
55
Mencintai Delvia adalah keputusanku
56
Sebuah kutukan
57
Meminta bantuan Bagus
58
Rumit
59
Chlorofom
60
Visum
61
Rahasia Delvia dan Bagus
62
Jurang tanpa dasar
63
Dunia terlalu kejam
64
Harapan orang tua Dikta
65
Keributan di rumah Bagus
66
Bertukar cerita
67
Teman spesial
68
Kekasih bayaran
69
Kembar
70
Benarkah kami anak kandung mama?
71
Apa rencanamu?
72
Tinggalkan dia!
73
Sang pemain
74
Kisah pelik
75
Aku akan menunggu
76
Semuanya berakhir
77
Gejolak emosi
78
Tidak tau diri
79
Memeluk dan tidur bersama
80
Delvia adalah takdirku
81
Berita tentang perselingkuhan
82
Siapa pelakunya?
83
wajah asli Hera
84
Apa alasannya?
85
Bukan cinta jika berakhir menyakiti
86
Hasutan Hera
87
Gejolak aneh
88
Berpegang janji
89
Rencana Maya
90
Ramuan setan
91
Mama macam apa?
92
Kambing hitam
93
Perasaan Tamak
94
Kemarahan Julian
95
Tentang fakta
96
Dikta yang Delvia cintai
97
Alasan Hera membenci Delvia
98
Malam tragis
99
Kritis
100
Donor hati
101
Kesalahan dan karma
102
Penyusup
103
Lolos dari maut
104
Perceraian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!