Seperti perkataan Faarid kemarin malam, ia mengajak Fatima ke suatu tempat. Dimana tempat tersebut sudah ia pesan agar hanya ia dan Fatima sajalah yang berada disana.
"Kak kok tempatnya gelap sih, ngga keliahatan apa-apa kak." hening tak ada sahutan dari Farid
"Kak... kak Farid... kak kemana, jangan bersembunyi di sini gelap kak... kak udah dong jangan main-main kak..." Hening masih tak ada sahutan. Fatima mulai menitihkan air mata, bukannya ia takut dengan keadaan yang gelap gulita tapi karena Farid tak berada disampingnya lagi.
"Sayang." Panggil Farid, Fatima pun berbalik melihat Farid. Seketika itu air mata Fatima tergantikan dengan air mata kebahagiaan. Pasalnya lampu telah menyala dan nampaklah Farid tepat di depannya.
Ternyata Farid membawa Fatima ke sebuah ruangan yang sangat indah dipenuhi dengan berbagai macam bunga dan lampu yang berkerlap-kerlip. Tapi bukan itu yang membuat Fatima sampai menitihkan air mata. Melainkan Fatima baru melihat dengan jelas bahwa mawar merah itu bertuliskan kata-kata indah yang tulus berasal dari Farid. Sungguh kata itu sangat menyentuh hati Fatima.
"Apa kamu tak menyukainya? maaf ini yang bisa kakak lakukan..."
Fatima tak menjawab, ia seakan tak bisa melukiskan kata dengan apa yang dilihatnya saat ini. Farid belum tau apa yang membuat Fatima sampai menitihkan air mata.
Menit berikutnya Tanpa menjawab, Fatima langsung lari memeluk Farid yang berdiri tak jauh dari hadapannya seraya berkata. "Terima kasih kak. Ini sangat indah." Fatima yang kembali menitihkan air matanya bahagianya
"Kamu menyukainya?" tanya Farid yang masih dipeluk oleh Fatima. Fatima kembali menganggukkan kepalanya.
"Syukurlah kakak kira kamu tak menyukai kejutan yang tak seberapa ini." Farid lega akhirnya usahanya tidak sia-sia
"Mengapa kakak bisa berfikiran bahwa aku tak akan menyukainya? aku sangat menyukainya."
"Yah, itu cuma perasaan kakak saja kok, maaf kakak meninggalkanmu sebentar tadi hingga membuat mu menangis jadinya." Sambil menghapus air mata Fatima yang masih tersisa
"Kakak tau tangisan itu tangisan bahagia, bukan tangisan bersedih. Aku... Aku juga..." Fatima terbata-bata malu untuk mengatakannya.
"Sejak kapan kamu mulai mencintaiku?" Tanya Farid yang mengerti apa yang hendak dikatakan oleh istrinya.
"Sejak dulu tapi kakak tau waktu itu adalah hal yang tak bisa aku perjuangkan mengingat kakak sudah mempunyai pacar. Sedang aku akan dijodohkan yang ternyata kakak lah yang dijodohkan denganku." Fatima tersenyum malu-malu membocorkan rahasia gadisnya.
"Benarkah ternyata istriku sudah lebih dulu menyimpan rasa padaku tapi tunggu sejak kapan istri kakak ini mulai naksir sama kakak?"
"Ngga, aku ngga mau ngasih tau kakak. Nanti kakak ketawain aku lagi."
"Baiklah ngga papa. kakak minta maaf atas ketidakpekaan kakak waktu itu." Sekali Farid memeluk Fatima sebelum menarik tangannya untuk ikut dengannya.
"Emmm ayo, kejutannya belum selesai."
"Kemana kak?."
"Ikut saja, nanti pasti akan tau."
Farid membawa Fatima ke tempat lainnya dan mengajaknya untuk makan malam dengannya diterangi lilin-lilin yang ditata sedemikian indahnya dan hal itu membuat Fatima terpesona lagi akan suaminya.
Fatima mengira bahwa Farid orangnya tak terlalu romantis tapi ternyata dugaannya salah. Malah ini terlalu romantis pikirnya. Sejak duduk didepan Farid, ia terdiam mengingat kejadian hari ini hingga farid menyadarkan Fatima yang habis mengambil pesanan mereka.
"Sayang, ayo makan tak boleh loh melamun jika ingin makan."
"Iya kak, maaf. Ayo kita makan."
Selesai makan Farid dan Fatima kembali ke apartemen mereka. sesampainya disana mereka bergantian untuk membersihkan diri setelah itu mereka pun tidur dengan lelap nya hingga di sepertiga malam mereka bangun untuk melakukan sholat tahajud.
Pagi-pagi sekali Farid terlihat sudah hampir rapi dengan pakaian kerjanya.
"Kapan kakak pulang?" tanya Fatima seraya memasangkan Farid dasi
"Ya Allah, terima kasih banyak engkau telah mengirimkan aku bidadari surgamu." batin Farid yang melihat lebih jelas wajah Fatima yang cantik.
"Kakak... kapan kakak pulang nanti aku bisa membuatkan makanan untuk kakak tepat pada waktunya." Fatima mengibaskan tangannya didepan Farid membuat Farid membuyarkan lamunanya.
"Mu... mungkin agak malam jadi kalau kamu mau makan tak usah menunggu kakak ya. Satu lagi, jika kamu ingin keluar jalan-jalan disekitar halaman apartemen saja."
"Iya kak." ucap Fatima yang selesai memasangkan dasi pada Farid.
Sebelum berangkat ke tempat kerja, flFarid mencium kening Fatima dan tak lupa juga ia menasihati Fatima sekali lagi agar jika hendak berjalan-jalan maka di sekitar halaman apartemen saja. Fatima pun menganggukkan kepalanya dan ia pun mencium tangan Farid.
Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore tapi belum ada sekali pun panggilan telepon atau sms dari Farid. biasanya jika jam sudah menunjukan pukul setengah empat atau lewat dari itu bisanya Farid pasti akan menghubungi Fatima. Fatima pun mengerti akan hal itu ia sendiri akan memberikan kejutan pada Farid yang sudah lama ia pikirkan. Lagi pula Fatima berfikiran bahwa itu adalah tugasnya sebagai seorang istri.
Memberikan apa yang selama ini ia jaga sebuah mahkota yang dijaga olehnya untuk suaminya kelak. Seperti seorang raja yang menjaga mahkota yang dikenakannya untuk tetap memimpin sebuah kerajaan yang sedang dipimpinnya. Demi menjaga keutuhan kerajaannya dan melayani masyarakatnya sebagai seorang raja. Begitu pula dengan Fatima sangat menjaga mahkotanya untuk ia berikan kepada suaminya kelak.
To be continued
Jangan lupa voment-nya (vote dan komen)
By Peony_8298
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yuvita Natalia
lnjutt 😘
2020-12-17
1