Entah sejak kapan Farid mulai membuka hatinya untuk Fatima. Hanya saja Fatima belum tau kalau Farid sudah mulai membuka hati untuknya. Selalunya saja apa yang dilakukan Farid padanya, ia selalu menganggap itu karena Mama Syita yang menyuruh Farid.
Demi melihat Fatima langsung, Mama Syita datang kekantor untuk melihat Fatima sudah mulai masuk kantor lagi atau tidak. Bukannya Mama Syita tak percaya akan kata putranya saat Farid mengatakan Fatima sudah masuk. Hanya saja Mama Syita ingin langsung melihat Fatima.
Saat ini Mama Syita berada didepan ruang kerja Fatima."Assalamualaikum. Fatima, boleh Mama masuk?"
"Waalaikumsalam warrahamatullahi wabarakatuh, silahkan Masuk, Tante."
"Duh kok memanggilnya tante sih, kan mama udah bilang panggil mama aja." Mama Syita menghampiri Fatima
Seketika teman-teman Fatima terlihat heran. Rina, hanya dia yang tetap diam mengerjakan laporannya. Selebihnya beralih melihat interaksi Mama Syita dan Fatima.
"Udah makan siang?"
"Belum ma, Belum jam istirahat karyawan." Fatima tau pasti semua temannya akan menahannya nanti. Menjawab rasa penasaran dan setiap pertanyaan mereka.
"Loh, ini udah mau jam dua belas. Udah ikut mama, nanti mama yang tanggung jawab sama atasan kamu." Mama Syita melihat semua teman Fatima yang memandangnya hormat. Balas Mama Syita tersenyum.
"Kalian juga, istirahat. Hari ini makanan semua gratis." Lanjutnya
Teman-teman kerja Fatima bersorak melupakan Mama Syita yang masih berada disana. Rina pun berdehem menyadarkan teman-temannya. Seketika mereka terdiam malu melihat orang yang akan mentraktir makanan gratis masih ada satu ruangan dengan mereka.
"Ayo-ayo cepat selesaikan pekerjaan kita. Sudah itu kita cuss ke kantin makan sepuasnya." Rina memelankan suaranya.
Sepeninggal Mama Syita Dan Fatima, Semua teman-teman Fatima menatap Rina menuntut jawaban karena mereka tau pasti Rina sudah tau hubungan Mama Syita dan Fatima sejak lama.
"Apa, udah sana istirahat. Jangan ganggu aku." Rina mencoba segalak mungkin
Saat ini Mama Syita, Fatima dan juga Farid sedang berada di kantin menikmati makan siang mereka dengan santai.
"Bagaimana cincinnya. Apakah cocok? Cincin itu dipilih langsung sama Farid loh." Mama Syita melirik Farid yang tengah minum. Farid tersedak sedangkan Fatima tersenyum canggung.
"Cincinnya cocok." Balasannya
Karyawan yang sedang makan siang pun melihat mereka. Bagaimana tidak Mama Syita sengaja membesar-besarkan suaranya karena Mama Syita tau sedari tadi banyak mata-mata nakal yang melirik anaknya. Mama Syita tersenyum puas.
Karyawan wanita yang suka melirik Farid jadi malu sendiri mengetahui tingkah mereka diketahui oleh Mama Syita.
"Aku sudah selesai makan..." ucap Farid terpotong
"Duduk dulu sebentar. Temani kita makan, iyakan Fa."
"Kerjaan aku banyak Ma."
Mama Syita memanyunkan bibirnya tak suka Farid lebih mementingkan pekerjaan dari pada menemani mereka mengobrol sedikit saat selesai makan.
"Papa udah minta."
Jika sudah menyangkut soal Papa Hadi, Mama Syita tak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Kamu sama aja sama papa. Gila kerja." Mama Syita kembali meminum minumannya. Fatima tersenyum melihat pertengkaran kecil antara Mama dan anak yang menurutnya lucu.
"Fatima mau ikut juga?" Tanya Mama melihat Fatima tersenyum
"Ngga ma, Fatima masih lanjut."
Farid tersenyum melihat Fatima tersenyum.
"Oh iya, Mama baru ingat. Bibi Ririn habis telepon Mama katanya dia ingin Fatima untuk seminggu kedepan pergi ke rumahnya."
"Farid izinkan." Farid mengatakannya santai sambil melihat jam tangannya.
"Besok anterin Fatima ke rumah Bibinya. Mama tak percaya sama yang lain." Ucap Mama Syita
"Iya Ma. Baiklah aku pergi. Ini Atmnya, sandinya tanggal lahir Farid." Farid seraya menyimpan Atm nya di meja.
"Ini, Fatima aja yang bayar. Sudah ini, Mama mau langsung pulang." Mama Syita dengan santai memberikan Fatima atm Farid dan memberitaukan tanggal lahir Farid.
"Tapi Ma, Fati..." Fatima merasa belum berhak memakai Atm Farid untuk membayar makanan mereka.
"Udah bayar aja." Lagi-lagi Mama Syita tak menerima penolakan. Fatima melihat Farid. Farid pun menganggukkan kepalanya.
Farid pun melenggang pergi meninggalkan Mama Syita dan Fatima serta setumpuk pembayaran makanan gratis karyawan yang telah dijanjikan Mama Syita.
"Mama udah selesai. Mama pergi dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. "
Setelah Fatima dan para karyawan selesai makan, Fatima pun pergi kasir membayar tagihan makanan mereka.
"Semuanya berapa mbak?" Tanya Fatima
Fatima terkejut mendengar tagihan makanan mereka. Itu sama saja dengan gajinya selama sebulan, pikirnya. Fatima tak tau, ternyata makanan gratis ini dimanfaatkan betul oleh teman-temannya memilih makanan yang tak biasa mereka pesan.
Notifikasi pembayaran makanan masuk di ponsel Farid. Farid heran, ia tau Mama Syita mentraktir teman-teman Fatima makan tapi sejumlah pembayaran yang masuk di notif ponselnya tak lebih dari apa yang mereka makan tadi.
Itu semua adalah ulah Fatima yang merasa tak enak jadi Fatima memutuskan membayar biaya makanan teman-temannya dengan uangnya sendiri. Sedangkan pembayaran makanan mereka bertiga, ia bayar dengan atm Farid.
"Terima kasih Mbak." Fatima tersenyum lega setelah menyelesaikan pembayaran makanan mereka semua.
"Sama-sama."
Disepanjang jalan kembali ke ruangan, Fatima teringat saat ia baru-baru masuk kerja lagi. Mama Syita datang membawakan Papa Hadi berkas. Saat itu jam sudah menunjukkan jam pulang dan Fatima baru saja akan keluar dari ruangannya. Ia mendapati Mama Syita dan Farid tengah berjalan ke ruangannya. Fatima lantas pergi ke dekat Mama Syita seraya mencium punggung tangannya
"Tante."
"Loh kok panggil tante, panggil Mama dong sayang. Oh iya, Fati pulangnya sama siapa?" Tanya Mama Syita
"Aku pulangnnya sendiri Ma. Biasanya kan ada abi yang jemput Fati tapi..." Fatima tidak melanjutkan kata-katanya takut ia terbawa perasaan.
"Tak apa. kita pulang bareng aja ya." ajak Mama Syita
"Terima kasih atas ajakan Mama tapi biar Fatima naik angkot atau taksi aja." Tolak Fatima tak enakan.
"Loh kok gitu, kita udah satu keluarga. Pulang bareng ya." Ajak Mama Syita lagi.
Agar Fatima setuju ikut dengan mereka, Mama syita meminta dukungan Farid agar mau membujuk Fatima ikut dengan mereka. Jauh sebelum Mama Syita mengatakannya, sebenarnya itu adalah keinginan Farid sebelum Mama Syita datang ke kantor. Yah Farid pikir biar Mamanya saja yang membujuk Fatima toh niatnya dan Mamanya sama yaitu untuk membujuk Fatima ikut pulang bersamanya.
Akhirnya Fatima mau juga ikut pulang bersama mereka. Selama diperjalanan Mama Syita yang duduk dibelakang bersama Fatima. Mereka mengobrol santai sampai Fatima merasa mereka hanya berdua saja didalam mobil. Bermula dari kejadian diataslah Farid selalu mengantar jemput Fatima.
****
Dirumah fatima
Ia tengah membereskan barang-barang yang mau dibawanya ke rumah Bibi Ririn, saat ia memasukkan pakaiannya didalam koper, tiba-tiba hpnya berdering.
"Assalamualaikum." ucap Fatima disambungan telpon
"Waalaikumsalam warrahamatullahi wabarakatuh." ucap farid
"Fah, kamu tunggu sebentar ya, aku mau ke kantor dulu setelah itu aku akan menjemputmu." ucap
"Iya Pak." ucap Fatima yang masih berbicara formal
"Fah, kamu panggil nama aku aja atau kalau tidak panggil dengan sebutan apa saja yang penting diluar pekerjaan. Kan aku udah bilang." Farid mengingatkannya lagi
"Tapi... baiklah aku panggil kakak saja." Fatima mengatakannya agak ragu
"Kedengarannya bagus juga, ya sudah kakak nanti akan menghubungi kamu lagi kalau kakak sudah berada didepan rumahmu."
Farid menutup teleponnya setelah ia mengucapkan salam dan Fatima membalasnya. Farid kekantornya hanya untuk mengatakan pada Kia agar jadwalnya dikosongkan dalam dua hari ini karena ia berencana akan menginap disana dulu. Mengingat perjalanan mereka akan membutuhkan waktu berjam-jam.
"Baik pak."
Selesai mengatakannya, Kia keluar dari ruangan Farid. Sebelum meninggalkan ruangannya, Farid membereskan berkas-berkas yang berserakan diatas meja kantornya. Barulah setelah itu, ia pergi menjemput Fatima.
Pip pip pip bunyi klakson mobil Farid. Mendengar hal itu Fatima bergegas keluar dari rumahnya sambil menyeret kopernya keluar. Farid yang melihat Fatima kesusahan membawa koper, lantas keluar dari mobil untuk membantunya.
"Sini kakak bantu."
"Aku bisa sendiri kok kak."
"Tak apa biar sini kakak bantu. Kamu kunci rumah saja."
Fatima pun menuruti kata-kata Farid. Setelah mengunci pintunya, Fatima menyusul Farid masuk kedalam mobil. Selang beberapa menit Farid pun melajukan mobilnya. Saat dalam perjalanan, ponsel Farid bergetar pertanda ada seseorang yang sedang menelponnya. Farid kira Mama Syita yang menelponnya ingin tau keadaan mereka. Jadinya Farid menyuruh Fatima untuk mengangkatnya karena Farid sedang menyetir.
"Fa, tolong kamu angkat dulu mungkin Mama yang nelpon."
Fatima mengangkatnya tanpa melihat nama siapa yang tertera di layar ponsel Farid. Saat fatima mengucapkan salam dan orang yang menelpon mengucap salam balik, barulah Fatima melihat siapa nama yang tertera di layar ponsel.
"Emm kak, ini dari... Sonya." ucap Fatima membuat Farid mengerem mobilnya
"Sonya?" batin Farid
Fatima lantas memberikan ponsel pada Farid. Farid pun memasang headset agar Fatima tidak mendengarkan apa yang akan dikatakan Sonya.
"Sonya, ada apa kamu menelpon?" tanya Farid disambungan telpon
"Kok nanya sih, aku kangen dengerin suara kamu." Farid tersenyum
Mereka berdua terlibat percakapan panjang. Namun sesekali Farid melirik Fatima. Sedangkan Fatima sendiri tak tau bahwa Farid sering meliriknya karena ia melihat keluar jendela. Meskipun Fatima terlihat abay, jauh didalam hatinya Fatima sedikit penasaran apa yang dibicarakan mereka hingga membuat Farid tertawa. Untuk membuang kejenuhannya mendengar Farid tertawa, ia pun mengambil headset didalam tasnya dan memasang di telinganya juga mendengarkan lagu kesukaannya.
Kurang lebih hampir sejam Farid telponan dengan Sonya. Sehabis menelpon Farid mencoba memanggil Fatima tapi melihat kabel kecil tersambung di ponsel Fatima, ia mengira Fatima sedang mendengarkan lagu tapi ternyata Fatima jatuh tertidur sangat lelap mendengarkan lagu yang merdu.
Farid tak mau memabangunkan Fatima. Jika ia tetap melanjutkan perjalanannya mungkin mereka akan tersesat karena hanya Fatima yang mengetahui dimana tempat tinggal Bibi Ririn.
Farid pun pergi dulu ke sebuah mini market untuk membeli cemilan teman perjalanan mereka dan juga untuk menunggu Fatima bangun dari tidurnya. Sekembalinya Farid dari mini market, Fatima belum juga bangun. Sambil menunggu, Akhirnya Farid mengecek berkas Online yang dikirimkan Kia di emailnya. Selang beberapa menit akhirnya Fatima terbangun.
Fatima merasa bersalah karena ia telah tertidur. "Maaf."
"Tak apa, kakak juga tadi memeriksa dokumen saat kamu tidur."
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke rumah Bibi Ririn yang jaraknya menempuh perjalanan selama kurang lebih lima jam. Sesampainya dihalaman rumah Bibi Ririn, mereka disambut oleh keluarga disana. Saat Farid dan Fatima hendak masuk ke dalam rumah, tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang seumuran Fatima tiba-tiba memeluk Fatima.
"Akhirnya kamu sampai juga. Aku udah dari tadi nungguin kamu." Ucapnya
To be continued.
jangan lupa votenya
By Peony_8298
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yuvita Natalia
lnjutt 😘😍
2020-12-17
1