Pekerjaan kantor Fatima telah usai, ia pun bergegas pulang kerumah. Seperti biasanya, ia menunggu didepan lobi. Menunggu Abi Faisal menjemputnya. Yah, itu adalah kebiasaannya setelah kerja selesai. Sesampainya dirumah, ia bergegas membersihkan diri dan barulah kemudian ia ikut bergabung di ruangan keluarga besama Abi dan Uminya.
Ibu Dian yang melihat Fatima telah duduk, ia pun memberitauhkan pada Fatima bahwa mereka besok akan mengundang Ibu Syifa kerumah untuk membahas perjodohannya dengan anak sahabat mereka. Fatima yang sedang memakan cemilan pun lansung tersedak saat tau hari itu datang dengan cepat.
"Besok mi! apa tak ada hari lain lagi? Bukannya ini terlalu cepat." Suara Fatima saat tau ia berbicara dengan siapa
"Iya sayang, mumpung suami Mbak Syita sudah sehat jadi kita mengundang keluarganya datang kesini. kamu izin dulu ua dikantormu untuk besok. Cuma besok saja atau paling tidak izin setengah hari aja kalau gitu." Umi Dian kemudian memberi pengertian kalau-kalau tempat kerja Fatima tidak memberikan izin hanya untuk hal sepele ini.
"Nanti aku usahain umi. umi, jam berapa umi dan abi mengundangnya kesini ? " tanya Fatima ingin tau
"Jam 10 nak." ucap Umi Dian
"Kam 10 ya, kalau begitu Fati akan tetap kekantor dan nanti Fati akan minta izin dengan atasan Fti, Mi."
"Ya sudah tak apa nak, sudah malam kembalilah kekamarmu. " ucap Abi Hadi
"Iya bi." ucap Fatima
Sekembalinya fatima dikamar, ia masih saja kepikiran tentang percakapannya tadi dengan Umi dan Abinya namun hal tersebut tidak menghalanginya untuk bermimpi indah malam ini.
*****
Keesokan harinya, Farid yang masih berada dikantor pun siap-siap pulang untuk ikut dengan mamanya. Pergi menemui orang yang ingin di jodohkan dengannya. Namun sebelumnya ia kembali menghubungi sekretarisnya Kia. Takut-takut kia malah melupakannya karena Farid kembali mengatakan pada Kia kemarin untuk tidak memasukkan hal tersebut di Jadwal hariannya.
"Kia." Panggil Farid lewat sambungan telepon
"Iya pak." ucap Kia
"Kamu masih ingat perkataanku yang kemarinkan? " tanya Farid berniat memberitahukan kembali sekertarisnya
"Iya pak. Masih kok. Bapak mau ke perjodo... " ucap kia kembali sengaja membuat kesal Farid
"Udah jangan ribut, nanti semua tau gara-gara ulah kamu." Ingat Farid tau akan kebiasaan karyawannya sebahagian. Kalau ada berita baru, tidak cukup semenit. Sekota bisa tau.
"Hehehe bapak tenang saja, disini cuma ada aku kok." Ungkap Kia
"Udah, kembali lah bekerja." Suruh Fadil
"Baik pak, semoga lancar agar Kia bisa makan daging gratis secepatnya." Kia terkekeh
"Hus, kerja sana. Awas kalau lupa, gaji kamu, aku potong." Ucap Fadil sebelum menutup sambungannya membuat Kia bergidik ngeri mendengar ancaman Farid. Sedang Farid tertawa telah membuat sekretarisnya itu ketakutan.
Farid pun penutup teleponnya dan bersiap-siap untuk pulang menjemur sang mama. Sedangkan fatima sekarang berada diruangan atasannya untuk meminta izin. Tanpa banyak bertanya Atasannya Fatima memberikannya izin.
"Terima kasih pak, saya pamit undur diri dulu " ucap Fatima yang sudah menyampaikan izinya pada atasannya
"Iya. cepatlah nanti kamu terlambat loh. Semoga sukses ya." ucap pak Rio atasan Fatima
"Tentu pak. Sekali lagi terima kasih pak." Fatima pun keluar dari ruangan atasannya dengan rasa deg-degan yang mulai memberontak.
Diseberang jalan, Fatima masih Setia menunggu taksi lewat. Sudah berapa kali ia mencoba menghentikan taksi tapi tetap saja taksi itu hanya melewatinya saja. Farid yang baru keluar dari halaman kantor, melihat Fatima dipinggir jalan. Ia pun lantas meminggirkan mobilnya berniat untuk memberikan tumpangan untuk Fatima.
"Butuh tumpangan. Ayo masuk aku akan mengantarmu ketujuan." Ajak Farid
"Tidak, terima kasih pak." tolaknya halus
"Masuklah. Tak apa." Ajaknya sekali. Farid lantas membuka pintu mobilnya untuk Fatima agar Fatima tidak menolak niat baiknya.
"Baiklah, terima Kasih pak "
"Sama-sama. Oh ya, panggil Farid saja jika bukan dalam pekerjaan. Agar kita terdengar akrab." Ungkap Farid yang sikap cepat akrabnya keluar.
"Eh... iya." Fatima seketika gugup. Ia tak menyangka ternyata bosnya ini orang yang cepat akrab.
Lama diperjalanan, mereka pun telah sampai di depan kompleks rumah Fatima.
"Saya turun disini saja pak." Fatima memilih turun didepan kompleks perumahan takut-takut ia akan kedapatan sang Abi diantar dengar seorang pria yang tak dikenal.
"Rumah kamu dimana? Biar Saya antar." Niat baik Farid kembali namun sekali lagi Fatima menolaknya dengan halus dan kali ini berhasil.
"Oh itu! masih ada didepan sana tapi saya turun disini saja. Udah dekat kok."
"Baiklah." Farid pun meminggirkan mobilnya
"Terima Kasih." Fatima Masih bingung belum tau harus memanggil Farid apa tanpa embel-embel pak. Jadinya hanya dua kata itulah yang keluar dari bibirnya.
" iya sama-sama. Kalau kamu masih canggung mau manggil aku apa. Panggil saja kakak. Tak apa kok." Inisiatif Farid sukses membuat Fatima memanggilnya kakak.
Saat Farid hilang dari pandangannya, Fatima mulai berjalan kerumahnya yang kurang lebih mengambil waktu lima menit. Hitung-hitung sebagai olahraga yang jarang ia lakukan dari hari kerjanya. Sesampainnya dirumah, Umi Dian menyuruh Fatima untuk ganti baju dahulu dikarenakan meskipun saat ini Fatima memakai baju yang sopan, namun baju yang fatima kenakan saat ini masih baju kantoran seperti baju kemeja yang grong dan celana panjang hitam kain.
Setelah Fatima selesai mengganti bajunya, ia pun lantas keluar dari kamarnya dan pergi menemui Umi Dian dan Abi Faisal yang sudah berada diruangan tamu menunggu keluarga yang akan di jodohkan dengannya datang. Tak berapa lama kemudian keluarga mbak Syita pun telah sampai didepan rumah Fatima.
"Assalamualaikum." Ucapnya
"Wa'alaikum salam. Silahkan masuk mbak." ucap Umi Dian
Mama Syita dan suaminya lantas dipersilahkan masuk kedalam rumah. Fatima pun pergi kedapur untuk membuat minuman. Selesai membuatnya fatima membawa dua cangkir teh dan beberapa kue yang telah dipersiapkan keruangan tamu.
"Jadi ini anak Mbak Dian? Cantik." puji mama Syita yang kagum pada Fatima saat pertama kali melihatnya.
Fatima yang dipuji hanya dapat menundukkan kepalanya. Ia tak mau sombong meski sudah banyak orang yang mengatakannya cantik Menurutnya cantik bukan hanya bisa dilihat dari luarnya tapi dari dalam juga perlu.
Keluarga Farid dan Fatima tengah membahas masalah perjodohan anak mereka tapi hanya Farid yang tak ada diruangan itu. Hingga Umi Dian pun penasaran akan Farid. Umi Dian lantas bertanya pada Mama Syita tentang anaknya yang belum terlihat barang hidungnya.
"Oh ya Mbak, anak mbak mana ya?" tanya Umi Dian
"Anak saya, Farid! dia masih dalam perjalanan menuju kesini mbak." Terang mama Syita
"Farid? Sepertinya tidak asing" batin Fatima bertanya-tanya seakan nama itu sudah sangat familiar baginya. Fatima yang masih dalam kebingungannya pun menerima telepon dari seorang temannya.
"Maaf saya permisi sebentar " Fatima pun bergegas menjauh dari sana. Mbak Rina teman sekantor Fatima meminta tolong ke Fatima agar ke kantor sekarang membantunya menyelesaikan tugas hanh sekarang kerumahnya. Awalanya fatima menolak Rina karena hari ini ia ingin tau wajah siapa yang ingin di jodohkan dengannya tapi setelah Rina memberitaukan alasan karena anaknya sakit, Fatima jadi tak tega.
Akhirnya Fatima bergegas kembali ke kantor membantu Rina menyelesaikan tugas yang akan segera dikumpulkan. Sebelumnya ia telah meminta izin pada Umi Dian, Abi Faisal, serta kedua orang tua Farid.
Tak lama berselang lama setelah kepergian Fatima, Farid pun telah datang menunjukkan batang hidungnya namun karena datang terlambat akhirnya mereka tak bertemu. Mungkin suatu saat mereka akan tau.
"Asalamualaikum."
"Wa'alaikum salam. Ayo masuk." Umi Dian pun mempersilahkan Farid keruangan tamu.
"Sayang kok datangnya telat? Sini dekat mama, biar mama perkenalkan sahabat mama. Perkenalkan ini Umi Dian, dan ini Abi Faisal." Mama Syita memperkenalkan kedua orang tua Fatima. Farid lantas maju dan mencium tangan mereka masing-masing.
"Salam Tante, Om " ucap Farid setelahnya
"Silahakan duduk." ucap Umi Dian
Mereka pun melanjutkan kembali percakapan mereka yang tadi sempat tertunda.
"Alhamdulillah jadi kita semua sepakat kalau acara perikahan akan kita akan dilaksanakan sebulan lagi." ucap Papa Hadi
"Mengapa cepat sekali ma. apa tak bisa diundur lagi?" bisik Farid pada Mama Syita yang duduk dekat dengannya.
"Tidak bisa nak. Bukankah lebih cepat lebih baik." Balas Mama Syita. Farid pun tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kini ia hanya menuruti kata kedua orang tua mereka masing-masing.
Tbc....
Jangan lupa vote & komennya ya!
By Peony_8298
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yuvita Natalia
yang sbar yah Farid
2020-12-17
1
Jujuk
semangat nulis. aku mendukung mu
2020-11-04
1
IrnaMahdaR
Farid, sabar ya
turuti keinginan orgtuamu..
2020-10-31
1