Dua hari sejak Fatima dirawat dirumah sakit, ia pun sudah diizinkan pulang oleh dokter saat ia dinyatakan sudah mulai membaik. Setelah membayar biaya rumah sakit, mereka pun pulang kerumah.
Setelah mereka bertiga sampai dirumah, Fatima masih harus beristirahat total sebelum kembali masuk kerja. Jadinya ia harus terus berada di rumah menunggu dirinya membaik.
"Istirahat dulu ya, Umi buatkan makanan dulu buat Fati." Umi Dian pun berlalu dari kamar Fatima menuju dapur membuatkan makanan buat Fatima
Umi Dian senantiasa menemani Fatima sampai selesai makan. Baru setelahnya, Umi Dian pun meninggalkan Fatima untuk beristirahat.
"Bagaimana kalau Fatima mengundurkan diri saja dari tempat kerjanya. Dia tidak bekerja saja kita masih bisa memenuhi kebutuhannya." Usul Umi Dian saat mendapati suaminya hendak masuk melihat Fatima.
"Jangan batasi kemauan anak kita, Mi. Kalau dia masih tetap mau bekerja tidak apa. Kita akan terus mengawasinya." Saran Abi Faisal
"Tapi Abi, Fatima anak kita satu-satunya. Umi takut kejadian serupa akan terjadi lagi." Umi Dian memegang tangan suaminya agar suaminya menyetujui usulnya.
"Sudah ayo kita pergi, jangan ganggu istirahat Fatima lagi." Abi Faisal pun mengajak Umi Dian meninggalkan kamar Fatima.
Tiga hari kemudian, Fatima sudah agak mendingan. Tapi malah Abi dan Umi Dian hendak keluar kota mengurus bisnis mereka yang berada disana. Orang tua Fatima pun membereskan barang yang mau dibawanya untuk pergi mengurus urusan mereka yang telah ditunda sejak fatima sakit. Mereka akan pergi selama 3 hari kedepan meninggalkan Fatima sendirian di rumah.
Selesai membereskan barang bawaan Abi dan Umi Fatima, mereka pun pergi kekamar untuk memberi tau kan pada Fatima bahwa mereka akan segera berangkat.
"Nak kamu baik-baik dirumah ya! jangan lupa makan, jaga kesehatan selama abi dan umi lagi ngga ada." Pesan Umi Dian sebelum berangkat ke luar kota.
"Iya Mi, Fati akan mengingatnya." Fatima lantas mencium tangan Abi dan Uminya.
"Ingat ya kata Umi. Satu lagi jangan pernah tinggalkan solat. Itu penting." ucap Abi Faisal
"Iya Abi, Umi. Fatima pasti akan melaksanakan ucapan Abi dan Umi."
"Baiklah Abi dan Umi pergi dulu." ucap abi Faisal sebelum keluar rumah duluan untuk memasukkan barang di bagasi.
"Aku akan mengantar Abi dan Umi sampai depan pintu ya!"
"Tidak usah nak. Kamu istirahat saja. Ingat kamu baru saja sembuh." Ucap Umi Dian memperingati.
"Ngga papa kok Mi. Lihat Fatima sudah tak apa-apa." Fatima seraya berputar menujukkan kalau dia sudah baik-baik saja sekarang.
Sebagai pemenangnya, Fatima pun mengantar Abi dan Uminya sampai kedepan rumah. Sesampainya mereka diluar, entah bagaimana tiba-tiba saja air mata Fatima langsung terjatuh di Pipinya yang mulai agak menirus. Ia tak menyangka padahal ia hanya melihat Abinya masuk kedalam mobil. Umi Dian yang masih ada di dekat Fatima pun bertanya padanya.
"Nak, kok nangis sih?" tanya Umi Dian seraya menghapus air mata Fatima.
"Eh Umi. ini Mii mata Fatima kemasukan debu." Agar Umi Dian percaya, Fatima mengucek matanya yang tak kena debu sedikit pun.
Umi dian pun sekali lagi pamitan dan memberikan nasehat pada Fatima "Hati-hati dirumah ya, ingat jangan lupa sarapan, jangan lupa shalat dan jaga diri baik-baik saat Abi dan Umi pergi. Umi tak mau lihat kalau anak cantik Umi ini masih tirus saat Umi kembali." Umi Dian seraya mencubit pipi Fatima.
Setelah mengatakannya, Umi Dian pun pun masuk kedalam mobil. Abi faisal mulai menjalankan mobil dan menjauh dari tempat semula. Fatima lantas masuk kedalam rumah saat melihat mobil yang dikendarai Abi dan Uminya sudah tidak terlihat oleh pandangannya.
****
Didalam perjalanan, Umi Dian kembali khawatir mengingat Fatima baru sembuh dari sakitnya. Melihatnya, Abi Faisal pun menggenggam tangan istrinya.
"Abi, apa Fatima tak apa ditinggal sendiri dirumah?" Sambil melihat Abi Faisal
"Umi, anak kita udah besar sekarang jadi Umi tak perlu terlalu khawatir lagian kita cuma dua hari saja mi. Lusa kita sudah pulang." Abi Faisal berusaha menenangkan Umi Dian namun jauh didalam hatinya ia nampak khawatir juga meninggalkan anak semata wayang mereka.
Saat Abi Faisal merasa Umi Dian sudah agak tenang, Abi Faisal kembali fokus menyetir agar mereka cepat sampai ke tujuan. Sejam sudah berlalu. Saat mereka sudah ditengah perjalanan, tiba-tiba ada sebuah mobil yang tak bisa dikendalikan oleh pengemudinya.
"Abi...." teriak Umi Dian sebelum kegelapan menghampiri mereka
***********
Dirumah, Fatima tertidur diatas sejadahnya saat ia telah selesai melaksanakan shalat ashar. "Astagfirullah mengapa aku sampai tertidur disini. hah! sudah hampir magrib." Kaget Fatima melihat jam yang sudah menunjukkan pukul lima lewat.
Ponsel Fatima berdering, Fatima pun berdiri mengambil ponselnya yang berada diatas meja kecil samping tempat tidurnya. Saat Fatima hendak menjawabnya, deringan ponsel itu pun mati. Fatima tak sadar ternyata panggilan tak terjawab dari Umi sudah banyak memenuhi layar ponselnya. Ia tak mendengar apapun saat ia jatuh tertidur. Fatima lantas menelpon kembali nomor Umi Dian yang tadi telah menelponnya berulang-ulang takut-takut kalau terjadi apa-apa dengan kedua orang tuanya.
Belum juga Fatima menelpon ulang, nomor Umi Dian kembali melakukan panggilan.
"Umi? halo Waalaikumsalam." Fatima mengangkat telpon dari Umi Dian tapi bukannya Umi Dian yang bicara malahan suara orang lain lah yang terdengar.
"Apa benar Anda anak dari tuan Faisal dan nyonya Dian?" tanya seseorang disambungan telepon
"Benar, saya anaknya tapi mengapa ponsel Umi saya berada sama Anda?" tanya Fatima yang mulai terasa khawatir terhadap Abi dan Uminya
"Bapak dan Ibu Anda mengalami kecelakaan mbak."
"Anda jangan bercanda Pak. Ini tidak lucu." Fatima seakan tak percaya apa yang baru telah didengarnya.
"Benar mbak. Saat ini Bapak dan Ibu Anda sudah berada di rumah sakit Cerata."
"Abi, Umi." ucap Fatima syok mendengar Abi dan Uminya masuk ke rumah sakit.
Ponsel yang berada digenggamnya meluncur jatuh terlepas dari gengaman tangan Fatima. Fatima pun buru-buru melepas mukena yang dipakainya dan mulai mengambil jilbab untuk dikenakannya. Setelahnya, ia pun mengambil tas dan bergegas menuju ketempat rumah sakit yang tadi dikatakan si penelpon itu untuk membuktikan bahwa omongan orang itu semuanya tak benar.
*
Sedang Farid berada dikantornya kembali terpikir oleh Fatima. Apakah ia sudah sembuh atau tidak. Farid tak tau jika Fatima sudah keluar dari rumah sakit karena beberapa hari ini Farid tak jadi terus menjenguknya dikarenakan Rapat terus menerus yang harus dihadirinya.
"Kia apa ada kabar dari Fatima? maksudku kabar dari devisi pemasaran untuk peluncuran produk baru nantinya?" Ucap Farid keceplosan
"Oh mbak Fatima, dia belum masuk kerja Pak." Kia kembali dengan keusilannya.
"Kia maksudku kabar dari devisi pemasaran untuk peluncuran produk baru." Jelas Farid menegaskan
"Bapak tak usah repot-repot bertanya soal itu pak. Kan bapak sendiri nantinya yang akan memutuskannya. Bilang saja bapak ingin mendengar kabar dari Mbak Fatima yang belum masuk kerja sampai saat inikan!"
"Udah, kamu balik aja kerja lagi."
"Eh Bapak sudah menandatanganinya. Kalau begitu saya pamit dulu Pak." Belum juga Kia memutar knop pintu ruangan Farid, Kia kembali lagi membalik ke arah Farid.
"Bapak kalau khawatir lebih baik bapak pergi menjenguknya... eh maaf pak." ucap kia yang mendapat lototan mata dari Farid.
Sekeluarnya Kia dari ruangannya, Farid pun berencana akan pergi kerumah sakit untuk menjenguk Fatima.
*-*-*-*-*
Fatima menempuh perjalanan selama 1 jam lebih dengan menggunakan taksi. Ia sudah tak peduli lagi berapa argo taksi yang harus dibayarnya karena yang terpenting sekarang adalah melihat Abi dan Uminya baik-baik saja.
"Sudah sampai Mbak." ucap sang supir taksi
"Berapa argo pak? " tanya Fatima membuka dompetnya
"Tiga ratus tujuh puluh, Mbak. "
"Makasih pak. Ambil saja kembaliannya." Fatima mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu dari dalam dompetnya. Setelah membayar, Fatima bergegas keluar dari dalam taksi dan masuk kedalam rumah sakit cerata. Didalam, Fatima langsung menuju tempat informasi untuk menanyakan dimana letak Abi dan Uminya berada.
"Ibu Anda berada di ruangan UGD. Anda tinggal lurus saja dan nantinya anda belok ke kanan. Di pintu urutan kedua." Terang seorang suster yang berada disana.
"Baik, terima kasih sus." Fatima pun mempercepat langkah kakinya
"Astagfirullah aku belum menanyakan keberadaan Abi " ucap Fatima pada dirinya sendiri Tapi fatima tak kembali lagi ketempat informasi itu dan tetap melanjutkan perjalanannya.
Didepan ruangan UGD Fatima melihat seorang Ibu dan seorang anak perempuan tengah keluar dari ruangan dengan keadaan bersedih. Fatima pun tanpa membuang waktu lagi masuk kedalam ruangan dan mulai mencari tempat Uminya berada. Sesaat matanya menangkap seseorang yang sangat dicemaskannya terbaring lemah dibrangkar rumah sakit.
"Umi..." panggil Fatima sedikit terisak melihat kondisi Umi Dian. Fatima pun langsung pergi ke tempat Umi nya berada.
"Sayang. Fatima." ucap umi dian dengan nafas yang mulai tersenggal-senggal.
"Umi. Mengapa Umi berada disini? apa yang terjadi?" Runtut fatima bertanya-tanya. Tanpa sadar Fatima mulai menitihkan air mata sambil menggenggam erat tangan Umi Dian.
" sayang ja... ngan mena... ngis Umi tak apa. Nak, Apa... kah kamu... Tau? Umi ba... hagia saat Fati... ma. Mene... rima per... jodohan itu. Umi harap Fati kem... bali menerima per... jodohan itu lagi. Agar ada yang men... jagamu dimasa de... pan nak. " ucap umi dian terputus-putus
"Umi jangan berkata seperti akan pergi meninggalkan Fatima selamanya Mi. Umi dan Abi pastinya masih baik-baik saja. " isak Fatima dengan suara yang serak
"Nk jaga di... rimu baik.... baik ya." Pesan Umi Dian sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Belum juga Fatima berkata apa-apa tentang perjodohannya, Umi Dian sudah mulai mengucapkan dua kalimat syahadat. Lantas Fatima membantu Uminya melafaskan kata-kata sakral itu sebelum nafas Umi Dian benar-benar hilang.
"Umi..." seketika tangis Fatima pecah
TBC....
Jangan lupa vote & komen ya!
By Peony_8298
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yuvita Natalia
yang sbar yah Fatima 😭
2020-12-17
1