Seperginya Farid, Fatima berhenti sejenak memasukkan pakaiannya ke lemari. Ia memikirkan kata-kata Farid kembali sewaktu masih diperjalanan menuju rumah Mama Syita. Ia tak menyangka Farid akan mengatakan kata cinta. Kata yang membuat jantungnya berdegup kencang. Untung waktu itu Farid tak mendengarnya. Fatima tersenyum kala mengingatnya.
Selesai membereskan barang-barangnya, Fatima beranjak keluar dari kamar dan pergi menemui keluarga suaminya. Diruangan keluarga sendiri, disana sudah ada Mama Syita, Papa Hadi yang baru pulang kantor dan Naila.
Awalnya Fatima masih terlihat canggung jika diajak bicara tapi lama-kelamaan Fatima membiasakan diri dengan keadaan yang seperti itu. Mereka membincangkan banyak hal yang membuat Fatima cepat membuat dengan keluar Farid.
Tak terasa sudah dua minggu lebih Fatima tinggal dirumah Farid. Fatima sudah terbiasa jika sepulang dari kerja ia akan membantu Bi Iyem untuk membuatkan makan malam meski biasanya Mama Syita sudah melarang Fatima. Mama Syita beranggapan Fatima datang kesini bukan untuk direpotkan.
"Biar Bi Iyem aja yang kerjakan, Nak."
"Ngga papa Ma. Fatima bosen dikamar aja."
"Mama bangga punya mantu kayak kamu."
Mama Syita kagum, ia tak salah dalam memilih menantu. Sudah cantik, sholehah, pintar masak lagi. Pikir Mama Syita.
"Mama bisa saja. Fatima udah sering masak kok Ma." Ucap Fatima merendahkan dirinya
"Kenapa pulangnya ngga sama Farid?" Mama Syita mengalihkan pembicaraan mereka
"Kak Farid lagi ada kerjaan yang banyak jadi kakak hanya mengantar Fatima saja. Setelah itu kakak balik lagi kekantor."
Farid tiba didapur saat Fatima membicarakannya. "Cariin aku ya?"
"Kak. Kapan sampainya?"
"Baru saja. duh istri kakak lagi masak apa nih?" Farid pun pergi ke dekat Fatima seraya menyelipkan kedua tangannya ke pinggang ramping Fatima.
"Kak malu ada Mama dan Bibi disini." Bisik Fatima malu
"Kenapa mesti malu? Kamu kan istri kakak." Goda Farid sengaja semakin mengeratkan pelukannya. Akibat ucapan Farid, pipi Ftima langsung bersemu merah.
"Mama dan Bibi keluar dulu." Mama Syita pun mengajak Bibi Iyem keluar.
"Ih kakak, malu tau. Udah sana mandi dulu." Seraya melepaskan tangan Farid
"Ada syaratnya." Farid ngeyel namun sudah melepaskan pelukannya.
"Kak." Ancam Fatima galak
"Kakak tambah suka jika kamu manis begini." Farid sambil mencubit pipi Fatima sebelum pergi membersihkan diri.
"Manis apanya, aku rasa sudah seperti nenek sihir." Gerutu Fatima
Demi menghilangkan merah dipipinya, Fatima berusaha tambah menyibukkan dirinya dengan. Selesai membersihkan diri, Farid Pun balik lagi ke dapur melihat Fatih memasak.
"Kakak bantu ya." Ucap Farid mengambil alih kerjaan Fatima sedang memotong-motong bawang.
"Ngga usah kak, nanti masakannya gosong kalau kakak yang masak. Fati sarankan kakak duduk saja menunggu hasilnya." Fatima sesekali melihat masakannya.
"Iistri kakak belum tau ya kalau suamimu ini jago masak. Biarpun kakak laki-laki tapi kalau soal masak kakak juga ahli."
"Hahaha kakak jangan bercanda deh. kalau kakak pintar masak coba tebak apaan yang sekarang lagi aku masak." Tantang Fatima
"Otu mah gampang. Udang goreng sambal ijo kan." tebak Farid
"Benar sekali. Kalau begitu kakak bantu aku potongin sayur ini yah."
"Kalau cuma potongin sayur mah gampang buat kakak. Selama kakak kuliah dulu, kakak tuh ngekost gitu tinggal sendiri, masak sendiri dan cuci sendiri. Jadi anak mandiri gitu. Udah sering masak."
Farid pun mengambil pisau untuk memotong sayurannya. Saat Farid sedang asik-asiknya memotong sayuran, tanpa diduga tangannya teriris pisau.
"Aduh, Au." Farid mengibas-ngibaskan tangannya berharap sakitnya sedikit hilang.
"Kak Farid, tunggu disini."
Fatima kagetmelihat jari Farid terluka. Fatima lantas pergi mengambil kotak kesehatan.
"Cucu jarinya dulu kak." Suruh Fatima.
Setelah Farid mencuci jarinya sampai bersih, Fatima pun mulai membalut luka di jari Farid.
Keesokan harinya Farid dan Fatima siap-siap untuk pindah kerumah baru mereka yang letaknya tak jauh dari rumah keluarga Farid. Farid sengaja membeli rumah tak jauh dari rumah kedua orang tuanya karena jika Fatima sedang rindu dengan mamanya, mereka bisa datang berkunjung.
Mereka juga sudah membuat acara syukuran buat rumah baru mereka. Walaupun mereka hanya mengundang para tetangga dan orang terdekat mereka saja.
Disinilah mereka berada dirumah baru. Belum saja beberapa hari mereka pindah, Farid mempunyai perjalanan bisnis keluar kota. Ia juga belum memberitahukan Fatima tentang hal ini. Rencananya ia akan memberitaukan Fatima saat mereka sedang bersantai.
"Kak besokkan hari minggu, kita pergi kerumah Mama ya! .
"Bisa tapi kakak harus bersiap. kakak akan berangkat keluar kota besok, kakak ada klien diluar kota."
"Kalau kakak pergi, aku sendirian dirumah."
"Kita pergi berdua saja, lagian kakak disana lama sayang. Seminggu lebih."
"Seminggu lebih." FAtima tampak berfikir
"Iya seminggu lebih jadi kamu ikut dengan kakak saja ya."
"Ngga usah kakak, kalau kakak takut ninggalin aku sendiri disini, kakak ngga usah khawatir. Aku sudah terbiasa kok ditinggal sendiri."
"Bukan karena itu nya sayang, tapi kakak..." potong Farid tak tau harus berkata seperti apa untuk menjelaskan maksud mengajak Fatima ikut serta dalam perjalanan bisnisnya kali ini.
"Duh bagaimana cara ngejelasinnya ya, jadi binggung sendiri deh." batin farid
"Atau kalau bisa Fatima menginap dulu saja di rumah mama, bagaimana?" Saran Fatima jikalau Farid takut meninggalkannya sendiri.
"Bisa juga tapi... tapi... baiklah besok kita kerumah mama saja, sekarang tidurlah."
Semenjak Farid dan Fatima sudah tinggal berdua di rumah baru mereka, mereka tambah akrab saja dan bisa dianggap bahwa mereka layaknya orang yang lagi pacaran.
Terkadang Fatima pun merasa ada yang berbeda tiap harinya, ia sudah terbiasa dengan perhatian yang diberikan Farid padanya. Perhatian yang bukan lagi sebagai tanda prihatin tapi sebagai rasa sayang suami pada istrinya.
Keesokan harinya di rumah Mama Syita, Farid dan Fatima datang berkunjung.
"Assalamualaikum." ucap farid dan Fatima hampir bersamaan
"Waalaikumsalam warrahamatullahi wabarakatuh. sayang ayo masuk." ucap Mama Syita yang ternyata membukakan pintu untuk mereka berdua.
Sesampainya diruang keluarga, Farid menjelaskan maksud kedatangannya kerumah mamanya.
"Bisa kok, tapi lebih baik Fatima ikut saja. Kalian berdua kan belum pernah liburan setelah menikah." Saran Mama Syita yang sudah tau rencana Farid karena sebelum datang kerumah Mamanya, Farid sudah lebih dulu memberitahukan rencananya pada Mamanya untuk membawa serta Fatima ikut bersamanya keluar kota.
"Iya sayang kamu ikut saja ya." bujuk Farid lagi
Akhirnya setelah dibujuk oleh Mama Syita, Fatima mau ikut bersama Farid keluar kota. Jal itu membuat Farid lebih bersemangat lagi untuk menjalankan rencana nya. Selesai berbincang-bincang mereka berdua pun pulang kerumah mereka kembali. sekembalinya mereka langsung memasukkan pakaian-pakaian didalam koper.
Tbc....
Jangan lupa vote & komentar / kesannya
By Peony_8298
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yuvita Natalia
next
2020-12-17
1