Sakit tak berdarah

Pertanyaan Cia masih terngiang di kepala Elen.

"apa iya secepat itu aku melupakan Barra? Apa Juan hanya tempat pelarianku atas kekecewaan ku sama Barra?" pertanyaan itu bergumul dalam benaknya. Mengingat hubungan nya dengan Barra lumayan lama. Hanya beberapa bulan saja mereka berpisah, Juan masuk ke dalam hidup nya dan saat itu lah ia tidak mengingat rasa sakit hati nya pada Barra, yang tersisa hanya lah kekecewaan.

Pertanyaan Cia membuat Elen takut, ia takut mengecewakan Juan jikalau memang benar ia masih ada sedikit rasa untuk Barra yang ia tidak sadari.

"nanti sore bimbel Len?" tanya Cia

Elen diam tidak bereaksi. Cia menyikut lengan Elen

"woii, melamun aja! Bimbel ngga nanti sore?" Cia mengejutkan Elen

" oh, iya bimbel "

" kamu kenapa dari tadi diam aja?" tanya Cia

Elen menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis. Ia tidak ingin Cia mengetahui kegalauan nya atas pertanyaan nya tadi.

" dijemput mami lagi?" tanya Elen

" ngga, aku minta Kemal yang jemput"

Waktu pulang telah tiba. Murid-murid pun mulai riuh. Elen dan Cia pun keluar kelas, mereka berjalan menuju gerbang sekolahan.

Ketika mereka melewati kelas Barra, mata Elen mencari sosok Barra, karena ia penasaran dengan apa yang dikatakan Cia, apa benar Barra menghindari nya. Namun sayang nya ia tidak melihat Barra.

*bruukk*

"aaaww!" rintih Elen yang terjatuh dilantai, ia menabrak keras seseorang. Sembari memegang pergelangan tangan nya yang sakit, Elen mendongak ke atas dan melihat siapa yang ia tabrak.

Dengan cepat Barra mengangkat tubuh Elen yang kecil.

" kamu ngga apa-apa? " tanya Barra

Elen melihat Barra tanpa bersuara.

"Len?" tegur Barra.

Cia melihat adegan tersebut dengan cepat menyadarkan Elen. Ia memukul pelan lengan Elen.

"aackk" pekik Elen sembari meringis menahan nyeri dipergelangan tangan nya. Tangan nya terasa nyeri karena ketika terjatuh tadi ia menahan tubuh nya dengan menjatuhkan telapak tangan nya lebih dulu.

"serius Len sakit?" tanya Cia.

Elen mengangguk, ia manahan sakit, Elen pun mulai mengeluarkan air matanya, sehingga membuat Barra panik.

Barra memegang tangan Elen dan memberikan sedikit pijitan namun malah membuatnya semakin nyeri.

" ayo ke rumah sakit " ucap Barra khawatir

Elen menggelengkan kepalanya.

" ngga usah ngeyel " Barra pun membawa Elen kerumah sakit untuk memeriksanya.

Ketika Elen dan Barra pergi, Cia menghubungi Juan dan bang Evan untuk memberitahukan pada mereka bahwa Elen dirumah sakit

Sesampai dirumah sakit, tangan nya pun di periksa. Dan ada sedikit keretakan didekat pergelangan tangan nya.

Barra yang masih menemani Elen sangat khawatir mendengar ucapan dokter.

Tak beberapa lama Juan pun datang, ia melihat Barra disana, ada rasa emosi yang harus ia tahan.

" kenapa?" tanya Juan pada Elen sembari memegang punggung Elen

"tulang nya retak" ucap Elen menyandarkan kepalanya di dada Juan, ia sedikit menangis didepan Juan menahan rasa nyeri yang luar biasa.

" kok bisa?"

" jatuh, aku ngga hati-hati"

Melihat Elen menangis menahan sakit, ia memeluk Elen dan mengelus kepala Elen serta punggung nya untuk menenangkan hati pacar nya tersebut.

" aku balik ya, sudah ada Juan disini" pamit Barra

" o iya, makasih ya Bar" ucap Elen

" thanks ya sudah bawa dia ke sini" ucap Juan berusaha tenang

Barra tersenyum tipis. " iya, mudahan cepat pulih " ucapnya. Lalu meninggalkan mereka berdua.

Barra tidak bisa berlama-lama berada disana karena semakin lama semakin sakit hatinya melihat kemesraan Elen dan Juan.

Mama Elen dan bang Evan akhirnya datang, dan memutuskan untuk memberi gips pada tangan Elen.

Usai di gips mereka pun pulang. Elen dan Juan berpisah di rumah sakit karena sudah sore, Juan harus bimbel sedangkan Elen tidak bisa mengikuti bimbel tersebut.

Sampai dirumah Elen memeriksa handphone. Ada pesan dari Barra

"gimana tangan mu?"

karena Elen susah untuk mengetik pesan, ia pun membalasnya dengan voice note

" sudah ngga apa-apa, tanganku di gips sebulan kata dokter"

"maaf ya" Barra pun membalas dengan voice note

"bukan kamu yang salah, aku yang ngga lihat jalan dan ngga lihat kamu ada didepanku sampai akhirnya nabrak kamu"

" istirahatlah"

Mereka mengakhiri pesan mereka. Elen pun beristirahat sejenak, ia pun mulai tertidur.

*kriiiingg*

" hhmm halo"

"kamu tidur?" tanya Juan

"iya, ngantuk banget"

" oya sudah kalo begitu lanjut lagi tidurnya, sorry ganggu"

" kamu dimana ?"

"aku sudah dirumah, ya sudah istirahat lah, i love you" ucap Juan tidak seperti biasanya ia mengucap kalimat yang terakhir.

Elen tersenyum mendengar kalimat tersebut " apa aku harus sakit dulu, kamu baru mau bilang i love you?"

" i love you i love you i love you, aku sayang kamu"

" i love you more" jawab Elen

mendengar jawaban Elen, Juan tersenyum karena jawaban nya sesuai dengan apa yang ia harapkan.

Semenjak ia melihat Elen dan Barra sudah berteman kembali, ada rasa takut dalam diri Juan jika Elen direbut kembali oleh Barra. Ia tidak ingin itu terjadi, sehingga ia berjanji pada diri nya sendiri, untuk lebih sering mengungkapkan perasaan nya pada Elen agar Elen tau bahwa dirinya serius menyayangi nya.

*keesokan hari nya*

Hari ini Elen tidak masuk sekolah. Barra terlihat mencari Elen didepan kelas nya.

"nyari Elen?" tanya Cia mengejutkan Barra

Barra menoleh dan melihat Cia, ia pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan Cia

"dia ngga masuk" ucap Cia

"aku titip ini kalau kamu berencana kerumah nya" Barra memberikan sebuah tas kecil berisi penyangga tangan.

Cia pun menerima tas kecil tersebut.

"tapi tolong jangan bilang dari aku" ucap Barra

"kenapa ngga kamu kasih sendiri?"

Barra hanya tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya.

"ok" Cia mengangguk mengerti.

Barra pun pergi meninggalkan Cia. Ia masih khawatir dengan keadaan mantan nya tersebut.

Jam bel pulang sekolah pun berbunyi, beberapa teman sekelas Elen akan menjenguk nya termasuk Cia.

Sesampai dirumah Elen mereka melihat keadaan Elen.

"nih" ucap Cia sembari menyerahkan tas kecil pemberian Barra.

"apa nih?"

"buka aja"

Elen membuka nya " perhatian banget kamu ngasih ginian?"

Cia tersenyum tipis, dia ingin bilang bahwa itu pemberian Barra, tapi Barra tadi melarang nya sehingga ia mengurungkan keinginan nya tersebut.

Tak lama kemudian Juan dan teman-teman nya pun juga menjenguk Elen.

"kamu ngapain bawa yang lain kesini?"

ucap Elen merasa tak enak hati.

" mereka yang mau jenguk kamu kok"

" pake ini biar ngga pegel " Juan memberikan penyangga tangan nya yang serupa dengan yang diberikan Barra namun berbeda warna.

" Cia juga ngasih itu tapi beda warna" ucap Elen

" ngga apa-apa buat ganti-ganti" ucap Juan.

Juan pun memasangkan penyangga tangan tersebut dan dilihat oleh teman-teman mereka.

" 5 menit lagi aku mau berangkat ke mars, kalian mau pada ikut ngga?" canda Kemal

Mendengar candaan Kemal, mereka pun tertawa.

Elen menjadi tersipu karena candaan nya tersebut.

Sudah 1 jam mereka berada di tempat Elen. Mereka pun akhirnya pulang.

" istirahat ya, nanti malam aku kesini lagi" ucap Juan

Elen mengangguk. Ia ingin Juan tetap didekatnya, namun ia juga lelah butuh istirahat.

"i love you" bisik Juan.

Elen tersenyum

"tumben?"

"i love you" Juan kembali berbisik

"i love you too" balas Elen

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!