Berdebar

" bisa bicara sebentar " ucap Elen tiba-tiba.

Semua mata tertuju pada Elen kecuali Juan yang sedang melihat memar di kaki nya. Kemal menyikut lengan Juan untuk menyadarkan Juan. Juan pun menoleh kanan dan kiri lalu menunjuk dirinya

"sama aku?" tanya Juan

Elen mengangguk.

"boleh, ngomong aja" ucap Juan santai

Elen melihat ke arah Cia dan Kemal, mereka pun mengerti maksud Elen untuk memberikan privasi untuk Elen bicara.

"An sorry, aku balik duluan sama Cia ya" ucap Kemal.

"aku juga balik duluan" teman-teman yang lain pun menyusul Kemal.

Usai mereka pergi, Elen meminta Juan untuk menunggu nya sebentar. Tak beberapa lama ia kembali membawa obat dari UKS serta es batu dari kantin sekolah.

Juan melihat Elen seperti itu mengeryitkan dahi nya.

" aku ngga apa-apa " ucap Juan ketika kaki nya dipegang oleh Elen. Elen melihat Juan dengan tatapan tajam. Juan pun akhirnya menyerahkan kaki nya pada Elen.

"kamu ngga apa-apa kaya gini diliat yang lain? apalagi mantanmu" ucap Juan.

Elen baru menyadari banyak sorot mata yang tertuju pada nya. Terutama mata Barra, seperti yang tidak menyukai bila Elen peduli dengan Juan. Namun Elen tidak peduli dengan apa yang ada dikepala mereka tentang dirinya dan Juan. Ia hanya ingin Membantu Juan dan ia juga ingin meminta maaf padanya.

" aku minta maaf soal yang tadi" ucap Elen sembari mengompres memar kaki Juan.

Juan melihat Elen dalam. Elen melihatnya dan mengangkat alis nya.

"Juan " Elen memanggil nama nya dengan suara lembut nya, seperti ada kupu-kupu terbang didalam dadanya, seketika jantungnya berdebar kencang.

"Juan" Elen memanggilnya kembali

"eh, apa?"

"aku minta maaf tadi sudah salah paham sama kamu" ucap Elen

" hhhmm... Kamu sudah tau alasan nya?" tanya Juan

Elen mengangguk.

Juan semakin menyukai Elen, ia tipe perempuan yang berani mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya. Ia bicara apa adanya. Tak banyak perempuan yang bisa seperti itu, mereka lebih mementingkan ego dan gengsinya.

Elen meniup memar dikakinya ketika usai memberikan obat nya.

" udah " ucap Elen sembari meletak kan kembali kaki Juan.

Secara bersamaan Barra bersama yang lain serta pacar nya melewatinya.

" balik duluan ya len" ucap teman-teman yang lain

" iya" jawab Elen

Barra hanya melewati Elen dan Juan. Elen terus menatap kepergian Barra, Juan yang melihat hal tersebut pun menegurnya

" masih ngga rela?" goda Juan

"siapa?aku?" sembari menunjuk diri nya sendiri. " buat apa mempertahankan orang yang tidak mau mempertahan kan kita!" lanjutnya.

" yakin? Udah Ngga ada rasa?" tanya Juan penasaran.

Elen menyipitkan matanya mengarah Juan " iih Kepo!"

Juan tersenyum " balik sama siapa?" tanya Juan

" tadi nya sama Cia, tapi Cia di culik Kemal, jadi aku pesan ojek online aja". Ucap Elen

"sudah pesan?"

" ini baru mau pesan" sembari mengeluarkan handphone.

" sama aku aja" ucap Juan sembari mengambil handphone milik Elen dan memasukkan nya kedalam saku celana futsalnya

Elen melongo melihat Juan. Juan mengulurkan tangan nya. Untuk meminta tolong pada Elen.

" itung-itung tolongin papah aku bejalan, masih nyeri ini" ucap Juan.

Dengan terpaksa Elen menolong memapah Juan berjalan sampai parkiran. Diparkiran pun masih terlihat Barra masih mengobrol dengan teman yang lain. Barra melihat Elen menolong Juan sedikit Emosi. Namun Elen tidak peduli.

" hati-hati jangan sampai ketipu sama cowok brengsek " ucap Barra memancing emosi Juan.

Tanpa tidak sadar Elen menahan Juan dengan memeluk nya "Juan stop, ngga usah didengar" bisik Elen

Juan melihat mata Elen dan entah kenapa pelukan Elen membuat emosinya menjadi hilang. Ia merasakan desiran dalam darah nya.

"kamu masih bisa bawa motor?" tanya Elen

Juan mengangguk, Juan pun naik keatas motor

" ini ngga apa-apa aku bareng kamu?" tanya Elen

Juan menarik tangan Elen dan menggerakan kepalanya ke arah motornya seolah berbicara "naiklah"

Elen pun naik ke atas motor. Kedua Tangan nya ditarik kedepan oleh Juan, seolah berbicara " pegangan yang kuat"

Entah kenapa Elen pun menurut saja keinginan Juan. Barra yang melihat hal tersebut semakin emosi dan tanpa sadar ia telah menyakiti hati pacar nya yang baru, dan membuat mereka menjadi bertengkar karena pacarnya cemburu pada Elen.

>>>>>>>>

Dalam perjalanan Elen dan Juan saling diam, mereka tidak tau apa yang harus mereka bicarakan.

Sesampai dirumah, entah kenapa Elen menawarkan Juan untuk mampir masuk ke dalam rumahnya.

"mampir dulu" ucap Elen

Juan tersenyum, ia berpikir ternyata Elen tidak sejutek itu. Ia memang terlihat seperti itu jika dalam keadaan yang membuatnya ngga nyaman atau terdesak. Yang ia lihat dan ia rasakan saat ini Elen adalah cewek baik dan hangat.

"lain kali aja" ucap Juan

Tak sengaja abang Evan mau keluar rumah. Ia memasang tampang jutek pada Juan. Juan pun tersenyum melihat Evan.

"Bang Evan, abang aku" jelas Elen

" aku balik ya, makasih sudah di obati tadi" ucap Juan

" sudah dibayar dengan kamu ngantar aku pulang, jadi impas, oya makasih juga tadi sudah nolongin aku" ucap Elen

" nolongin apa?"

" nangkap kriminal"

"oohh" Juan tersenyum manis membuat hati Elen berdebar.

"masuk gih" ucap Juan.

" iya"

"mari bang" pamit Juan pada Evan.

Evan hanya mengangguk. Juan pun melesat menghilang.

"baru??" selidik Evan

" apaan sih kepo banget!"

"hati-hati, jangan buru-buru nanti sakit hati lagi!" ucap Evan mengingatkan.

Elen meninggalkan Evan diteras. Ia tidak ingin abang nya itu bertanya terus tentang Juan, padahal dirinya dengan Juan tidak ada yang spesial.

*ke esokan harinya*

"yang kemarin pacar baru len?" tanya teman yang lain

" cieeee" goda Cia

"paan sih?"

"bisa bicara sebentar" Cia menggoda mengikuti nada bicara Elen kemarin

"udah deh ngga usah rese'! "

Cia tertawa " jadi gimana kelanjutan nya?"

Elen menggelengkan kepalanya.

"hah! Serius?"

"apa yang kamu harapkan?" tanya Elen

" aku berharap kalian pacaran lah " Cia tertawa kembali.

Ia ingin mengatakan jika Juan telah menyukainya sejak pandangan pertama, tapi ia urungkan, menurut Cia, biarlah Juan yang berbicara langsung pada Elen.

Cia menerima pesan dari Juan lewat handphone nya.

"handphone mu kebawa Juan?" tanya Cia

" kok kamu tau?"

"kok bisa? Mencurigakan kalian ini"

Elen diam saja karena memang tidak terjadi apa-apa kemarin.

" pulangan disuruh tunggu dia, mau balikin handphone katanya"

Elen mengangguk.

Jam istirahat pun tiba, Elen, Cia bersama teman yang lain pergi ke kantin. Saat berjalan menuju kantin mereka berpapasan dengan Barra. Barra melihat Elen, namun Elen tidak peduli lagi dengannya. Ia tetap berjalan menyusuri kelas

" Len, bisa bicara sebentar?" tangan Barra menahan tangan Elen. Elen reflek menepisnya

" sorry ya Bar ngga bisa" ucap tegas Elen.

Cia bersama teman yang lain merasa senang melihat adegan tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!