Elen mencoba menelpon Juan namun tidak diangkat. "kenapa lagi mereka?apa masih masalah yang diceritakan oleh Juan semalam?" Elen bertanya dalam hati.
Hari ini Elen tidak konsen belajar disekolah. Ia memikirkan apa yang telah terjadi pada Barra dan Juan.
Bel pulang sekolah Elen meminta tolong pada Cia untuk menemaninya pergi ke sekolah Juan. Mereka pun pergi kesana.
Sesampai disana Kemal mengatakan bahwa hari ini Juan tidak masuk sekolah, Elen pun meminta Kemal mengantarkan nya untuk kerumah Juan.
Dirumah Juan pun mereka tidak bertemu Juan.
"kamu tau tempat yang sering dia kunjungi Mal?" tanya Elen pada Kemal.
Kemal pun ikut membantu mencari keberadaan Juan, sampai akhir nya mereka menyerah.
Elen mencoba menelpon nya kembali namun masih tidak aktif.
" ya sudah lah, kalian pulang aja, biar aku coba cari sendiri" ucap Elen
" yakin?" ucap Cia
Elen mengangguk " makasih ya kalian sudah bantuin aku"
Mereka pun akhirnya berpisah, Elen memutuskan untuk pulang ke rumah. Namun betapa terkejutnya ia melihat motor Juan ada dirumah nya, dan lebih mengesalkan hati Elen, ia melihat Juan sedang bersenda gurau dengan bang Evan.
Elen membanting helm yang dipegang nya. Melihat hal tersebut mereka terkejut, bang Evan pun pergi menyingkir dari situ.
" mana handphone mu?!" pekik Elen
" hah" Juan berlagak bego
" mana handphone mu!"
Juan pun mengeluarkan handphone nya dan menyerahkan nya pada Elen.
" pulang! " Elen mengusir Juan
" Len aku jel.."
"pulang!" sekali lagi Elen mengusir Juan.
Juan masih mematung di tempatnya.
Elen pun mengambil batu yang cukup besar dan menggertak Juan dengan seolah ia akan melempar batu tersebut ke motor milik Juan.
" ok aku pulang, tapi handphone ku?" Juan meminta handphone nya
Elen tidak menyerahkan handphone nya pada Juan, ia menatap tajam Juan, sehingga Juan tidak berani meminta nya lagi, ia pun pergi meninggalkan Elen.
Dalam perjalanan pulang Juan bingung, kenapa Elen semarah itu. Sesampai dirumah pun Juan diberitahu mama nya jika Kemal, Cia dan Elen kerumah tadi.
Selepas senja Juan pergi kerumah Kemal.
"astaga, kemana aja kamu?! Kasihan Elen nyariin kamu, dia tau kamu berkelahi sama Barra" ucap Kemal ketika Juan sampai dirumahnya.
"hah! Dia nyariin aku? Pantesan"
" kenapa? " tanya Kemal
" aku tadi bolos ke rumah nya dan ngobrol sama abang nya, dia pulang ngeliat aku langsung banting helm dan handphone ku disita dia"
" hahaha... Jelas lah dia marah, dia benar-benar keliling nyariin kamu, eh ternyata kamu dirumah nya"
Juan menggaruk kepalanya. Ia pun segera menuju rumah Elen. Sesampai disana Juan mengetuk pintu rumah Elen.
Elen membuka pintu rumahnya.Ia masih kesal dengan Juan dan menatap tajam dirinya. Juan pun melihat Elen
"maaf" ucap singkat Juan
Elen masih diam dan melihat Juan dari kepala sampai kaki.
"apalagi yang kalian ributkan?" tanya Elen
"kamu"
"sudah lah, ngga perlu terpancing omongan nya!"
"iya aku janji"
Elen sudah mulai melunak, ia menyerahkan handphone nya pada Juan.
" kamu mau kemana?" tanya Juan karena melihat Elen berpakaian rapih.
"ke cafe bentar, bang Evan minta tolong bawakan gitar nya".
" sendirian? "
"iya"
" mana gitar nya? aku aja yang ngantar kamu dirumah aja" ucap Juan melarang Elen keluar rumah
Elen mengeryitkan dahi nya
" ngga usah, aku bisa sendiri" tolak Elen.
" ngga apa - apa aku aja"
" kenapa sih kamu, maksa banget!"
Juan tidak ingin Elen bertemu dengan salah satu teman abang nya, karena bang Evan bercerita kalau salah satu teman nya ada yang menyukai Elen.
" udah ngga apa-apa, aku aja yang antar"
Elen menatap mata Juan dan melangkah mendekat. Juan sedikit gugup, namun ternyata Elen memperhatikan wajah Juan yang juga memiliki lebam namun terlihat samar.
Elen pun menyentuhnya
"ssshhh" rintih Juan pelan
"sakit?" tanya Elen
Juan diam tidak menjawab.
"besok di ulangi lagi ya berkelahi nya!" ucap Elen kesal sembari mengambil salep untuk Juan.
Elen pun mengobati lebam yang terdapat di ujung bibir Juan. Elen mengolesi salep tersebut, tanpa disadar jarinya menyentuh bibir Juan.
Juan terus memandangi wajah Elen, wajah itu sangat dekat dihadapan nya sehingga ia tidak bisa menahan diri untuk mencium nya
*cup* Juan mengecup bibir Elen. Itu adalah ciuman pertama Juan
Mata Elen melihat Juan lalu tersenyum
" gimana rasanya? " tanya Elen
"hhmm" Juan mengalihkan pandangan nya
" berdebar ngga jantungmu?"
Entah kenapa pertanyaan itu membuat Juan memiliki keberanian untuk mencium kembali bibir pacar nya tersebut.
Juan pun kembali mencium bibir Elen. Elen pun membalas ciuman Juan. Juan merasakan lembutnya bibir Elen. Namun. Ditengah mereka sedang berciuman, handphone Elen berbunyi. Mereka pun menghentikan ciuman mereka.
Bang Evan menelpon nya kembali, ia menyuruh Elen untuk segera mengantarkan gitarnya.
" ayo antarkan aku" pinta Elen
Juan pun akhirnya menyerah, ia mengantarkan Elen.
Sesampai mereka di cafe, mereka pun menemui bang Evan dan menyerahkan gitar nya.
" thanks ya, eh iya kamu bisa main gitar bass kan?" tanya bang Evan pada Juan.
Juan pun mengangguk
" bisa minta tolong gantikan sementara, ya 1 sampai 2 lagu, nunggu sampai teman ku datang, soalnya dia agak telat"
Juan melihat Elen meminta persetujuan nya. Elen pun menyuruh nya untuk bermain.
Elen duduk disalah satu kursi kosong yang berada dekat stage. Ia melihat jemari Juan sangat terampil memainkan alat musik tersebut. Juan terlihat sangat berbeda ketika berada di atas panggung, ia memancarkan aura yang lain.
Usai Juan bermain 2 lagu, Juan pun turun stage dan duduk bersama Elen
" bang Evan keren ya" ucap Juan
"kamu juga" jawab Elen
Juan melirik Elen. Ia sedikit malu dengan pujian yang diberikan pacar nya tersebut. Elen tersenyum melihat ekspresi wajah Juan. Dia tidak menyangka Juan yang ia kenal pertama kali adalah seorang yang dingin. Tapi setelah ia mengenal lebih dalam dan berpacaran dengan Juan, ia sangat lah berbeda, Juan orang yang sangat pemalu. Juan seperti memiliki 2 kepribadian yang berbeda.
" pulang yuk" ajak Elen
Juan mengangguk, mereka berpamitan dengan bang Evan. Juan menggandeng menggenggam erat tangan Elen.
Mereka pergi menggunakan mobil Elen, didalam mobil pun Juqa tidak melepas genggaman tangan nya.
" kamu berantem apalagi tadi sama Barra?" tanya Elen masih penasaran.
"kamu ngga perlu tau, yang penting aku sudah janji ngga terpancing lagi sama omongan nya dia"
" awas loh ya!"
"iya" Juan menyentuh hidung Elen dengan ruas jari telunjuknya.
" lulus nanti mau lanjut kuliah atau gimana?" tanya Elen
" kuliah di luar kota "ucap nya pelan
Elen diam sejenak ia tidak ingin melanjutkan pertanyaan nya karena ia takut jika kota tersebut bukan kota yang sama dengan tujuan nya untuk ia meneruskan kuliah.
Elen belum pernah berpacaran jarak jauh, tapi setau dia, ia bukan orang yang pandai menahan perasaan nya jika jauh dari pasangan. Karena ketika berpacaran dengan Barra, pernah ditinggal selama sebulan saja, hampir setiap malam ia menangis.
" aku akan ikut kamu pergi " ucap Juan tiba-tiba
Ekspresi wajah Elen pun seketika berubah. Bibirnya tersenyum lebar, ia berharap ucapan Juan tadi itu benar ada nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments