Cerita masa lalu

"ngapain kamu disini?" tanya Elen panik

Juan hanya tersenyum dan kembali tidak menjawab pertanyaan Elen

Ia malu untuk bilang bahwa ia menemui nya karena ia merindukan Elen, Juan tidak pandai mengungkapkan perasaan nya lewat kata-kata.

"bang Evan pulang jam berapa?"

" jam 1 malam mungkin" jawab Elen

"mau temani aku jalan keliling kota bentar ngga?"

Elen sedikit ragu, tapi ia ingin

" bentar ganti baju dulu"

"udah ngga usah ganti baju, gitu aja udah cantik kok"

" apaan sih!"

" aku ambil helm dulu "

Elen masuk kedalam rumah dan mengambil helm. Tak butuh waktu lama Juan menunggu nya, Elen pun keluar membawa helm nya. Elen pun tak mengganti pakaian nya sesuai perintah Juan. Ia hanya memakai tshirt crop top abu-abu yang sedikit memperlihatkan pusar nya dan celana piyama bewarna cream .

Melihat pusar Elen yang sedikit terlihat, membuat Juan melepas jaket nya dan meminta Elen untuk mamakai nya

" pakai lah " ucap Juan

" buat apa? Ngga perlu" tolak Elen

Juan menunjuk perut Elen yang telihat putih bersih dan rata "tutupi itu!" ucap nya pelan, dan mata nya mengarah ke tempat lain.

Menyadari itu, Elen pun segera mengambil jaket Juan, ia mengikatnya di bagian perut nya agar pusarnya tidak terlihat lagi oleh Juan. Namun Juan melepaskan nya dan memakaikan nya ke badan Elen lalu menutup.

"ayo" ucap Juan pada Elen agar segera menaiki motornya. Elen pun naik ke motor dan langsung memeluk Juan tanpa Juan menarik lengan nya lagi. Juan melihat tangan Elen sudah melingkar di perutnya hanya tersenyum. Ia pun dengan segera menyalakan motornya dan siap mengendarai motor mengelilingi kota.

Memeluk Juan seperti itu, membuat nya merasa nyaman. Entah kenapa ia merasa seperti itu, ia tidak pernah merasakan senyaman itu dengan orang lain, bahkan waktu bersama Barra pun ia tidak merasakan hal itu.

Selama 1 ¹/² jam mereka berjalan. Juan berhenti dan membawa Elen ke sebuah warung makan dipinggir jalan

" kita makan dulu " ajak Juan

"aku temani aja, aku sudah makan tadi"

Juan mencari tempat duduk yang kosong, ia memberikan tempat duduk nya pada Elen dan ia pun duduk disebelah nya.

Juan melihat menu dan memberikan nya pada Elen, dan Elen menggelengkan kepala nya

" kamu malu makan dipinggir jalan?" tanya Juan

"apaan sih?"

" makanya pesen makan juga, ngga bakal gendut kalau kamu makan ini, kalaupun kamu gendut aku masih mau kok jadi teman mu "

"teman??" tanya Elen

Juan melihat Elen, ia bingung menjelaskan maksud dari ucapan nya,

" iya teman hidup " suara Juan mengecil sehingga ucapan nya kurang jelas didengar Elen.

"apa?"

Juan sedikit melihat kan gigi nya, ia malu mengulang ucapan nya di depan Elen. Elen terus melihat Juan, ia sedikit mulai memahami sifat Juan dibalik sikap nya yang sok cool, dia adalah orang yang pemalu, ia tidak bisa mengungkapkan perasaan nya secara gamblang.

Elen tidak meneruskan pertanyaan nya, ia hanya tersenyum melihat Juan salah tingkah karena ucapan nya sendiri.

" buruan pesen apa?"

" sayang aja yang makan ya, aku pesen jus aja" Elen sengaja memanggil Juan dengan sebutan sayang karena ia ingin melihat reaksi Juan. Dan benar saja Juan melirik Elen dan kembali terlihat salting mendengar kata tersebut.

" hhmm, yakin?"

" iya "

Juan memesan makanan nya. Sembari menunggu makanan datang, Elen terus memandang Juan. Juan kembali melirik Elen

" Barra masih menghubungimu?"

Elen menggelengkan kepala nya.

"aku boleh cerita story ku dengan Barra biar nanti didepan nya kamu tidak salah paham" ucap Juan tiba-tiba

" emang ada?"

Juan mengangguk

" masalah perempuan?"

Juan kembali mengangguk. Ia pun mulai menceritakan apa yang terjadi pada mereka, sehingga mengapa Barra begitu membenci Juan.

Elen mendengarkan dengan serius, Juan pun tidak ingin memaksa untuk Elen mempercayai ceritanya, ia hanya ingin Elen tau dan menilai dari sudut pandang nya sendiri.

Usai menceritakan nya, perasaan Juan sedikit lega, karena masalah itu menjadi penghalang nya selama ini untuk membuka hati nya kembali.

Semenjak ia bertemu Elen pertama kali, ia merasa aneh dengan hati nya. Perasaan nya yang dulu tidak bernyawa seperti hidup kembali. Ia merasakan debaran yang sebelum nya tidak pernah terjadi tapi ia rasakan setelah bertemu Elen.

Sampai saat ini pun ia masih bingung entah kenapa perasaan nya terhadap Elen tidak bisa ia kendalikan.

Elen melihat mata Juan dan menggenggamnya

" dan itu juga sebabnya kamu tidak pernah berani mengungkapkan perasaanmu?"

Juan mengangguk.

" setelah aku tau kamu adalah mantan nya, aku ngga mau bermasalah dengan nya lagi dan mencoba menyingkirkan perasaan ku tapi kenyataan nya aku ngga bisa "

Elen sedikit tersenyum, setidak nya Juan mau menceritakan masalah nya dan ia tau alasan Barra begitu membencinya karena sebuah kesalah pahaman.

Mereka bercerita sembari menyantap makanan, setelah nya mereka pun kembali pulang.

Sesampai dirumah Juan pun langsung pamit pulang pada Elen.

" masuk lah " ucap Juan

Elen melihat Juan.

"kenapa?" tanya Juan

Elen tiba-tiba memeluk Juan dan berbisik "aku sayang kamu"

Seketika jantung Juan berdebar kencang dia ingin membalas ucapan Elen tapi lidahnya terasa masih kaku. Ia pun mematung. Akhirnya Elen melepaskan pelukan nya.

" hati- hati dijalan" Elen menepuk pundak Juan untuk menyadarkan nya.

" eh..iya " ucap Juan terbata-bata. Ekspresi wajah nya pun tidak bisa dibohongi jika ia bahagia.

>>>>>

Hari ini Elen akan berangkat sekolah sendiri menggunakan motornya. Karena Juan tidak datang menjemputnya hari ini.

Sesampai disekolah ia pun langsung ke kelas, tapi sebelum masuk kelas ia berpapasan dengan Barra, wajahnya tampak lebam seperti habis berkelahi. Ia terburu-buru agar Elen tidak memperhatikan lebam diwajah nya.

Elen tidak ingin bertanya namun ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Barra.

"ciyeee, gimana kemarin rasanya direbutkan 2 cowok?" tegur Cia tiba-tiba

" biasa aja!"

" sombong banget! Sok cantik lu!" ucap Cia

Elen tertawa. Namun dikelas sangat ramai seperti nya ada gosip baru. Cia pun penasaran, ia pun menanyakan ada berita apa. Ia lalu menoleh ke arah Elen

" emang bener Len?"

"apa?"

"Barra berantem lagi sama Juan?"

"hah, kapan?"

"barusan".

"barusan?dimana?" Elen penasaran karena ia memang melihat wajah Barra yang lebam, namun tak melihat mereka berkelahi

"didepan, tapi si J sudah pulang" ucap salah satu teman nya. ada beberapa teman² nya memanggil Juan dengan sebutan si "J "

Elen mencoba menelpon Juan namun tidak diangkat. "kenapa lagi mereka?apa masih masalah yang diceritakan oleh Juan semalam?" Elen bertanya dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!