Hati yang misterius

" dunia tidak berhenti berputar kalau kamu tidak bersama dia, pria juga bukan hanya dia di dunia, lupakan! Jangan pernah kembali! ingat ya jangan kembali!" Evan mengancam adiknya.

Elen menghela nafas panjang, rasa nya tidak percaya dengan apa yang terjadi, malam itu menjadi malam yang kelam buat Elen.

* 1 bulan kemudian *

Sebentar lagi Elen akan ujian nasional, selama sebulan ini ia tidak konsen belajar karena masalah percintaan nya yang kandas bersama Barra. Ia tidak ingin berlama-lama bersedih, cukup lah sebulan ini ia meratapi hubungan nya.

" Len, kamu jadi ikut bimbel? " tanya Cia

Elen mengangguk. Matanya tertuju pada Barra yang baru saja lewat. Entah Barra tidak menyadari ada Elen disitu atau dia sengaja pura-pura tidak melihat Elen.

Cia menepuk kuat pundak Elen.

"kenapa? Masih ngga rela dia ninggalin kamu?" Tanya Cia

Elen melirik pada Cia

"menurutmu?" Elen pergi meninggalkan Cia dan berjalan melewati Barra. Ia sudah tidak peduli dengan nya. Bahkan tuduhan Elen selingkuh darinya pun telah lenyap dan berganti isu bahwa Elen ditolak Danish dan Barra menolak Elen kembali.

Cia mengikuti Elen dari belakang. Satu-satunya orang yang membela Elen hanya Cia, Danish pun membela nya namun ia tidak berusaha meluruskan berita yang beredar disekolah, Danish hanya diam, hanya Cia yang kadang sedikit sewot mendengar berita tersebut sampai ke telinga nya.

"bego sih kalau kamu sampai masih ngarep dia kembali, sudah jelas-jelas dia selingkuh dan ngga peduli lagi sama kamu!" ucap Cia. Cia yang mengetahui Barra selingkuh lebih dulu namun pada saat itu ia tidak melihat nya seberapa jelas sehingga dia tidak yakin dan tidak menceritakan nya pada Elen, bahkan ia berpositif thinking pada Barra bahwa ia yang salah melihat.

Tapi kenyataan nya, keraguan itu di valid kan oleh Ellen, Elen bercerita pada Cia bahwa Barra telah selingkuh dari nya, dan mereka pernah tanpa sengaja bertemu perempuan itu ditoko buku, dan Cia mengingat wajah perempuan itu, wajah yang sempat ia ragukan kalau dia selingkuhan nya Barra.

" apa aku seburuk itu? Laki-laki bukan cuma dia!"

Cia tertawa " bener banget laki² ngga cuma satu, tau aja kamu kalau lagi ada yang naksir "

Elen mengeryitkan dahi "Siapa??"

Ia tidak mengerti ucapan nya Cia. Ia merasa tidak ada yang sedang mencoba menarik perhatian nya, ia sendiri pun sedang tidak tertarik untuk berpacaran kembali. Bukan karena ia trauma tapi ia ingin fokus belajar untuk mempersiapkan ujian nya nanti.

"ada lah?" ucap Cia. Ia mengetahui Juan menyukai Elen, namun Juan tidak pernah bergerak untuk mencoba mendekati Ellen. Bahkan Cia sudah memberikan nomor handphone serta sosial media milik Ellen yang bisa ia hubungi, namun Juan tidak menghubunginya. Ia hanya memantau Ellen dari jauh.

Beberapa kali Kemal menyuruhnya untuk mencoba mulai mendekati Ellen. Namun ia terus menolak, ia masih ingin menikmati mengagumi Elen dari jauh. Ia tidak ingin buru-buru. Juan pun tidak ingin menjadi tempat pelarian Ellen karena terluka oleh masa lalu nya.

Ia ingin mendekatinya jika waktu nya telah tiba.

"kamu ambil bimbel jam berapa?" mereka masih berada diparkiran motor.

" kamu ikut bimbel juga?" tanya Elen pada Cia

Cia mengangguk, namun anggukan Cia membuat Elen tersenyum menahan tawa, seolah tidak percaya seorang Cia akan ikut bimbel.

"ngapain senyum-senyum?" tanya Cia

" ngga apa-apa, kaget aja seorang Cia mau belajar" Ledek Elen.

"sialan! Kalo ngga karna mami ku yang bandingin aku sama kamu, mana mau aku ikut!" Ucap Cia.

Mami Cia dan mama Elen adalah sepupu satu kali, jadi Cia dan Elen adalah sepupu 2 kali. Mereka masih meliki hubungan keluarga.

"nanti sore, mau bareng?" tanya Elen

" boleh deh"

" ya sudah nanti sore aku jemput" ucap Elen.

Mereka pun pulang sekolah menggunakan motor masing-masing.

*sore hari*

Elen telah bersiap-siap untuk berangkat bimbel.

"mau kemana?" tanya Evan

"bimbel"

"nah gitu dong, mending bimbel aja daripada mikirin cowok brengsek" ucap Evan

"diihh, apaan coba!"

"sama siapa?"

"sama Cia"

"aku aja deh yang anter, siapa tau ada yang bening" ucap Evan sembari memainkan alis nya.

" ish, yang bening banyak tapi ngga ada yang mau sama abang!, udah deh ngga usah rese' ". Ucap Elen

"yakin nih ngga mau dianter? Atau jangan-jangan sudah ada yang di incar nih?" ledek Evan pada adik nya

"ngga usah mulai deh bang!"

" ya sudah, hati-hati bawa motornya" ucap Evan perhatian sama adik nya

Elen pun berangkat menggunakan motor matic nya. Ia berjalan menuju rumah Cia.

Sesampai rumah Cia, Elen melihat mami nya.

"eh Len, bimbel nya bareng?" tanya maminya Cia

" iya tante "

"masuk dulu sini, Cia masih ganti baju, baru selesai mandi"

Elen pun turun dari motornya dan masuk kedalam rumah Cia. Elen sudah sering kerumah Cia, jadi ia telah terbiasa dengan rutinitas dirumah itu. Mama Cia memiliki usaha catering yang lumayan besar, sehingga rumah nya selalu ramai orang masak.

"ada pesanan tante? " sembari mengambil kue yang tersedia untuk tamu

"ia buat besok, makanya dicicil sedikit-sedikit"

Tak berapa lama pun Cia pun keluar menemui Elen.

" berangkat dulu mi " pamit Cia pada maminya

"iya, hati-hati, belajar yang benar biar pinter kaya Elen"

Seketika Cia memonyongkan bibir nya. Elen tersenyum mendengar nya.

"Cia pinter kok tante" ucap Elen

" pinter apa? Pacaran terus gitu!"

" ayo buruan Len, panjang sabda nya mami kalau kita lama-lama disini "

Elen tertawa mendengar ucapan Cia, ia pun berpamitan pada mami nya Cia.

Jarak perjalanan mereka dari rumah Cia menuju tempat bimbel tidak lah jauh, sehingga tidak memakan waktu yang banyak.

Sesampai tempat bimbel, Cia menyapa seseorang, Elen hanya melirik sekilas lalu pergi meninggalkan mereka bicara. Elen menunggu kelas berikutnya diruang tunggu.

Tak berapa lama Elen melihat Cia berjalan bersama orang yang ia sapa tadi. Orang yang pernah dikenalkan oleh Cia.

Juan tersenyum melihat Elen, Elen membalas dengan senyuman tipis.

"Dih pelit banget senyum nya" ucap Cia.

" terus harus senyum yang kaya gimana? Kaya gini!" ucap Elen sembari melebar kan senyum nya.

" nah gitu kan cantik " ucap Cia

Elen mencibirkan bibir nya mendengar ucapan Cia.

"masih ingat ini kan?" tanya Cia menunjuk Juan.

Elen mengangguk. Elen memperhatikan Juan dengan sembunyi-sembunyi karena waktu pertama kali kenalan ia tidak begitu memperhatikan nya. Ada rasa kagum dalam hati nya karena ketampanan nya. Namun ketampanan nya tidak lah membuat getaran hatinya.

Mata Juan pun juga mencuri pandang pada Elen, sampai di titik mata mereka bertemu tanpa sengaja dan dengan berani Elen menatap Juan, sehingga membuat Juan memiliki keberanian untuk menatap kembali mata Elen.

Disisi lain Cia yang melihat mereka saling menatap menegur mereka.

"woii masuk!" tegur nya.

mereka pun masuk ke dalam kelas. Cia terkekeh melihat tingkah mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!