Malam yang kelam

"Elen baru putus dari pacarnya, aku masih belum yakin mereka putus beneran, jadi jangan ambil resiko, nanti kamu jadi kambing hitam nya, kalau kamu dekati dia sekarang, pelan-pelan aja, kalau buru-buru takut kamu kecewa juga soalnya" jelas Kemal pada teman-teman nya dan juga Juan.

Juan sedikit kecewa, ia berharap Elen benar-benar putus dengan pacarnya, agar diri nya memiliki kesempatan untuk mendekati Elen.

Sedari tadi Juan tidak banyak bicara.

" woi " kejut Kemal "ngga usah dipikirin, dan jangan terlalu berharap, dari yang aku tau, mereka tidak semudah itu putus" Kemal memberikan informasi yang membuat hati Juan down.

"sialan, bukan nya disemangati malah buat aku down" ucap Juan serius

Kemal kaget dengan reaksi Juan

" jangan bilang kamu jatuh cinta beneran An?"

Juan tersenyum tipis " salah kah? "

"Hah! Serius?? Kamu baru kenal dia An! Belum ada sehari, lagian kamu baru tau nama nya saja" kata Kemal sangat terkejut. Ia tidak pernah lihat Juan seperti itu.

Juan mengangkat bahu nya. "entah lah"

"wah, gila Elen bisa menaklukkan seorang Juan dalam waktu beberapa menit" ucap Kemal sembari tertawa.

Sejak SMP Elen sudah populer, sampai SMA pun masih sama, ia terkenal karena kecantikan nya dan kepintaran nya tapi sayang nya dibalik itu semua, Elen juga dikenal suka berganti-ganti pacar, ia bukan tipe cewek yang setia.

Namun semenjak bersama Barra ia menjadi berubah, ia lebih dewasa bahkan ia setia dengan Barra. Elen dan Barra sudah berpacaran semenjak awal masuk sekolah 2 tahun yang lalu. Selama itu hubungan mereka tidak lah mulus-mulus saja, mereka mengalami pasang surut sebuah hubungan, putus nyambung sudah biasa mereka lewati. Seperti saat ini mereka telah putus, dan kemungkinan untuk balikan lagi sangat lah besar.

Itu sebab nya Kemal memperingati Juan agar tidak buru-buru dan berharap banyak.

*** ditempat lain ***

Elen mencoba menghubungi Barra, namun tidak ada balasan, "apa kali ini akan benar-benar berakhir " batin Elen

Ia masih belum bisa terima dengan putusnya hubungan mereka. Apalagi itu hanya kesalah pahaman yang tidak berarti buat Elen, entah mengapa Barra tidak mempercayai ucapan Elen kali ini dan memilih untuk memutuskan hubungan mereka.

*tok tok*

"Dek, buka pintu nya dong"

Elen membuka pintu kamar nya.

"kenapa?"

"bantuin aku kerjain tugas makalah ku dong, nanti aku traktir jajan"

"mamaaaah abang hhmmpph" seketika mulut Elen tertutup oleh tangan abang nya Evan.

"sssssttt, please jangan bilang mamah"

"iishh" Elen kesal dengan abang nya yang selalu meminta bantuan diri nya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Tapi ia juga tidak tega dengan abang nya itu

"tapi aku ngga mau ngetik, kamu sendiri yang ngetik, nanti aku yang kasih tau mana mana yang harus kamu ketik"

"siap, memang the best ade ku ini" Evan mengusap kepala ade nya.

Mereka pun mulai mengerjakan tugas makalah Evan. Elen dan Evan beda 3 tahun, dan Evan sendiri kini duduk dibangku Universitas, ia pun memiliki paras yang tak kalah dengan Elen, karena mereka lahir dari orang tua yang memiliki paras yang baik. Namun sayang nya untuk urusan akademik Evan jauh dibawah Elen, itu sebab nya Evan suka meminta bantuan adik nya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah.

Evan sendiri memiliki keunggulan di bidang musik, ia menguasai beberapa alat musik, sehingga tak sedikit perempuan yang mencoba mendekatinya. Ketika ia bermain musik pesona nya akan terpancar dalam dirinya. Elen sendiri bisa memainkan alat musik, namun ia tidak sejago Evan, ia hanya sekedar bisa memainkan saja.

Elen dan Evan memiliki bakat tersebut dari orang tuanya. Bakat akademis Elen diturun kan dari Mamanya dan sedangkan bakat musik Evan dari papa nya.

"akhirnyaaa selesai juga" ucap Evan setelah hampir 2 jam mereka mengerjakan tugas kuliahnya.

"sudah sana keluar, aku mau tidur" ucap Elen mengusir abang nya.

" hhhmmm... Tidur atau mau telponan sama Barra?"

"aku putus!"

"hah! Yakin??"

Elen menceritakan apa yang terjadi dengan hubungan nya pada abang nya. Elen memang terkadang suka curhat ke abang nya ketimbang ke mama nya, entah kenapa ia lebih nyaman menceritakan masalahnya kepada abang nya itu, walau pun Evan suka rese' tapi dia bukan abang yang ember dan ikut campur urusan adik nya, ia hanya sebatas memperingatkan jika Elen sudah kelewat batas.

" kamu yakin dia ngga selingkuh?" tiba-tiba Evan bicara seperti itu pada adik nya

Elen mengeryitkan dahinya " kenapa abang tiba-tiba ngomong gitu ?"

Evan hanya menggelengkan kepalanya

"aku hanya berspekulasi kalau dia selingkuh, mendengar cerita mu tadi sepertinya ada yang ia tutupi, karena dia tidak pernah seperti itu kan? tapi entah lah, semoga saja tidak, tapi kalau memang iya, ckkk" Evan mengangkat bahu nya

"apa?"

"ya paling ngga bonyok dikit lah, enak aja sudah selingkuh dari adik ku yang cantik ini!" ucap Evan santai

" awas aja ya berantem-beranteman gitu, sampai abang ketahuan mukul dia, aku bakal marah sama abang, enak aja mukul dia ngga ngajak-ngajak, aku juga mau lah mukul dia!"

"ddiiihh... Jadi jajan ngga ini?" tanya Evan

"jadi lah, enak aja sudah ku kerjain tugas abang, terus abang ngga kasih aku jajan" ucap Elen

" ayo lah"

Mereka pun berangkat pergi beli jajan, Elen minta dibelikan burger oleh abang nya, Evan pun mengabulkan nya.

Sesampai ditempat burger, mereka pun memesan burger yang mereka ingin kan, mereka pun menunggu burger tersebut dibuat.

Tiba-tiba mata Elen membulat.

"bang aku ngga salah liat kan?" tanya Elen pada Evan untuk meyakinkan diri

"apa?"

Elen menunjuk ke arah Barra bersama seorang perempuan. Evan pun menangkap petunjuk Elen. Ia sangat geram, tangan nya sudah terkepal namun ditahan oleh Elen. Hati mereka berdua sangat panas.

Elen melangkah kearah Barra dan perempuan itu.

" jadi ini alasan perubahan sikapmu! terimakasih ya, sudah membuka mata ku " ucap Elen lalu meninggalkan mereka, Elen menahan air matanya agar tidak terjatuh didepan mereka.

Barra sedikit shock tiba-tiba ia kepergok oleh Elen, ia memang memutuskan hubungan nya dengan Elen, dan masalah dengan dengan Danish hanya lah alasan ia untuk bisa lepas dari Elen. Ia merasa bosan dengan hubungan nya selama ini sehingga ia memutuskan untuk mencari pengganti Elen.

"buughh"

Evan memukul wajah Barra sekali lalu meninggalkan nya. Barra tidak membalas apa yang telah dilakukan Evan, karena ia memang salah.

Didalam mobil Elen menangis kencang, ia tidak peduli dengan abang nya. Evan pun membiarkan adiknya tersebut menangis. Ia tau rasa sakit hati adik nya.

Evan mengendari mobil nya keliling kota, sampai tangisan adik nya mereda.

" dunia tidak berhenti berputar kalau kamu tidak bersama dia, pria juga bukan hanya dia di dunia, lupakan! Jangan pernah kembali! ingat ya jangan kembali!" Evan mengancam adiknya.

Elen menghela nafas panjang, rasa nya tidak percaya dengan apa yang terjadi, malam itu menjadi malam yang kelam buat Elen.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!