" aku akan ikut kamu pergi " ucap Juan tiba-tiba
Ekspresi wajah Elen pun seketika berubah. Bibirnya tersenyum lebar, ia berharap ucapan Juan tadi itu benar ada nya.
" beneran? "
Juan pun mengangguk dengan senyuman. Elen merupakan pacar pertama Juan, ia pernah menyukai seorang perempuan namun mereka tidak pernah berpacaran, karena perempuan tersebut mempunyai pacar.
Ia sudah menceritakan nya pada Elen. Perempuan itu adalah mantan Barra, namun sayang perempuan itu melakukan bunuh diri setelah 1 bulan Juan menyatakan cinta nya lewat pesan di handphone nya.
Perempuan itu telah hamil, namun bukan bersama Barra. Karena sebelum mantan nya meninggal ia memberi pesan bahwa ia telah hamil bersama pria lain. Namun Barra beranggapan bahwa Juan lah yang telah menghamili nya, karena Barra melihat pesan yang dikirim oleh Juan kepada mantan nya.
Walau pun Juan tidak terbukti telah melakukan itu, namun Barra masih tetap menuduhnya seperti itu. Dan itu sebab nya kenapa Barra sangat membenci Juan.
Juan tau ia sudah salah menyukai perempuan yang telah memiliki pacar dan kejadian itu memiliki trauma tersendiri untuk nya menyukai seseorang.
Namun ketika ia bertemu dengan Elen pertama kali, ia melupakan sedikit rasa takutnya tersebut, walau kesan nya lambat untuk menyatakan tapi ia berusaha menghilangkan trauma yang membekas didalam dirinya.
Lagi-lagi wanita yang ia sukai berhubungan dengan Barra, entah punya karma apa di masa lampau, sehingga ia seperti menjalani dejavu.
" aku langsung pulang ya, sudah malam, kamu hati-hati sendirian dirumah" ucap Juan sesampai dirumah Elen.
" temani aku 1 jam lagi, boleh?" pinta Elen
Juan tidak tega melihat Elen sendirian dirumahnya. Akhirnya ia memutuskan untuk tetap tinggal sesuai permintaan pacar nya tersebut.
" sayang, helm ku rusak" ucap Elen menunjukkan helmnya yang sudah rusak
Juan menghela nafas melihat helm pemberian nya
"ya lagian tadi ngapain dibanting"
"siapa suruh kamu bikin emosi orang, aku cari kamu keliling, kamu malah haha hihi sama bang Evan di rumah"
"iya maaf" ucap Juan pasrah
Juan pun mencoba memperbaiki helm tersebut. Dihadapan nya Elen memperhatikan wajah Juan, sehingga membuat Juan salah tingkah.
" Elen " Juan mencubit pipi pacar nya tersebut untuk menghentikan aksinya.
" nih sudah selesai " Juan menyerah kan helm tersebut.
"thanks"
"mama papa kapan balik?"
"lusa"
"hhmmm" Juan mengangguk
*kriiing*
Tiba-tiba Handphone Elen berbunyi. Namun Elen mematikan handphone nya.
"siapa?" tanya Juan
" Barra " ucap Elen singkat
"kenapa ngga diangkat?"
Elen menggelengkan kepala nya. Juan merasa risih karena Barra terus menelpon Elen.
"angkat lah" Juan menyuruh Elen mengangkat telponnya
Elen melihat Juan, ia pun akhir nya mengangkat telpon dari Barra
"halo"
" keluar sebentar" ucap Barra
Elen dan Juan saling melihat. Elen khawatir jika Juan dan Barra bertemu akan berkelahi kembali.
Sementara Juan mengetahui Barra berada di depan rumah Elen menjadi sedikit emosi.
Elen menutup handphone nya
"mau apa dia ke sini?kamu masih berhubungan sama dia?" tanya Juan emosi
" aku ngga tau dia mau apa, dan buat apa aku masih berhubungan dengan nya lagi" jelas Elen.
Elen masih enggan keluar menemui Barra. Beberapa menit kemudian ia menelpon kembali.
"temui lah" ucap Juan masih menahan emosinya.
Elen menggenggam tangan Juan "temani aku" ucap Elen
Juan melihat Elen, emosinya sedikit menurun ketika Elen menggenggam tangan nya dan memintanya dengan tatapan manja nya.
Mereka pun keluar bersama dan menemui Barra. Barra pun terkejut melihat Juan keluar dari rumah Elen dan menggandeng tangan Elen.
"Shitt" umpat nya dalam hati.
" ngapain kamu malam-malam masih disini?" ucap Barra
" kamu sendiri ngapain malam gini mau bertamu?" balas Juan
" bukan urusan mu!" ucap Barra
" ya bukan urusanmu juga, aku mau datang kerumah pacarku ya suka-suka aku"
"dasar ngga tau diri, apa kamu mau buat Elen sama seperti Rena?! Apa kamu akan menghamili dia juga?!" ucap Barra menyulut emosi Juan.
Juan ingin memukul Barra, namun dengan cepat Elen memeluk nya untuk menahan Juan untuk terpancing emosi nya.
" Juan, please" Elen menggelengkan kepalanya, agar Juan menahan emosinya.
"kamu ngga pernah tau rasa sakit nya ditinggal sama orang yang disayang!" ucap Barra
"aku tau rasa nya! apalagi rasa nya difitnah dan di khianati orang yang disayang!" ucap Elen
"aku sedang tidak bicara sama kamu Elen!"
"aku tau, apa kamu punya bukti jika Rena hamil bersama Juan?"
"kurang bukti apalagi chat yang aku baca, Juan menyatakan cinta nya padahal sudah jelas waktu itu aku masih bersama Rena!"
" kamu yakin tidak ada chat Rena yang kamu lewat kan?" tanya Elen
"yakin!" ucap Barra
"kamu mau lihat semua chat Rena sama Juan, kenapa ia sampai berselingkuh dari mu?"
Barra terdiam. Juan menyerahkan handphone nya pada Barra, untuk meluruskan semua kesalah pahaman Barra pada Juan.
Dalam chat tersebut Rena curhat pada Juan tentang perasaan nya berpacaran bersama Barra, ia tidak merasa nyaman berada didekat Barra sehingga ia melakukan perselingkuhan dengan pria lain.
Selama Rena curhat pada Juan, Juan merasa iba padanya sehingga menimbulkan perasaan ingin menjaga Rena, ia menyukai Rena dan menyatakan perasaan nya. Namun semua itu ia lakukan sebelum ia mengetahui bahwa Rena telah hamil bersama selingkuhan nya tersebut.
Tiba-tiba Barra menitik kan air matanya. Juan pun menepuk pundak Barra.
"kenapa? Apa kamu juga berselingkuh dari Rena waktu itu?" tanya Elen tiba-tiba
Barra tidak menjawab. Seperti nya sebuah jawaban sudah Elen dapati dalam diam nya Barra.
Elen saling melihat dengan Juan. Juan merangkul Elen dan mengelus kepala Elen.
" aku minta maaf, tolong jangan sakiti Elen sama seperti aku menyakiti nya " ucap Barra
"ngga akan" ucap Juan. Ucapan Juan membuat hati Elen berbunga. Ia tersenyum sangat lebar.
Barra pun pamit pulang. Setelah Barra pulang Juan pun juga pamit pulang, tapi sebelum pulang Juan berterima kasih pada Elen, karena telah memberikan jalan untuk nya meluruskan kesalah pahaman antara Barra dengan dirinya.
" thanks ya, aku sudah sedikit lega" ucap Juan.
" sudah pulang sana, sudah malam, hati-hati dijalan" ucap Elen.
" iya "
Juan masih berdiri ditempat, ada yang ingin ia sampaikan pada Elen tapi tertahan.
" kenapa?"
Juan diam sejenak melihat mata Elen
"aku sayang kamu" ucap Juan tiba-tiba. mengungkapkan perasaan nya yang belum pernah ia ungkapkan sebelum nya pada Elen. Entah kenapa malam itu Juan memiliki keberanian untuk bicara seperti itu.
Elen membulatkan matanya, seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar
" coba ulangi " ucap Elen
Namun Juan malu untuk mengulang ucapan nya tadi. Ia hanya tersenyum, lalu ia mengecup kening Elen.
Ia pun segera pamit dan pergi dari sana, karena ia tau kalau Elen akan meledek nya jika masih berlama-lama disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments