Di Ruang Dewan Pemimpin
Seminggu setelah pertempuran di aula, suasana di SMA Oyama mulai kembali normal, meski ketegangan masih terasa di udara. Aula sekolah, yang kini telah diperbaiki, diubah menjadi ruang pertemuan sementara untuk dewan pemimpin baru. Meja besar yang terbuat dari kayu sederhana dipasang di tengah ruangan, dikelilingi oleh kursi-kursi yang diatur dalam lingkaran. Di sini, pemimpin geng dari berbagai faksi di SMA Oyama akan bertemu untuk pertama kalinya.
Kaito duduk di salah satu kursi dengan sikap tenang namun waspada. Di sekelilingnya, para pemimpin geng mulai berdatangan satu per satu, masing-masing dengan ekspresi berbeda—ada yang serius, ada yang penuh keraguan, dan ada pula yang menunjukkan tanda-tanda ketidakpercayaan.
Yuto, pemimpin geng yang sebelumnya menantang Kaito, datang dengan gaya khasnya—santai, tapi penuh kehati-hatian. Dia menatap Kaito dengan mata tajam sebelum mengambil tempat di salah satu kursi. Takashi, yang pernah memimpin salah satu pertempuran, duduk di seberang Yuto dengan sikap tegas, meski dia tak bisa sepenuhnya menyembunyikan rasa penasaran terhadap pertemuan ini.
Sayan, yang sejak awal menjadi penengah dalam konflik di SMA Oyama, berdiri di depan ruangan. Dia menunggu semua orang duduk dan memulai pertemuan dengan nada suara yang tegas. "Kita semua tahu kenapa kita ada di sini. SMA Oyama udah terlalu lama jadi medan perang antar geng, dan sekarang waktunya kita berubah. Dewan pemimpin ini dibentuk untuk memastikan bahwa setiap faksi di sekolah punya suara, dan kita bisa ngatur masalah tanpa harus berantem terus."
Diskusi Dimulai
Setelah pembukaan dari Sayan, diskusi mulai berlangsung. Kaito, yang kini duduk sebagai pemimpin utama, berusaha mendengar setiap pendapat dari anggota dewan yang lain. Meski begitu, dia sadar bahwa banyak dari mereka masih meragukan kepemimpinannya.
Yuto membuka pembicaraan dengan nada penuh keraguan. "Gua ngerti tujuan dewan ini, tapi gimana kita bisa yakin kalau semua orang bakal patuh sama aturan yang kita buat? SMA ini udah kacau selama bertahun-tahun, dan gua nggak yakin satu dewan bisa ngubah semuanya."
Kaito mengangguk, menyadari keraguan Yuto. "Gua paham, Yuto. Makanya, gua nggak minta kepercayaan lu langsung. Tapi gua percaya, kalau kita bisa mulai dari hal kecil, kita bisa bangun sesuatu yang lebih besar. Kalau ada masalah yang nggak bisa diselesaikan lewat pembicaraan, kita bisa selesaikan dengan cara lain. Tapi itu jalan terakhir."
Takashi menambahkan, "Gua setuju sama Yuto. Kita semua udah terbiasa nyelesain masalah dengan tinju. Gimana kalau dewan ini malah jadi ajang buat saling sikut di belakang?"
Sayan melihat ketidakpercayaan yang masih ada di antara mereka. "Gua ngerti kekhawatiran kalian, dan itu wajar. Tapi kalau kita nggak coba, kita nggak bakal tahu. Gua di sini buat pastiin kalau semua orang dapet kesempatan yang sama. Dan kalau ada yang mulai bikin masalah, kita bakal atur caranya bareng-bareng."
Persetujuan yang Diuji
Setelah beberapa saat, suasana mulai sedikit melunak. Beberapa pemimpin geng yang awalnya skeptis mulai menunjukkan tanda-tanda kesediaan untuk mencoba. Meski begitu, mereka masih waspada terhadap satu sama lain, dan setiap kata yang diucapkan terasa seperti ujian.
"Baiklah," kata Yuto akhirnya, mengangguk pelan. "Gua bakal kasih ini kesempatan. Tapi kalau ada yang main belakang, gua nggak bakal segan buat nyelesain dengan cara gua sendiri."
Takashi ikut mengangguk, meski dengan sikap lebih keras. "Gua juga. Tapi ingat, kita semua di sini punya harga diri masing-masing. Jangan sampai ada yang ngerasa dipermainkan."
Kaito tersenyum tipis. "Gua ngerti. Dan gua bakal pastiin kalau nggak ada yang ngerasa kayak gitu. Kita mulai dari sini, dan lihat kemana jalan ini bawa kita."
Di Akhir Pertemuan
Pertemuan dewan pemimpin SMA Oyama berakhir dengan suasana yang masih tegang, tapi ada harapan di antara mereka. Para pemimpin geng setuju untuk bekerja sama di bawah kepemimpinan Kaito, meski mereka tetap waspada terhadap satu sama lain. Kesepakatan ini mungkin rapuh, tapi itu adalah langkah pertama menuju perubahan di SMA Oyama.
Setelah pertemuan selesai, Kaito, Sayan, dan beberapa pemimpin geng lainnya berdiri di aula yang kini kosong. Kaito menatap Sayan dengan rasa syukur. "Makasih, Sayan. Tanpa lu, mungkin semuanya nggak bakal jalan lancar."
Sayan mengangguk pelan. "Gua cuma bantu sedikit. Sisanya tergantung lu, Kaito. Lu harus buktikan kalau lu bisa jadi pemimpin yang layak buat mereka."
Kaito mengangguk, dengan tekad yang semakin kuat. "Gua bakal lakuin apapun yang diperlukan. SMA Oyama harus berubah, dan gua nggak bakal mundur sampai itu terjadi."
Dengan semangat yang baru, Kaito dan Sayan meninggalkan aula, siap menghadapi tantangan-tantangan berikutnya di SMA Oyama. Mereka tahu bahwa jalan di depan masih panjang dan penuh rintangan, tapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki kekuatan dan tekad untuk melewatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments